Share

Waktu yang keliru

Suara itu hanya diabaikan oleh Lydia. Tanpa dihiraukan sama sekali meski hatinya dongkol karena ulah suaminya. 

"Urus saja perusahaan anda atau saya bakal lengserkan anda dari jabatan tinggi itu, Tuan Alan," ancam Lydia dengan menyeringai dan menarik dasi suaminya dengan tatapan mengerikan. 

Alan terhenyak. "Sejak kapan dia jadi berani seperti ini..? Sial," batin Alan dengan mengepalkan tangannya. 

Alan lupa jika istrinya mengidap kepribadian ganda? 

Atau memang Alan tidak tau tentang itu? 

Lydia lepas kendali. Waktu yang salah membuatnya semakin terpuruk dalam keadaannya dan kali ini Alan salah sasaran. Meski sekuat tenaga Alan mencoba meraih Lydia, itu tak berguna karena yang dihadapannya bukanlah Lydia sebenarnya. 

BRAK!

Suara benturan itu membuat Angelica dan Adrian berlari ke ruang pribadi putrinya. Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Alan sudah tersungkur dilantai dan Lydia yang mulai menggila.

"Ly, jangan lakukan hal ini, ini salah Lydia Agathna Pragya Adrian!" bentak Adrian dengan memegang kuat tubuh putrinya hingga putrinya itu mulai meluruh saat kepalanya terasa sangat pusing. 

"Ly..," lirih Adrian kala melihat Lydia mulai mengedarkan pandangan dan Lydia terlihat binggung disana. Bagaimana bisa suaminya seolah tengah berlutut dihadapannya? 

Waktu berlalu begitu cepat. Setelah kejadian itu, Lydia memutuskan untuk kembali ke rumah Alan. Tinggal bersama kedua istri muda suaminya namun, tetap saja Lydia yang termuda disana. 

Hari ini adalah hari dimana Alan akan membawa kedua istri barunya pergi dan meninggalkan Lydia dirumah sendirian. 

"Sarapan dulu mas," titah Lydia santun. 

"Saya makan diluar bersama Amel dan Mela," sahut Alan dengan merangkul kedua istri mudanya dan tersenyum penuh kemenangan. 

Lydia? Dia hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya. Aneh. Biasanya dengan kata itu akan menimbulkan pertikaian yang dihiasi oleh tangisan namun, kali ini berbeda. 

"Oh yasudah, aku makan sendiri, habis ini aku mau pergi," ujar Lydia dengan mulai memakan roti isi dimeja yang ia siapkan. 

"Mau kemana kamu? Jangan coba-coba keluyuran," sela Alan membuat Lydia berdecih geli. 

"Apa urusanmu? Pergi saja dengan kedua istrimu, aku mau jalan-jalan, menghabiskan uang dan memang.. Atas dasar apa aku harus tunduk padamu, mas?" tanya Lydia membuat Alan terdiam seribu bahasa. 

Bagaimanapun juga itu salahnya bukan? 

Ya. Alan langsung meninggalkan rumah tersebut dan pergi liburan sesuai dengan yang diinginkan kedua istri tersayangnya. 

"Mas, kamu mikirin apa sih?" tanya Amelia curiga karena sedari tadi Alan seperti tidak bersemangat sama sekali. 

"Nah iya, kamu kenapa sih? Mikirin si cewek itu? Ayolah enjoy mas," imbuh Melati dengan mulai mengusap wajah Alan lembut. 

Sedangkan Lydia, ia tengah berada dimall dengan sahabat-sahabatnya dari SMA dan berbelanja menyenangkan dirinya serta ke dokter untuk memeriksa kandungannya. 

"Ly, suami lo ternyata sebrebgsek itu ya, btw lo ga ada niatan cerai?" tanya Lala, sahabatnya. 

"Kalau cerai.. Bagaimana caranya aku membalas segalanya? Mungkin dia buruk sebagai suami namun, aku tidak mau anakku tidak mempunyai ayah, biarlah dia brengsek asal dia gak pernah nyakitin anakku." 

Lala kagum dengan kegigihan Lydia yang tak menyerah walau mentalnya juga dalam kondisi down untuk sekarang ini, ia salut. Bagaimana tidak? Jika ia diposisinya mungkin ia menyerah namun, Lydia tidak seperti itu.

"Ternyata lo masih sama ya, suka lakuin apa yang lo mau." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status