SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI

SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI

last updateLast Updated : 2025-03-07
By:  Mayang indahOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
40Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang istri yang sedang hamil dan memiliki dua anak laki-laki yang masih kecil. Suaminya tega mengkhianatinya sampai ia keguguran. Namun, setelahnya ia berjuang keras untuk mencapai kesuksesan demi kedua anaknya. akankan ia bisa meraih impiannya dan membuktikan kepada yang meremehkan dan mengkhianatinya jika ia mampu berdiri tegak tanpa mereka.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Ante Ama, tolongin Ibu. Ibu jerit-jerit kesakitan," teriak anak laki-laki pertama Dania, Raihan, yang berusia tujuh tahun, di depan rumah sepupu ibunya itu.

"Hah, kenapa, Han?" sahut Salma cemas sambil membuka pintu rumahnya.

Salma adalah anak dari sepupunya Dania. Ia baru saja lulus sekolah menengah kejuruan dan sedang melamar pekerjaan melalui online.

"Ibu jerit-jerit kesakitan sambil nangis, Te. Tolong bantuin. Ibu kenapa," katanya sambil menyeka air mata yang menetes.

"Ya Allah, ayo kita ke rumah!"

Jarak rumah yang hanya bersebelahan tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di sana. Salma langsung bergegas membawa Dania ke IGD rumah sakit.

"Salma..." sapa Dania dengan lirih menahan rasa sakit.

"Iya, Kak?"

"Jangan hubungi siapa-siapa. Biarin saja. Apalagi kalau kamu hubungi Mas Rizal, jangan, ya."

Salma yang sedari tadi memang sibuk mengutak-atik ponselnya pun terdiam dan mematung.

"Lho, kenapa, Kak?" tanyanya heran.

Belum sempat Dania menjelaskan alasannya, mereka tiba di IGD rumah sakit dan segera ditangani. Sementara itu, Salma pergi ke bagian administrasi untuk mengurus data. Setelah selesai, Salma kembali memegang ponselnya. Namun, ia teringat pesan Dania sebelumnya.

"Gimana ya, hubungin? Atau nggak? Ya Allah, bingung banget! Huh, apa nggak usah ya? Toh juga nggak bakalan kenapa-kenapa ini," gumamnya dengan hati yang bimbang.

Salma pun enggan menghubungi siapa pun. Hanya dia dan anak-anak Dania yang mengetahui kejadian itu.

"Keluarga Ibu Dania?" sapa seorang dokter muda, laki-laki dengan paras tampan nan gagah, yang baru saja selesai memeriksa Dania.

"I-iya, Dok. Saya. Saya Salma, saudara Bu Dania," jawab Salma sambil menatap dokter itu tanpa berkedip.

"Bu Dania ingin bertemu dengan Anda. Saya tinggal dulu sebentar ya, sambil mengurus surat-surat persetujuan," ujar dokter muda itu sambil pergi, diikuti dua perawat di belakangnya.

Salma bergegas masuk ke dalam ruangan dan menanyakan keadaan Dania saat ini.

"Kak Dania, gimana? Udah mendingan?" tanyanya cemas. "Emangnya kenapa sih awalnya?"

"Udah, Sal, udah. Nggak usah khawatir. By the way, makasih ya. Untung ada kamu, lho."

"Oh iya, anak-anak di mana, Sal?" tanya Dania sambil melirik ke sudut ruangan.

"Nggak dibawa, Kak. Emangnya kenapa?" sahut Salma.

Dania pun merasa lega karena anak-anaknya ditinggal di rumah diawasi oleh Meli, sahabat lama Dania. Ia lalu menjelaskan maksud mengapa tidak memperbolehkan Salma menghubungi siapa pun, termasuk suaminya, Rizal.

"Seriusan? Nggak bercanda, kan, ini?" Salma terkejut dengan apa yang baru saja diceritakan Dania.

Di tengah situasi tegang dan sedih, tiba-tiba Dokter Boby masuk membawa beberapa lembar kertas putih bertinta hitam—kertas perjanjian.

