Ziva yang masih lemas hanya menggeleng saja. Ia masih merasa syok dan takut. Tubuhnya juga terasa dingin.
Merasa tubuh Ziva menggigil membuat Regan segera membopong istrinya untuk masuk ke rumah. Saat dibopong pun Ziva langsung mengalungkan tangannya otomatis. Matanya menatap wajah tegas Regan yang kalau dipikir-pikir tampan, tapi menyebalkan.
“Lho kalian habis ngapain kenapa basah semua? Bukannya Ziva nggak bisa renang?” Maya heboh melihat Ziva basah kuyup digendongan Regan.
Regan tak menjawab justru terus berjalan menuju ke lantai atas. Dia masuk kamar dan menuju ke kamar mandi. Regan meletakkan Ziva ke bathtub dengan gerakan pelan. Ia menyalakan air hangat dan mencoba membuka pakaian Ziva namun dicegah oleh Ziva cepat.
“Jangan.”
“Bisa buka sendiri?”
Ziva mengangguk. Matanya masih menatap Regan yang masih saja berjongkok di samping bathtub.
“Kamu enggak keluar?”
Regan berdecak s
Jangan tanya perasaan Regan saat ini bagaimana. Yang pasti sangat tersiksa luar biasa melihat perempuan itu perlahan melucuti pakaiannya sendiri seperti itu.Mati-matian Regan berusaha bersikap tenang juga masa bodoh. Sebisa mungkin ia menunjukkan tidak membutuhkan cicilan ini agar Ziva semakin berusaha keras.Dan di saat Ziva menaiki ranjang serta duduk di pangkuannya membuat tubuh Regan merasakan gelenyar aneh dan sesuatu dirinya mulai panas terbakar.Matanya menatap ke manik mata Ziva yang tampak sayu itu. Gairahnya meningkat tanpa diminta, dan embusan napas Ziva bisa Regan rasakan di hidungnya.Tampak perempuan itu kebingungan, dan ekor mata Regan melihat dua gundukan besar yang menyembul di balik bra yang Ziva kenakan itu. Regan berusaha keras menahan birahinya yang benar-benar tak tahan ini.Terlebih Ziva masih duduk diam dan bingung. Regan yang gengsi hanya bisa menahan hasrat birahi dengan wajahnya yang datar.“Regan, aku mau c
Senyum Ziva langsung terbit mendengar suara lembut kekasihnya. Rasanya penyiksaan ini ingin cepat berakhir. Tapi ia masih memiliki cicilan sebanyak 31 kali.“Mikooo.”“Besok bisa ketemu?”“Emm ….” Ziva bingung karena besok ia akan menjenguk sang papa ke penjara. Apalagi jika ia pergi takut membuat Regan murka kepadanya yang berimbas ke mama papanya. “Nanti aku kabarin lagi besok.”“Aku tahu pasti hatimu sangat tersiksa kan? Aku akan berusaha kumpulin uang biar bisa sewa pengacara untuk kamu gugat cerai pria tua itu.”“Makasih Miko.”“Hmm, kamu tidur gih. Jaga diri kamu jangan sampai mau disentuh sama pria tua itu. Dia hanya penghancur hubungan kita saja.”Ziva diam. Pasalnya ia baru saja akan memberikan kesuciannya kepada Regan jika bunda tidak membuka pintu barusan.“Iya,” jawab Ziva pelan.“Bye honey.”
Sampai apartemen baik Regan dan Ziva langsung berjalan menuju ke kamar milik Regan. Apalagi Ziva sudah merasa frustasi dan tidak ada pilihan lain selain menyicil itu semua. Dan ia juga ingin bebas dari Regan. Tidak seperti ini yang selalu diikuti kemana saja.“Kamu yakin? Sekali kita menyatu nanti aku nggak bakalan bisa berhenti untuk keluar lagi dan justru aku akan semakin memperdalamnya.”Ziva diam.Rasanya ia sudah ingin cepat-cepat selesai urusan dengan Regantara Abimana ini. Ziva memejamkan matanya dan mengambil napas panjang kemudian mengangguk yakin.“Ya, aku yakin akan melakukan ini semua sekarang. Maka lakukanlah agar segala utangku cepat lunas dan Papaku bisa bebas.”Regan berjalan melangkah mendekati Ziva. Ia berjalan memutari tubuh mungil perempuan ini sambil memegang dagunya yang ditumbuhi rambut tipis sehingga terkesan sangat tampan di mata k
Merasa sudah bisa beradaptasi membuat Regan mulai memaju mundurkan miliknya dengan gerakan pelan. Saat itu juga suara lenguhan Ziva terdengar sangat merdu ditelinganya. Bahkan suara musik sebagai backsound kegiatan mereka membuat Regan mengabaikannya. Ia lebih suka suara yang keluar dari mulut istrinya.“Regan.”Disebut terus menerus oleh Ziva membuat rasa semangat dalam tubuh Regan terbakar. Regan mulai menambah tempo kecepatan genjotannya itu hingga keduanya merasa ingin menuju klimaks dengan suara Ziva yang memekik kencang.“Aaaaah, aku ingin keluar.”“Bersama sayang.”Merasa tubuh Ziva sudah menegang dan berkedut di area bawah sana membuat Regan memeluk tubuh istrinya erat dengan genjotan di bawah dibuat secepat mungkin hinggi keduanya sama-sama melakukan pelepasan.Bibir Regan tersungging kala mengetahui jika benihnya
