Share

BAB 5

Aku tak ingin mengganggu sesi belajar Mama. kuputuskan menunggu di luar kelas sambil berkeliling. gedung ini luas dengan beberapa kelas musik dan kesenian lainnya.

Aku ingin ke toilet tapi binggung tak tahu arah. Ku langkahkan kaki mencari orang yang bisa ku tanyakan. Samar-samar ku dengar suara bebrapa perempuan. ketika ingin bertanya pada mereka, ku urungkan niatku. Mereka sedang menyebut nama Mama. Aku tidak salah dengar karena mereka menyebut nama Diajeng Ayu Baskoro.

Mereka membahas bagaimana cara menyingkirkan Mama. Pelan-pelan ku intip dari balik tembok agar aku bisa melihat wajah mereka. Tapi aku tak mengenal mereka satupun.

Dari pembicaraan mereka aku mengambil kesimpulan mereka dendam kepada Mama karena tak suka Papa memilih Mama dari pada teman mereka. Papa memang banyak penggemar aku lihat dengan Mata kepalaku sendiri bagaimana perempuan-perempuan dengan pakaian kurang bahan merayu Papa bahkan terang-terangan di depan Mama. Tak jarang kadang aku mengomentari mereka yang keterlaluan. 

Aku harus membantu Mama. Kalau perlu memperingati Mama agar mencari bodyguard yang berjaga 24 jam. Ku balik arah ke kelas Mama. lebih baik menunggu didepan kelas saja. Rasa ingin ke toilet tadi hilang begitu saja.

Aku tiba di depan kelas Mama kebetulan keluar. "Sunny, ayo kita pulang. Ayo ikut aku ke caffe dulu yuk" aku hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. kami berjalan menuju caffe yang tak jauh dari daerah kampus. jalanan sepi mungkin karena hari masih pagi walau sudah jam 10 pagi tak terlalu banyak kendaraan ataupu orang yang berlalu lalang.

Kejadiannya terasa begitu cepat ketika ada mobil yang menuju kearah kami dengan kecepatan tinggi. Aku dan Mama mematung tak bergerak. Entah kekuatan dari mana ku dapatkan, ku dorong sekuat tenaga Mama ke tepi trotoar tapi naasnya aku tak sempat menghindar ketika mobil itu menabrak tubuhku. Tubuhku melayang ke udara kemudian terhempas ke aspal. rasanya badanku di himpit dengan barang berat hingga aku sulit bernafas. Penglihatanku menggelap meski masih ku dengar samar suara Mama memanggilku "Sunny!!!"

Inikah akhir dari hidupku. Aku belum merasakan indahnya dunia, bahagia bersama keluarga. Mungkin ini yang terbaik untukku.... Akhirku.

~ ~ ~

Saat ku buka cahaya lampu yang menusuk indra penglihatanku. ku edarkan ke sekeliling yang hanya ada warna putih yang mengiasi seluruh ruangan ini. Suara mesin detak jantung terdengar di telingaku. dan bau antiseptik dan obat begitu menusuk penciumanku.

Rasanya aku tak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. bagai dihimpit tembok berat. Aku melihat Eyang tertidur di sampingku. tapi fokusku ada pada sofa yang ada agak jauh dari brankarku. Bukankah itu Papa?. Ku coba gerakkan tanganku walau berat. ku lihat infus dan beberapa selang entah apa itu. Dan ku coba melepas alat pernafasan di wajahku. Eyang membuka mata dan bilang "Akhirnya kamu sadar juga Rain, Eyang takut kamu tidak akan bangun nak" untuk pertama kalinya ku melihat Eyang menangis di depanku karena aku. Aku pernah melihat Eyang menangis di depan foto Mama. Tapi tak pernah seperti ini, seakan dia takut kehilanganku. 

Papa terjaga karena suara tangis Eyang. Aku melihat lelah dan lingkar mata di wajah Papa. Apa itu karena aku atau memang Papa lelah karena pekerjaan?

"Rain... " Aku tak ingat kapan terakhir kali Papa memanggil namaku. Rasanya ingin ku peluk dua orang yang paling ku sayangi di dunia ini. Jangankan untuk bangkit, aku saja tak kuat mengangkat tanganku. hanya air mata yang bisa mewakili rasa haruku. 

"Apa yang terjadi Rain? Kamu menghilang beberapa hari, saat di temukan salah satu mbak yang kerja di rumah, kamu pingsan dengan luka parah di dalam bagasi mobil. Bahkan kamu koma selama 3 hari".

Apa? Aku ditemukan di dalam bagasi mobil? Dan koma 3 hari? Aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi. ku coba mengingat kejadian terakhir kali ku alami. tapi rasa sakit seluruh tubuhku menjalar hingga ke kepala. aku ingin berteriak sakit. hanya suara teriakan tanpa kata yang keluar dariku.

Ku lihat Papa dan Eyang mulai panik dan Papa menekan tombol darurat di sebelahku. Papa berteriak di pintu memanggil dokter. Serombongan dokter dan suster mendekatiku yang meronta tanpa suara. Dokter menyuruh perawat menyuntikan sesuatu kepadaku. beberapa detik kemudian rasa sakitnya berangsur hilang. dan kantuk mulai menderaku. 

Aku tak tahu ini malam atau siang hari saatku terbangun. Badanku tearsa mendingan. Ku coba menggerakkan tanganku. "Rain... " ku dengar suara Papa. Apa Papa selalu disini menungguiku? Aku kira Papa tak akan datang melihatku hingga akhir hayatku karena perlakuan Papa selama ini. Ingin ku menjawab tapi tak ada suara keluar dari mulutku. Lebih baik aku diam saja. toh aku juga tak tahu harus bagaimana dengan Papa yang ada didepanku ini. Aku kenal Andra pacar Ajeng. Bukan Papa yang di depanku.

Dokter menjelaskan kondisiku, mungkin karena trauma atau stres yang mengakibatkan aku tak bisa bicara. dan Dokter menyarankan Papa memanggilkan Psikiater untukku. Ada raut khawatir di wajah Papa, aku tak tahu entah benar atau tidak. aku tak terlalu bisa membaca orang, aku tak pernah peduli dengan itu semua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status