"Neng bangun."
"Iya Mak, Neng masih mengantuk ini."
"Bagaimana tidak mengantuk, Kamu pulang itu hampir subuh Neng."
"Masa Mak? Lestari kenapa tidak ingat ya?"
"Ya Kamu sangat lusuh dan sangat terlihat lelah semalam, Mak tidak mau mengganggumu, ya sudah lekas mandi dan berganti pakaian."
"Iya Mak."
Ya aku pasti lupa, tapi kenapa ya sampai larut malam begini, bahkan menjelang pagi. Apakah memang kami mendapatkan banyak tanggapan dan saweran semalam.
Aku pun berdiri dari kasurku, aku mengambil tas pribadiku dan aku buka, astaga duitnya banyak sekali. Aku pun hitung lembar-demi lembar uang yang ada. Totalnya ada dua puluh juta rupiah, doa gepok uang pecahan 100.000.
Duit siapa ini? oh iya aku pun ingat saat aku mau naik ke panggung aku melihat ada Abah Rahmat di sana. Sungguh dia memberikan aku uang sebanyak ini dalam satu malam saja saat menari?
Aku pun bergegas mandi dan mengganti pakaianku, aku ingin sarapan dahu
Aku harus tetap menari, agar teman-temanku tidak curiga dengan kejanggalan- kejanggalan yang terjadi ini. Memang benar aku memperoleh banyak uang dari itu semua, tapi haruskah aku mengorbankan seseorang demi syarat Nyi Mas Srinti. Hampir setiap malam pun aku memimpikannya mimpi yang aneh dan sangat menakutkan, mimpi yang sama terus berulang-ulang tentang Nyi Mas Srinti yang meminta bantuanku untuk membalaskan dendamnya. Terkadang aku juga bermimpi, mimpi tentang kehidupan masa lalu Nyi Mas Srinti sebagai seorang penari jaipong. Tampak sosoknya yang memiliki paras yang ayu dan sangat piawai menari. Rasanya ingin berhenti dari semua kehidupan dan mimpi-mimpi buruk ini, tapi sepertinya tidak mungkin, masih sangat berat dan terlanjur semua, aku sudah terlambat untuk mundur. "Teh...." "Iya ada apa Asep dan Jaja?" "Asep sebentar lagi lulus Sekolah Menengah Pertama, Asep mau kerja saja ya? biar dapat bantu Teteh dan Abah." "Jangan! Asep dan J
“Lestari Aku makin curiga sama Kamu.” “Curiga apa sih Cahyati? Kamu ada-ada saja deh pakai acara curiga segala sama aku.” “Ya, Aku sering merasa Kamu itu aneh Lestari kalau sedang tampil di panggung. Kamu tidak seperti yang aku kenal sejak dulu tau, kamu makin aneh setiap malamnya.” “Aku baik-baik saja Cahyati, percaya deh, hanya saja Aku ingin total kalau sedang tampil.” "Tidak, kamu kalau tampil seakan tidak kenal dan tidak dekat kepadaku, bahkan kamu suka pergi sendiri tanpa pamit padaku." Gawat, Cahyati sudah sering menegurku sikap dan kelakuanku saat manggung. Sedangkan aku sungguh-sungguh tidak sadar dengan semua yang aku lakukan setiap harinya. Ya tuhan, sampai kapan aku harus berkelit seperti ini. Dan aku pun telah di tegur mak Lastri kemarin. Apa iya aku sangat berbeda jika sedang manggung. Aku pun terus melipat pakaian yang baru saja aku ambil dari halaman rumahku, terus menyibukan diri agar diriku tidak melamun. Tamp
Bertubi-tubi dalam setahun ini Nyi Mas Srinti menjalankan aksinya untuk balas dendam. Aku benar-benar merasa stress dan ketakutan sekali, rasanya nyaris aku tidak bisa menjalani kehidupanku dengan tenang. Dalam satu bulan terakhir ini saja sudah ada emoat orang yang meninggal, dan aku rasa semua karena perbuatan balas dendam Nyi Mas Srinti dan semua kisah kematiannya mereka nyaris sama mati terbunuh secara misterius. Nyi Mas Srinti membunuh pak Asep, korban ke 4 empatnya, kemudian juragan Pepen dan pak Waluyo. Mereka terbunuh dengan motif yang sama, malam di mana telah berjaipong denganku, meninggal dengan kisah yang sama tragisnya. Hari ini tepat tanggal 1 Suro, seperti kesepakatanku dengan abah Anom. Aku harus menggelar ruwatan mandi kembang di kediamannya. Aku berangkat dari rumah menggunakan bus umum, aku tak ingin seorang pun tahu apa yang aku lakukan. Hal ini aku lakukan untuk menjaga khasiat dari susuk-susuk yang aku gunakan di tubuhku. Dan satu
Badanku terasa sakit, makin hari aku semakin drop dan stres. Memang sih aku aman, tak ada bukti yang mengarah kepadaku. Tapi sadar dan tak sadar aku paham dengan apa yang terjadi. jika aku sanggup aku ingin lari dari kenyataan ini. Tapi semua tidak mungkin dan aku tak bisa.Sabtu besok tanggal 5 Malam Jumat Suro kami akan tampil dalam ruwatan kampung Jati Bahagia. Aku sungguh takut, akankah malam itu Nyi Mas Srinti akan meminta tumbalnya yang ke tujuh. Siapa lagi nyawa yang akan ia rebut dengan perantara aku."Tok....tok....tok...., Assalamualaikum.""Waalaikumsalam""Eh Aa Faizal, kapan pulang dari Bogor Aa?""Tiga hari lalu Neng.""Aa dandanannya bikin Tari pangling sekarang, sudah seperti bapak-bapak ustaz."
