Beberapa hari telah berlalu, keadaanku juga makin membaik. aku mulai bisa menggerakkan seluruh tubuhku. meski aku harus melakukan terapi tiap hari agar aku bisa kembali berjalan seperti sedia kala.
Aku hanya menjawab satu atau dua kata saja. Eyang setia menemaniku, Papa akan datang setelah pulang kantor. kadang Papa menyempatkan datang sebelum ke kantor. dan aku juga di datangi psikiater ke kamar rawat, yang sebenarnya tak telalu penting untukku. tapi satu hal yang aku tahu, aku baik-baik saja. hanya aku lelah dengan keadaan yang pernah terjadi denganku.
Jika aku bercerita pernah terdampar di masa lalu, aku tak yakin akan ada yang percaya. maka jalan terbaik saat ini aku 'diam' dari pada aku di cap sebagai orang 'gila'. Aku hanya ingin menyembuhkan ragaku dulu, baru kemudian pelan aku akan menyembuhkan luka batinku kemudian.
Rara pernah datang beberapa kali mengunjungiku. inginku bercerita semuanya. yang aku tahu disini bukan tempat yang tepat. sekarang yang harus aku fokuskan kesembuhanku. setidaknya aku bisa mengurus diriku dulu.
Harusnya minggu adalah hari libur untuk para pekerja, tapi lihatlah Papaku dia bahkan membawa Ipad dan beberapa berkas menunggui ku di ruang rawat ini. melihatnya seperti ini ingin rasanya berkomentar, ini rumah sakit bukan kantor. Ingin memberontak tapi yang kulakukan hanya menutup seluruh tubuhku dengan selimut sebagai ungkapan malas dengan apa yang Papa lakukan.
ku dengar langkah kaki mendekatiku yang ku yakini adalah Papa. "Rain, butuh sesuatu? Kerjaan Papa ada yang tidak bisa di tinggalkan mungkin sebentar lagi rekan bisnis Papa akan kemari bertemu Papa. Rain tidak keberatan kan? karena Papa ingin menemanimu disini"
Sejujurnya aku luluh dengan apa yang di ucapkan Papa, tapi sisiku yang lain memberontak mengingatkan akan apa yang di lakukan Papa selama ini. Aku bertanya pada diri sendiri, apa ini alasan Papa selama ini hingga tak bisa menemuiku. Aahh.. Papa lebih memilih bisnisnya dari pada anaknya sendiri, kenapa sekarang baru Papa hadir? Apa karena aku hampir meregang nyawa Papa baru sadar kalau punya anak?
"I'm ok" jawabku singkat. aku tak ingin memperpanjang masalah toh ada dan tak ada Papa di ruang ini tak terlalu memberi efek untukku. Mungkin.
Tak berapa lama kemudian ruang rawatku di ketuk, aku kira perawat yang datang memberi ku obat. Tapi laki-laki tinggi yang ada di depan pintu. wow lihat wajahnya seperti Oppa yang selalu di panggil Rara pada idol cowok korea yang tampan.
Papa mempersilahkan dia masuk, bodohnya aku terpana akan rekan bisnis Papa itu. Jika dia rekan bisnis Papa, apa dia seumuran dengan Papa tapi dilihat dari wajahnya mungkin dia tak beda jauh dari umurku.
"Gimana Raka, susah gak nyari ruangannya" itu pertanyaan yang di ucapkan Papa.
"Enggak om, gampang kok tadi tanya suster terus di tunjukin arahnya juga" Papa hanya tersenyum dan mengangguk.
Dari percakapan mereka yang tak formal sepertinya bukan rekan bisnis Papa, tapi entahlah. Setelah di pikir-pikir kenapa aku jadi kepo? sepertinya ada yang tak beres dengan otakku setelah kecelakaan.
"Oya, kenalkan ini putriku yang di rawat, namanya Rainy Alkira Deandra panggil saja Rain" Dia mendekat ke arahku sejurus kemudian mengangkat tangan untuk berjabat
. "Cloudyo Raka Atmaja, panggil aja Raka atau mas Raka juga boleh" dengan senyum juga mata segarisnya jantungku berdebar tak jelas. apa aku kena sakit jantung sekarang, saat dokter datang sepertinya akan aku tanyakan.
"Rain" jawabku singkat bahkan aku mendengar suaraku bergetar. aakhhh apa aku jadi gila karena bertemu cowok yang seperti oppa ini? padahal aku sering meledek Rara dengan type cowoknya tapi sekarang aku kena karma sepertinya.
