"Kalau emang kamu punya harga diri, seharusnya kamu yang malu karena aku bisa melengserkan Alan kapanpun itu, Mela," tekan Lydia membuat Melati membisu. Semua orang terdiam mendengar pernyataan dari Lydia. Apalagi saat Lydia mengatakan dia bisa melengserkan suaminya dari perusahaan. Itu membuat semua saling pandang. Bahkan, Alan langsung menarik Lydia kasar. "MAKSUD KAMU APA?!" bentak Alan membuat Lydia terkejut hingga jantungnya berdebar-debar dan tangannya gemetar. Dia terkejut setengah mati dengan tingkah suaminya yang nyaris saja membenturkan kepalanya pada dinding. BUGH!! "Aku pernah bilang jangan macam-macam," peringatan Lydia penuh penekanan pada kalimatnya. Jantung Lydia tak beraturan dan kini, Alan membawa sebuah pisau tumpul lalu mendekati Lydia. Memang dasarnya sudah gila. Alan sudah berkali-kali mencoba membunuh Lydia namun, itu selalu gagal juga. Karena itu, kehidupannya selalu kacau. "A FUCK YOU BITCH!" umpat Lydia lalu menatap benci ke arah Alan, bahkan. Mau ba
Keadaan semakin runyam saat Adrian tak dapat menahan emosinya, itulah. Terjadi bencana. Meski berkali-kali semua tau bahwa itu adalah bentuk amarah dari seorang ayah karena anaknya tak diperlakukan dengan adil. Malam harinya, Lydia merasa pusing dan dia tak dapat menginggat apapun setelahnya, ia hanya bersenang-senang dan terdiam saat melihat Adrian dan Alan pulang dalam keadaan babak belur. "Non, tuan berantem sama tuan muda," ujar salah seorang pelayan dengan buru-buru mengambil air hangat dan obat-obatan didalam nakas. "Obati saja, saya mau pergi," sahut Lydia dengan merangkul papanya. "Pa, ayo ke rumah sakit," titahnya penuh kelembutan membuat Alan tak terima. "Suami kamu itu saya!" sergah Alan penuh emosi dan tak terima saat Lydia lebih memilih papanya dibanding dia. "Memang anda siapa?"Deg. Seolah jantung Alan berhenti berdetak. Memang ia ingin Lydia menjauh namun, tidak dengan cara seperti ini. Apalagi sampai tak mengenali dirinya. Itu sudah sangat keterlaluan untuknya!
Apabila perempuan sudah bermain logika maka, lelaki akan takhluk dengan perempuannya. Apalagi saat Lydia menoleh dan mendekati Alan. "Aku hanya akan mendengar sanjungan, bukan celaan dan tindasan," tadas Lydia lalu meninggalkan kamarnya. Memang benar. Rasa sakit hati yang begitu murni itu tak akan dapat membuat semuanya berubah begitu saja. Apalagi saat Lydia mengetahui bahwa suaminya hanya membutuhkannya sebagai pemuas. Tak ada yang bisa memaksa Lydia untuk berada disisi suaminya karena Alan juga selalu menyakiti hati Lydia dengan perbuatannya. Hari menjelang pagi, Lydia mulai bangun dari tempat tidur dan bersiap untuk sarapan. Lydia menyewa pembantu karena ia sudah tak ingin mendapat cacian saat masakannya tak sesuai keinginan kedua istri muda yang sok berkuasa seperti Melati dan Amelia. "Saya sarapan dikantor," ujar Alan dengan memperbaiki dasi dan lengan jasnya. "Yaudah, toh siapa yang nyuruh kamu makan? Kepedean," remeh Lydia santai membuat Melati sangat jengkel. "Cewek c
Alan tengah bersenang-senang didalam kantor. Bercumbu dengan sekertarisnya dan kedua perempuan lainnya yang tengah memijit dan membuat dirinya nyaman. Mengabaikan pekerjaan dan menunggu kontrak datang untuk ditandatangani. "Mas, kamu kapan nikahin aku?" "Aku juga." "Iya mas, kapan nikahin kita?" Kan? Rewel semua selingkuhannya. Ketiga perempuan ingin dinikahi secara bersama karena mereka beranggapan bahwa menjadi istri Alan akan bahagia. Adzan berkumandang dan Lydia memutuskan untuk sholat dimushola terdekat. Lydia tak pernah melupakan kewajibannya sebagai umat muslim dan ia tak juga melupakan bahwa lelaki boleh memiliki lebih dari 2 perempuan asalkan adil. Seusainya, Lydia memutuskan untuk duduk dibangku taman dengan memanjakan janin dalam kandungannya dan Alan, ia masih asik dengan para perempuan-perempuannya sehingga abai dengan Melati dan Amelia yang sudah menghubunginya berkali-kali. Drttt... Drttt... Drttt... Ponsel Lydia bergetar beberapa kali hingga Lydia mengangkat po