Faizal, Malam ini, entah mengapa batinku tidak tenang, ingin rasanya aku melihat pertunjukan Lestari. Aku dengar jika malam ini di Balai Desa Group sanggar Jaipong Tari akan tampil. Hatiku berkata aku harus melihatnya malam ini. "Ke sana jangan ya?" Ya Allah, kenapa hati ini resah gelisah, tak pernah aku khawatir seperti ini. Bismillah, ya sudahlah aku akan ke sana saja, biar aku tenang dan tidak khawatir seperti ini. Aku bergegas mengeluarkan motor dalam garasi. Segera Aku pacu motorku. Lima menit aku tiba di sana sangat tergesa-gesa dan was-was. Sungguh ramai warga kampung yang berkumpul. Ternyata masih tarian anak-anak. Aku pun duduk di kursi di bawah tarup. Sungguh jarang sekali bahkan nyaris tak pernah aku melihat tontonan seperti ini. Baru kali ini mengapa langkahku ingin sekali membawaku kesini. Melihat wanita yang aku cintai tampil dalam sanggar jaipongan, mengapa hatiku sedih dan tidak ikhlas. Tari dan Cahyati sangat tidak pantas berada di ac
Malam ini, aku menunggu Faiz kembali dari kampung. Hatiku sedikit tenang di sini ada Teh Sinta dia putri dari ustad Jaya. Beliau mengajak aku berkeliling pondok pesantren. Pondok yang sangat asri, tepat berada di bawah kaki gunung, teh Sinta bilang lokasinya tepat di bawah kaki gunung salak. Teh Sinta meminjamkan aku sajadah dan Alquran, abah bilang aku harus Shalat 5 waktu mulai hari ini tanpa tertinggal. Dan membaca Alquran di kala waktu senggang. Siang tadi mereka melalukan rukiah aku, aku jerit-jerit tidak karuan, aku muntah-muntah mual dan sakit sekali seluruh tubuhku. Terutama pipiku, dan anggota tubuh yang pernah aku pasang susuk dulu. Mereka bilang minimal 1 minggu akan melakukan rukiah yang sama. Agar semua keburukan yang ada dalam diriku benar-benar sirna. Ya Allah, ternyata tidak mudah mengeluarkan barang itu dari tubuhku, abah bilang jika sampai aku tidak jujur dan kelak meninggal, saat sakaratul maut aku akan merasa sakit yang sangat sakit
Ternyata hari pernikahan aku dan Faiz sudah di depan mata persiapan yang hanya dua Minggu cukup membuat kami kalang-kabut. Di rumahku tetangga sudah banyak berkumpul, begitu pun paman dan bibiku dari kampung. Ada yang sibuk membuat dodol, membuka kelapa, menyiapkan janur dan membersihkan halaman yang akan di pasang tenda pernikahanku dengan A Faizal. Semalam keluarga mas Faiz juga sudah resmi melamarku dan memberikan uang pernikahan. Pagi ini kulihat emak dan abah sibuk belanja bulak-balik ke pasar. Masih ada 2 hari sih, tapi mereka sangat antusias sekali mempersiapkan hari pernikahanku. Aku dan Cahyati akan pergi ke tukang jahit, mengambil baju gamisku yang terbuat dari bahan brukat. Begitu juga Cahyati dia antusias menjadi pagar ayu dalam pernikahanku. Aku membuat gamis pernikahan berwara merah muda, sedangkan mas Faiz aku buatkan koko berwarna merah marun, yang senada dengan kerudungku.tak lupa aku membelikan seragam untuk teman-teman ya siapa lagi yang ak
"Lestari... Kau telah menghianati aku lestari kau meninggalkanku." "Lestari Kau di mana....?" Sesosok penari jaipong muncul tepat di hadapanku, wajahnya tua, rambut putih terurai acak-acakan dan panjang, kulitnya peot dengan badan yang bau amis, dan penuh sisik. Dia mendekati tempat tidurku. Matanya melotot, dia tersenyum sinis padaku. Dia naik ke tempat tidurku, dia duduk di perutku, dia mencekitku, mencekik leherku. "Lestari, kau harus ikut denganku." "Sakit Mak, ammmmpun Mak..." "Kau mati Tari, Kau harus ikut denganku." "Tidak.....tidak....tidak Mak." "Sayang, bangun..." Mas Faiz membangunkan aku dan memelukku. "Sayang Kamu mimpi." "Alhamdulillah Ya Allah, seram Aa, ngeri, mimpinya seperti nyata sekali." "Ya sudah, ini minum dulu ya biar tenang, habis itu Kita bangun ya Shalat tahajud dulu, sebelum kamu tidur lagi." "Iya Aa." Aku dan Faiz Shalat tahajud, kami lanjutkan dengan b