Merasa jika tadi di dalam apotek hanya sebentar saja membuat Regan sangat yakin jika Ziva belum jauh dari lokasinya saat ini. Apalagi mengingat Ziva yang jalannya sangat tertatih seperti masih kesakitan membuat Regan semakin optimis yakin.Dengan cepat pula Regan langsung berlari ke arah bahu jalan untuk melihat kendaraan yang melintas. Matanya terus menyapu ke arah kanan dan kiri. Tepat saat sebuah taksi berhenti di arah kanannya pula Regan melihat jika Ziva segera menaiki dengan gerakan yang sangat tergesa-gesa. Melihat itu membuat Regan berdecih kesal.Melihat taksi yang ditumpangi Ziva sudah melaju pergi pun membuat Regan segera kembali ke mobilnya. Ia langsung menaiki mobilnya dan menelepon seseorang untuk memberikan info jika Ziva menemui Miko.Selesai memberikan titah kepada anak buahnya, Regan pun lebih memilih pulang ke rumah bundanya terlebih dulu karena ada hal yang harus ia obrolkan dengan Maya.
Hari sudah semakin sore dan seorang perempuan kini masih saja duduk termenung di salah satu sebuah halte. Ya, perempuan itu adalah Ziva. Sejak kepergian dari rumah mamanya perempuan yang memiliki tubuh mungil dan parasnya yang cantik ini terus duduk sambil terus berpikir bagaimana caranya dia bisa membebaskan sang papa dan bisa lepas dari jerat belenggu yang Regan buat itu.“Aku harus gimana? Nggak mungkin minta bantuan Miko. Apalagi utangku kepada Regan sangatlah banyak dan pria itu tidak main-main dengan apa yang dilakukannya.” Ziva terus menerus memikirkan cara membebaskan sang papa sampai membuat kepalanya menjadi pusing juga sakit.Di saat sedang pusing juga bingung. Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor matic yang berhenti tepat di depan halte yang membuat Ziva langsung terkejut.“Rio,” gumamnya pelan.Rio langsung melepaskan helm miliknya dan segera memarkirkan sepeda motor matic di bahu jalan. Ia langsung segera menghampiri Ziv
Merasa akan percuma menghadapi bocah labil membuat Regan langsung berbalik badan meninggalkan Ziva yang masih saja menatap sengit kearahnya. Regan tak memedulikan ucapan yang dilontarkan perempuan itu. Regan memilih untuk kembali terbaring di atas ranjang sambil menatap Ziva yang keluar toilet dengan menghentak-hentakkan kakinya.Ziva pun langsung ikut terbaring di samping Regan. Menarik selimut hingga menutupi wajahnya dan berposisi memunggungi pria itu.Regan berdeham pelan. “Aku mau meminta cicilan kedua,” ceplosnya.Mendengar itu membuat Ziva justru langsung melotot tajam dan membuatnya semakin meremas selimut.“Ayo berikan cicilan keduamu sekarang karena aku akan pergi selama empat hari.”Ziva masih diam saja dan terus berpikir cara menolak permintaan Regan itu. Apalagi ia masih kesal dengan sikap Regan yang akan membunuhnya secara perlahan. Dan sekarang pria itu justru meminta cicilan? Yang benar saja. Apa dia sudah gila atau dia sebenarnya seoran
Saat ini Ziva merasakan aneh dengan tatapan Maya kepadanya. Pasalnya perempuan paruh baya itu menatapnya sangat intens dan tampak tersenyum senang. Entah apa yang membuatnya senang.“Makan ini sayang,” kata Maya sambil mengambilkan ikan serta telur kepada menantunya ini.“Makasih, Bun.”Maya pun berdeham pelan dan terus tersenyum. “Kamu sakit?”“Hah? Enggak kok Bun.” Ziva langsung bingung sendiri kenapa Maya menebak jika dirinya sedang sakit. Memangnya dia tidak bisa melihat jika ia sangat segar bugar begini. Hanya saja seluruh tubuhnya pada sakit dan lelah.“Bunda pikir kamu sakit. Soalnya panas begini kamu pakai sweater sama syal gitu.”“Oh ini … hahaha. Ziva lagi ….”“Sudah tidak usah dijelaskan. Bunda paham kok. Ayo sebaiknya segera makan.” Maya langsung memotong perkataan Ziva karena tidak mau membuat menantunya itu pusing berpikir u