"Apa kita bisa membahas bisnis kita sekarang?" tiba-tiba Papa mengakhiri acara jabat tangan kita. 'bisnis' jadi dia rekan bisnis Papa? semuda itu sudah jadi rekan bisnis Papa. okay, sepertinya Papa menjadikan kamar ini ruang rapat sementara bukan ide yang buruk. aku bisa mencuri pandang pada Cloudyo Raka Atmaja. Namanya saja sudah satu paket dengan namaku. aku hujan dia mendung.
Apakah mendung menunggu hujan?
HAI SEMUA, Saya mau minta maaf atas ketidak nyamanan kalian dalam membaca novel ini. karena terjadi kesalahan dalam me- upload, jadi bab 7 disini akan saya upload ulang. dan karena kemarin saya sudah upload BAB 8 jadilah saya harus upload BAB 7 setelah bab 8. silahkan tinggalkan komen yang membangun untuk saya karena saya masih baru dalam dunia literasi. tolong tinggalkan komen dan juga rating untuk novel ini. saran dan masukan kalian sangat berarti buat saya. dan untuk semua yang berkenan membaca novel pemula ini saya ucapkan terima kasih banyak. semoga kalian selalu dalam lindungannya. dan jangan lupa stay safe ya...... love you all, LYSI GALAXY
Sejak kepulanganku kembali ke rumah, Eyang menyuruhku untuk fokus di sekolah tanpa harus menghadiri semua kegiatan les di luar. Eyang lebih perhatian padaku kini. walau terasa sedikit aneh tapi aku suka dengan perubahan ini. setidaknya aku merasa keluargaku peduli padaku.Tidak hanya Eyang yang berubah, Papa juga. Hari ini minggu entah ada apa Papa mengajakku untuk menemaninya jalan. walau terlihat kaku, Papa berusaha terlihat senatural mungkin mengobrol bersamaku. kami berjalan ke sebuah Mall. "Rain mau membeli sesuatu?"Aku menatap ke arah Papa "hm gak usah pa, saat ini gak ada yang mau Rain beli" ku sunggingkan senyum ke Papa. "Mau temenin Papa nonton di bioskop gak?" aku hanya menjawab dengan anggukan ditambah senyuman."Ada film yang pengen Rain tonton?" Kami sedang memandangi layar yang menampilkan jadwal film yang sedang tayang. Aku menunjukan ke arah film petualangan. beruntung sebentar lagi film akan di putar jadilah kita bergegas membeli tiket da
Setelah satu bulan aku di rawat di rumah sakit, akhirnya aku di perbolehkan untuk pulang ke rumah. Papa dan Eyang datang menjemputku. Rasa lega tak hanya aku saja yang merasakan. Karena selama di rumah sakit Eyang dan Papa juga harus mondar mandir kantor, rumah, rumah sakit. Aku merasakan sikap mereka yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari dulu mereka memperlakukanku sebelum kecelakaan itu. Sekarang aku berada di dalam kamarku bersama Rara. Papa sudah berangkat pagi tadi ke kantor dan Papa tak pernah lagi pergi ke kantor cabang di kota lain. Eyang sudah jarang berangkat ke kantor, urusannya di serahkan pada orang kepercayaannya saja. Eyang datang ke kantor hanya jika ada keperluan atau meeting. "Kapan masuk sekolah Rain? Pasti kamu udah puas liburan dan gak akan bolos lagi. Puas dong liburan selama sebulan" celetuk Rara dengan menaik turunkan alisnya. "Emang kamu sahabat paling baik ya, sahabat sakit malah di bilang liburan" sungutku tak terima.
