Share

Sanggup

Tawa Lydia memecah kesunyian. Tawa lepas itu membuat Lala merasa caranya mengajak sahabatnya itu bahagia ada benarnya. Meski ia tau bagaimana keadaan Lydia jika tanpanya. 

"Ly, andai lo cerai sama suami lo apa yang lo lakuin?"

"Kenapa kamu selalu bertanya soal perceraian? Aku tak memikirkan itu karena aku tak ingin anakku tidak memiliki ayah." 

Hening. 

Lala bergeming mendengar penuturan Lydia yang terdengar cukup masuk akal juga. Karena tak mungkin perempuan seperti Lydia lebih memikirkan dirinya sendiri. 

"Pulang aja yuk," ajak Lala diangguki Lydia.

Rasanya bahagia. Hati Lydia bahagia dengan semua belajaan yang ia bawa itu. Semuanya seperti pakaian anak gadis pada umumnya namun, terlihat pas dan lucu ketika Lydia pakai sekalipun sedikit kebesaran.  

Setelah sampai dirumah, Lydia langsung memasuki kamar dan mencoba semua baju-baju itu. Ada baju yang sangat minim dan itu membuat Lydia terlihat 2 tahun lebih muda. Kulit putih, bibir pink, rambut hitam legam nan panjang membuat Lydia semakin cantik. 

"Lydia, siapkan makanan, saya pul─" ucapan Alan tak selesai karena ia kagum dengan kecantikan istri pertamanya. 

"Makanan udah siap, aku mau ke kamar," sela Lydia langsung meninggalkan tempat tersebut dan pergi ke kamar. 

Sesampainya dikamar, Lydia meminum obat yang berada diatas nakas dan membaringkan tubuhnya diranjang yang empuk setelah lelah berjalan seharian ini. 

Tok..! Tok..! Tok..! 

Suara pintu kamar yang diketuk 3 kali dengan cukup kuat itu membuat Lydia terperanjat. Ia tak bisa berpikir jernih setelah memutuskan untuk membuka pintu dan.. 

Plak! 

Satu tamparan dilayangkan dipipi Lydia hingga Lydia tertoleh dan pipinya terasa panas. Yang benar saja, Melati datang hanya untuk menampar Lydia? Kurang kerjaan. 

"Gak usah sok polos! Gua tau lo itu busuk, Lydia!" cela Melati membuat Lydia terkejut setengah mati. 

"Maksud mbak apa? Aku busuk? Coba mbak lihat cermin," sahut Lydia membuat Melati semakin geram dengannya. 

"Woy bocah! Gua lebih tua dan gua lebih tau gimana sifat lo." 

"Dan aku yang bocah ini saja bisa berpikir lalu, kenapa mbak ga bisa..? Ah aku lupa. Mbak kan cuma bisa andelin mas Alan biar dibela ya? Yaudah, kali ini ga ada yang bela mbak, jadi..? Keluar sekarang dari kamar ini," ujar Lydia dengan badan yang terpepet tembok. 

"LO ITU CUMA SAMPAH, LYDIA!" geram Melati dengan mulai mencekik leher Lydia dengan mata yang memerah. 

Lydia? Dia menahan tangan Melati hingga Lydia melawan perempuan gila dihadapannya dengan otaknya yang cerdas. "Ternyata mas Alan cuma nikahin seorang psikopat ya," sindir Lydia dengan berdecih geli. 

"Mbak tau gak? Bahkan, anjing aja gamau melawan tuannya, sadar posisi  dan sadar diri itu perlu, mbak." 

Deg. 

Hati Melati seolah tertusuk jarum dan ucapan Lydia itu seolah tanpa dosa. Bagaimana bisa ia begitu berani hingga menghina dan meyamakannya dengan seekor anjing? 

"Kepastian dan kemenangan hanyalah akan diperoleh dengan cara murni bukan cara menghina dan menyiksa," tadas Lydia dengan menepis tangan Melati dan meninggalkan Melati dikamar itu sendirian.

"Oh ya, jangan lupa adu dombanya ya mbak? Soalnya kalau misal khasta, aku ratu dan mbak cuma seorang selir yang tak diakui oleh rakyat manapun kecuali AKU." 

Lagi dan lagi Melati merasa sangat terhina degan ucapan Lydia itu. Bagaimana bisa Lydia seberani itu kepadanya..? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status