Home / Rumah Tangga / SUMPAH PELAKOR / 31. Perubahan Sikap

Share

31. Perubahan Sikap

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2025-07-28 15:27:52

Haira duduk di kursi plastik sebelah ranjang Ibu Mia. Matanya bengkak, tubuhnya lelah, tapi ia tetap menggenggam tangan yang dingin itu.

Sudah dua hari sejak Anita datang. Sejak itu, Haira jadi sering terbangun malam-malam karena mimpi buruk. Ia merasa cemas, jantungnya sering berdebar tanpa sebab, dan nafsu makannya menurun drastis.

“Suster,” ucap Haira pelan saat seorang petugas masuk. “Kalau Ibu nggak bisa tidur malam ini, tolong kabari saya, ya. Saya mau tetap jaga.”

Suster mengangguk dan tersenyum simpati. “Ibu Haira juga harus istirahat. Sudah dua malam lo begadang, ingat lagi hamil.”

Haira hanya menggeleng. “Saya nggak tenang kalau tinggalin Ibu sendirian.”

Saat suster keluar, Ima datang membawa makanan.

“Mbak, kamu harus makan, belum isi apa-apa sejak pagi,” ujar Ima, ia meletakkan kotak nasi di meja kecil.

Haira menoleh, tapi tidak membalas. Tatapannya kosong, hatinya penuh kekecewaan yang mendalam.

“Mbak?” Ima mendekat. “Ada masalah apa?”

Haira menghela napas pendek. “Mbak c
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SUMPAH PELAKOR   35. Tanpa Kata

    Restu membuka mata perlahan. Sinar mentari pagi menyelinap lewat tirai jendela hotel yang sedikit terbuka. Udara sejuk AC masih menyelimuti kamar, tapi pikirannya sudah melayang ke rumah yang akan ia datangi hari ini.Ia duduk di tepi ranjang, meraih ponsel lalu memeriksa jam. Waktu masih tersisa cukup untuk sarapan dan bersiap. Di meja kecil samping ranjang, sebuah kantong kertas berisi gamis berwarna biru untuk Ibu Mia sudah ia siapkan sejak semalam.Di lantai bawah hotel, Restu menyendiri di sudut ruang makan. Ia memilih bubur ayam dan teh hangat, rasa makanan Indonesia yang sangat melekat sekali di lidahnya. Ia mengaduk makanan itu lalu duduk menghadap jendela dan memandang ke arah jalanan yang mulai ramai.Tangan Restu terlipat di atas meja, dan sesekali ia menatap kosong ke arah cangkir teh. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya, seolah sedang mencoba menata ulang isi hati sebelum kembali ke tempat yang tidak semua orang di dalamnya ia sukai.Dalam benaknya, ia mengulang-u

  • SUMPAH PELAKOR   34. Kejutan

    Langit sore terlihat mendung. Di depan rumah di mana suasana sedaang sepi, taksi berhenti di depan pagar. Restu turun dengan wajah cerah, membawa kantong oleh-oleh dan ransel di punggung. Ia menurunkan tas sambil tersenyum.Haira yang baru keluar dari dalam rumah, terlihat menyipitkan mata. Rasanya lupa tapi kenal atau kenal tapi tak terlalu yakin, hingga lelaki itu mengucapkan salam dan suaranya tidak asing didengar.“Restu?” kata Haira lirih.Restu tersenyum, lalu memberikan robot ke tangan Haira. “Ini buat Yoga. Aku baru pulang, Mbak dan kangen semuanya.”Haira tak berkata-kata. Namun, Restu bisa melihat mata yang kelelahan, serta senyum yang dipaksakan. Haira mempersilakan Restu masuk.Mereka duduk di ruang tamu. Ibu Mia tak tahu Restu sudah tiba. Suasana hening, Haira menyuguhkan teh, dan tangannya masih gemetar.“Ibu lagi tidur, Yoga juga, apa perlu Mbak bangunkan?” tanya Haira yang takut kalau Aziz pulang malah salah paham dengannya.“Jangan, Mbak, aku ke sini sebenarnya justru