Akhirnya masa putih abu-abu akan berakhir dan aku bersyukur karena aku bisa masuk ke kampus yang aku inginkan. Tak terasa sebentar lagi aku akan menyandang status sebagai mahasiswa. Untuk merayakan keberhasilanku Papa mengadakan syukuran kecil-kecilan yang hanya untuk kami sekeluarga dan pekerja di rumah. Tentang para bodyguard, Eyang hanya menugasi dua orang saja sesuai dengan permintaanku. karena terasa risih selalu di ikuti rombongan seakan aku penjahat saja yang harus di ikuti kemana-mana. Papa mengundang mas Raka dan kedua orang tuanya. sayang saat aku mengundang Rara dia tidak bisa datang karena Rara sekeluarga pergi ke kampung halaman mamanya di Lombok. Malampun tiba, mas Raka sekeluarga datang. Kami memulai acara dengan makan malam sambil berbincang hal-hal kecil. Papa , mas Raka dan papanya membahas tentang bisnis. Eyang dan Mama mas Raka membahas mulai dari harga sembako sampe isi mall juga. Dan aku merasa disini sebagai penghias saja. mau ikutan tapi
Ku rebahkan tubuhku ke ranjang nyaman di kamarku. Aku bersiap untuk tidur dan meletakkan hp di atas nakas sebelah tempat tidur. Aku memejamkan mata menuju dunia mimpi. Suara notifikasi pesan masuk dari hp ku berbunyi. Ku raba atas nakas untuk mengambil hp dan mengecek pesan.'Hi, Rain. udah tidur'Pesan dari mas Raka.'Ni otw pulau kasur mas' balasku. Tak berapa lama pesan baru masuk.'Besok mau jogging bareng gak? keliling komplek atau taman juga boleh'Ni ngajak ngedate atau apaan ya? kok ngajaknya jogging tapi cuma keliling komplek atau taman. Apa gak ada tempat romantis? ah, aku lupa kalau cowok yang lagi chating denganku ini ANTI ROMANTIC MAN. Aku akan ganti nama kontaknya menjadi anti romantic man mulai saat ini.Me :' Terserah mas Raka aja. asal bilang jam berapa sama ketemuan dimana. maklum aku suka molor bangun kalau hari minngu, sebenarnya tiap hari juga sih hehehe'Anti Romantic Man : 'Jam 6 aku jemput di rumahm
Beberapa hari setelah aku dan mas Raka jogging bersama, mas Raka mengirim pesan mengajakku untuk makan siang bersama di sebuah restoran. Dan tentu saja mas Rakaa sudah mempunyai izin dari Papa dan Eyang. Aku berasa seperti kendaraan saja yang harus memiliki izin jika ingin di ajak jalan. Aku bersiap mematutkan diri di depan cermin melihat penampilanku apakah sudah rapi atau ada yang kurang. Ini kan pertama kalinya aku diajak makan sama cowok jadi sebisa mungkin jangan sampai malu maluin. "Rain, cepat turun ke bawah sampai malam pun kalau tetap menatap cermin itu, kalian tidak akan jadi pergi untuk makan siang" Eyang berkacak pinggang di depan pintu kamarku yang ku buka sejak tadi. Aku tersenyum pada Eyang. "Bagus gak Eyang? " Sambil ku memperlihatkan sisi samping kiri kanan juga belakang bajuku. Dress warna biru selutut dengan lengan pendek yang kupadankan dengan flat shoes. "Dandananmu sudah oke Rain. Hanya percaya dirimu saja yang kura
Setelah beberapa hari tak ada kabar dari mas Raka, hari ini tiba tiba dia sudah datang ke rumah di saat aku masih tidur karena hari ini minggu. Aku harus menikmati sisa kebebasan bangun siang seperti ini karena sebentar lagi aku akan kuliah yang mana jadwal bangun pagi jadi kewajiban walau mungkin tak setiap hari. Dengan drama di bangunin Eyang tadi pake acara di semprot sprayer air dan aku yakin itu sprayer tanaman yang ada dalam ruangan, pagi seperti Eyang slalu mengurus tanamannya. "Mas, kalau kesini pagi tu kirim pesan dulu sebelumnya jadi aku gak harus terpaksa bangun kayak sekarang ini" Aku ikut bergabung dengan Papa dan mas Raka di sofa ruang tamu. Aku tak melihat Eyang ada disana, aku rasa Eyang pasti masih melanjutkan bertanam dan berkebun. "Rain, Apa kamu tidak tahu jam berapa sekarang ? ini sudah jam 10 lebih dan anak gadis baru bangun dan bilang ini masih pagi?" Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.
Aku berpamitan pada Eyang pagi ini untuk lari pagi keliling komplek seorang diri. Meski diawal Eyang melarangku tanpa pengawal, Aku mencoba melobi Papa untuk membujuk Eyang agar memberi izin. Setelah melalui perdebatan yang alot akhirnya aku diberi izin juga untuk lari keliling komplek sendiri. Aku heran dengan Eyang yang terlalu takut banyak hal padaku, bukankah aku sudah dewasa secara umur. Apalagi sebentar lagi aku juga akan menjadi mahasiswa, bukankah itu sudah membuktikan bahwa aku bukan anak kecil lagi. Sebenarnya aku punya rencana lain, tujuanku bukan untuk mengelilingi komplek pagi ini, tapi ingin bertemu Rara. Sudah hampir dua minggu aku tak dapat kabar dari Rara. Aku kirim pesan tak di balas begitu juga saat aku telepon, tak bisa aku hubungi. Jika bertanya kenapa aku tak langsung meminta izin pada Eyang untuk ke rumah Rara? Jawabannya adalah Eyang akan marah yang otomatis aku tak di beri izin untuk bertemu Rara. Tapi anehnya tiap Rara datang&nb