Alan juga lama-lama pusing dengan aduan dari kedua istrinya itu. Apalagi saat mendengar itu, Alan juga hanya mengangguk dan menyuruh kedua istrinya itu bebas melakukan apa saja asalkan mereka bahagia. Sedangkan Lydia, Martha dan Surti, mereka bertiga tengah asyik menikmati perjalanan mereka didalam mobil saat menuju ke bandara. Itu juga karena Lydia tengah hamil 3 bulan, jadi ia mulai ngidam. Tidak sulit untuk Lydia mengajak kedua pembantunya karena Lydia menganggap mereka juga sudah sebagai saudaranya. Apalagi saat tau Surti dan Martha ternyata hanya selisih 5 tahun dengannya. Ia sangat bahagia karena selama sekolah juga ia tak memiliki teman akrab. Apalagi masa SMP, itu masa yang paling ingin Lydia lupakan. Surti dan Martha juga tak sulit memahami Lydia, mereka paham dan mengerti bagaimana sifat Lydia dengan sangat cepat. Apalagi mereka juga menelusuri penyakit apa saja yang Lydia idap. Mereka semakin siaga 1 untuk Lydia. Mereka tiba dibandara, bandara yang tidak terlalu pad
Alan masih sangat runyam dengan tingkah istri-istrinya yang diluar nalar. Apalagi saat ia tak terurus sama sekali. Saat-saat seperti ini, Alan hanya dapat meratapi nasibnya didalam kamar Lydia. Kamar yang sangat rapi, wangi, dihiasi oleh bunga-bunga mawar yang dirangkai dengan indah didalam vas. Namun, langkahnya terhenti saat Alan tak sengaja menjatuhkan buku kecil yang berisi catatan dengan tulisan tangan yang sangat rapi. NETRA KELABU DALAM SEMU. Bagian sampulnya saja sudah membuat Alan penasaran jadi, ia memutuskan untuk membuka buku tersebut dan melihat tulisan JANGAN DIBUKA ATAUPUN DIBACA! Lembar pertama yang membuat Alan semakin penasaran dengan apa yang ditulis oleh istrinya lalu, Alan mulai membuka dan tertegun saat melihat tulisan tangan itu. ****** Hari ini adalah hari yang paling kubenci seumur hidup. Aku seolah adalah seorang pembunuh karena kekasihku tiada dipangkuanku. ****** Cinta sejati itu ada...? Buktinya, suamiku menikam dimana saat aku mulai mencintainya dia
3 Hari sudah lamanya Lydia, Surti dan juga Martha berlibur hingga hari ini, Lydia memutuskan untuk pulang karena hatinya sudah membaik dan tidak lagi terasa sakit seperti sebelumnya. "Akhirnya pulang juga," Lydia menghela nafasnya lega dan mulai tersenyum tipis saat melihat kandungannya juga semakin membaik karena ia bahagia. Untuk mengendalikan moodnya, Lydia juga sudah memiliki kedua sahabat yang selalu menemaninya. Kedua pelayan yang menjadi sahabat dekat. Mereka memutuskan untuk pulang namun, perjalanan mereka tak semulus yang dibayangkan karena mereka dihadang oleh sebuah mobil berwarna hitam dan Lydia juga mengenali mobil tersebut. Mobil lamborghini berwarna hitam dengan pengemudi yang sombong. Siapa lagi jika bukan Melati? "Minggir dari jalanku," pinta Lydia dengan santun dan lembut. "Emang siapa lo?" ketus Melati dengan mulai turun dari mobil dan menyiram segelas air ke arah Lydia. "Dasar munafik," celanya membuat Lydia hanya bisa bersabar menghadapi setan berwujud ma
Martha dan juga Surti langsung membawa Lydia ke dalam ambulans dan melarikan Lydia ke rumah sakit terdekat karena Lydia seperti orang yang tengah sekarat. Detak jantung yang berat tekanan dan kepalanya bersimbah darah. Belum lagi saat Martha menerima telfon bahwasan Adrian ditemukan tewas didalam ruangan dengan 3 tusukan pisau pada bagian jantungnya. Hening. Martha bergeming dengan air matanya yang lolos tanpa aba-aba ketika sampai dan melihat Lydia langsung dilarikan ke dalam ruang ICCU agar dapat pertolongan pertama. Tak hanya itu, Bayu juga datang untuk menjemput dan merujuk Lydia ke rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan mendalam karena akan sulit apabila Skizofrenianya sudah parah. Lebih menyakitkan lagi, saat semua mendengar bahwa anak Lydia juga tak dapat diselamatkan karena benturan keras dan tingkat stress Lydia yang tinggi membuat bayinya tak bertahan lama didalam rahimnya. Memang. Tanah yang tandus itu sudah tak seharusnya dihuni karena tak akan subur meski disiram