"Permisi, Bu Dania, Mbak Salma," sapa dokter Boby.

"Iya, Dok," sahut mereka serempak, saling tatap. "Ada apa ya, Dok? Apa saya sudah boleh pulang?"

Dokter Boby menjelaskan bahwa benturan yang terjadi di pinggul Dania merupakan masalah serius. Ditambah lagi, ia sedang mengandung tujuh bulan dan harus segera menjalani tindakan operasi caesar.

"Ya sudah, Dok, tidak apa-apa. Saya siap," ujar Dania dengan mata yang berlinang.

"Baik, Bu. Ini ada surat pernyataan dan persetujuan yang harus ditandatangani oleh suami Anda ya," kata dokter Boby sambil menyerahkan kertas-kertas tersebut.

"Dok, saya saja yang tanda tangan. Suami saya lagi sibuk. Dia tidak punya waktu untuk saya dan anak-anak, termasuk calon anaknya ini."

"Bu, mohon maaf, bukan maksud..."

Belum sempat dokter Boby menyelesaikan kalimatnya, Dania sudah langsung menandatangani surat di atas materai.

"Dok, maaf, kali ini saya yang harus segera memutuskan sendiri. Saya tidak mau menunggu terlalu lama. Takut calon anak saya kenapa-kenapa," ucap Dania.

"Dok, kalau nanti saya dalam keadaan darurat yang mengharuskan dokter memilih siapa yang diselamatkan, tolong selamatkan saya," pintanya.

Salma yang sedari tadi diam, terkejut mendengar permintaan Dania.

"Lho, Kak. Nggak bisa gitu. Harus dua-duanya selamat dong," tegas Salma.

"Dok, tolongin saya. Kali ini saya harus mengikuti kata hati saya karena semuanya sudah saya pikirkan matang-matang. Ada sebab dan alasannya, Dok," ujar Dania.

Dokter Boby menggeleng pelan. Baginya, jika memungkinkan menyelamatkan keduanya, ia akan berusaha sekuat tenaga. Namun biasanya, pasien memilih agar bayinya diselamatkan.

"Beri tahu saya alasannya, Bu," pinta dokter Boby.

"Saya masih punya dua anak laki-laki, Dok, masih kecil. Kalau saya harus mati, gimana nasib mereka bertiga nanti? Sedangkan suami saya tidak peduli pada mereka," jelas Dania.

"Baiklah, Bu. Saya akan membuat satu surat pernyataan lagi yang akan ditandatangani sekaligus didokumentasi sebagai bukti," jawab dokter Boby.

"Baik, Dokter. Terima kasih sebelumnya."

*

Semua persyaratan dan surat-menyurat pun selesai. Dania sudah masuk ruang operasi, dan beberapa menit lagi akan menjalani operasi caesar. Sebelumnya, ia belum pernah merasakan operasi ini. Di kehamilan ketiga ini, niat awalnya adalah melahirkan normal seperti dua anak sebelumnya. Namun, takdir berkata lain.

Salma, yang sedang menunggu di depan ruang operasi, tampak cemas dan tegang. Ia bingung harus berbuat apa selain berdoa agar semua berjalan lancar dan ibu serta bayinya selamat. Ia seorang diri di sana, bukan karena tidak ada yang mau menemani, tetapi karena sejak awal Dania melarangnya untuk memberi tahu siapa pun.

Sudah satu jam berlalu. Ponsel Salma berdering, sebuah panggilan video masuk dari kontak orang yang menjaga anak-anak Dania di rumah.

"Halo, Sayang," sapa Salma, berusaha menyapa Raihan dan Hafiz.

Mereka adalah anak-anak Dania dan Rizal. Setelah berbincang beberapa menit, tiba-tiba saja sirine darurat di atas pintu ruang operasi berbunyi, menandakan adanya keadaan darurat dari dalam ruang operasi. Seketika, beberapa dokter tambahan dan perawat bergegas masuk ke ruang operasi.

Salma pun segera mematikan panggilan video, dan...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
40 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status