  • SUMPAH PELAKOR   33. Penuh Kepalsuan

    Pagi itu, Haira terbangun dengan jantung berdebar. Ia masih berbaring di sebelah Yoga, yang tidur pulas memeluk boneka dinosaurus. Ponselnya di atas meja bergetar. Nomor tidak dikenal. Tidak ada nama, hanya satu pesan:[Selamat pagi, istri sok suci. Sudah sarapan dengan rasa jijik? Hari ini ada menu spesial. Jangan lupa klik lampiran.]Tangan Haira gemetar saat membuka file video. Durasi satu menit dua puluh detik. Suara tawa lelaki yang ia kenal. Wajah Anita, serta tubuh Aziz terlalu jelas, terlalu brutal dan vulgar serta sangat nyata.Haira membeku. Matanya memerah tapi tangis tidak keluar. Dunia seolah membeku. Yoga menggeliat pelan di pelukannya. Haira langsung mematikan layar dan bangkit menuju kamar mandi.Di ruang tamu, Aziz bersenandung pelan sambil menyeduh kopi. Ia tidak tahu apa-apa juga tidak merasa bersalah. Ia tidak sadar bahwa kebusukan itu sudah keluar dari persembunyiannya.Siang hari, Haira mendapat pesan kedua masih dari nomor yang sama.[Video ini baru pembuka. Mas

  • SUMPAH PELAKOR   32. Pesan Mesra

    Malam itu, meja makan di rumah terasa dingin. Tiga piring tersaji, tapi hanya dua yang disentuh.Haira menyuapi Yoga yang duduk di sebelahnya, lalu sesekali melirik ke arah Ibu Mia yang makan perlahan. Aziz duduk di ujung meja. Ia sibuk menatap layar ponselnya sambil tersenyum tipis yang bukan ditujukan untuk orang-orang di sekitarnya.Tak ada percakapan. Tak ada sapaan. Suara sendok dan garpu yang berdenting jadi satu-satunya bunyi di ruang makan.Ponsel Aziz bergetar. Ia membuka pesan dengan cepat yang berasal dari Anita.[Aku masih ingat tadi malam di hotel. Masih bisa ngerasain detak jantungmu waktu tanganku di dada kamu. Kangen lagi. Malam ini kita ulang, Mas?][Jangan goda Mas, Nita. Mas nggak bisa berhenti mikirin kamu. Yang kemarin itu luar biasa. Lumayan untuk penghilang lelah, seharian lihat wajah Haira yang ditekuk, rasanya ingin sekali Mas menamparnya.] balas Aziz tanpa sadar diri. Haira diam-diam memperhatikan ekspresi suaminya. Mata yang berbinar, jari yang sibuk menget

  • SUMPAH PELAKOR   31. Perubahan Sikap

    Haira duduk di kursi plastik sebelah ranjang Ibu Mia. Matanya bengkak, tubuhnya lelah, tapi ia tetap menggenggam tangan yang dingin itu.Sudah dua hari sejak Anita datang. Sejak itu, Haira jadi sering terbangun malam-malam karena mimpi buruk. Ia merasa cemas, jantungnya sering berdebar tanpa sebab, dan nafsu makannya menurun drastis.“Suster,” ucap Haira pelan saat seorang petugas masuk. “Kalau Ibu nggak bisa tidur malam ini, tolong kabari saya, ya. Saya mau tetap jaga.”Suster mengangguk dan tersenyum simpati. “Ibu Haira juga harus istirahat. Sudah dua malam lo begadang, ingat lagi hamil.”Haira hanya menggeleng. “Saya nggak tenang kalau tinggalin Ibu sendirian.”Saat suster keluar, Ima datang membawa makanan.“Mbak, kamu harus makan, belum isi apa-apa sejak pagi,” ujar Ima, ia meletakkan kotak nasi di meja kecil.Haira menoleh, tapi tidak membalas. Tatapannya kosong, hatinya penuh kekecewaan yang mendalam.“Mbak?” Ima mendekat. “Ada masalah apa?”Haira menghela napas pendek. “Mbak c

  • SUMPAH PELAKOR   31. Rahasia yang Tersimpan

    Sore itu, langit di luar rumah sakit tampak mendung. Dari dalam kamar rawat, Haira sedang mengganti handuk basah di dahi Ibu Mia sambil bercerita. Ia selalu berusaha membuat suasana lebih hidup, agar ibu mertuanya tidak terlalu larut dalam tekanan.Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Haira menoleh, lalu berjalan dan membuka pintu tanpa rasa curiga.Di sana berdiri seorang perempuan dengan penampilan anggun tapi mencolok. Rambutnya terurai, tubuhnya ramping dalam balutan blazer merah marun dan bibirnya menyunggingkan senyuman pahit.“Permisi, aku Anita.” Wanita itu mengulurkan tanganya. Haira tercengang sedikit tapi tetap menjaga suasana agar baik-baik saja.“Maaf, ada perlu dengan siapa, ya?”“Anita?” Ibu Mia bangkit sedikit, wajahnya seketika pucat. Matanya membulat serta napasnya memburu seperti baru saja berlari dari kenyataan.Deg!Haira segera berbalik. Ia melihat tubuh Ibu Mia menegang, tangannya mencengkeram selimut, dan detak jantung di monitor berdetak makin cepat. Haira pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status