“Where are you taking me?” I whimpered as the huge wolf carried me on his shoulders. After a couple of minutes, he put me down. Before I could blink, the huge white wolf shifted before me. The man who now stood in its place was handsome, muscular… and completely naked. * * * Elaine Rutherford has spent her entire life wishing for an escape from her dysfunctional family. But when her wish is granted in the form of being offered up as a human sacrifice to an elite village of werewolves…it wasn’t exactly what she had in mind. Every leap year, Stella’s Soul receives a mortal woman from the neighbouring city of Moonburn, just beyond the wall, to bear children for the chosen werewolf. And it just so happens this year is a leap year. On the next full moon, Elaine is set to be married to the handsome werewolf billionaire, Tyler Jane Moonstorm. Despite her doubts, she still hopes that this will be a better life than she’s used to. At least that’s what she thought…
View MoreBraaaak!
Sebuah pintu ditendang dengan kasar. Seorang wanita cantik menatap dingin dan penuh amarah pada dua orang di dalam kamar. Dadanya terasa panas dan rasa cemburu kini menjalar menyayat hati yang terluka. Bagaimana tidak, Sandrina Alexander Raharja menyaksikan perselingkuhan suaminya sendiri dengan perempuan pilihan mertuanya.
"Manusia biadab! Hentikan perbuatan kalian!" pekik Sandrina dengan suara dingin dan mata menyala penuh amarah.
"Sandrina, apa-apaan ini!?" Michael yang sedang menggerayangi tubuh Clara, tampak kaget dan langsung menghentikan gerakannya. Kedua mata melotot penuh amarah pada sang istri yang berani mengacaukan kesenangannya.
Sandrina mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang menumpuk di dada. Sungguh tidak pernah dia bayangkan sebelumnya jika seorang suami yang selama ini dicintainya, kini berani menduakan dan mengkhianati janji suci pernikahan. Lelaki yang tiga tahun lalu berusaha mendapatkan Sandrina, berjanji akan membahagiakannya, saat ini juga tengah membuat luka tanpa sayatan di hati Sandrina.
"Apa yang kamu lakukan, perempuan mandul? Kamu mau melihat kami bersenang-senang?" Seorang wanita berambut pirang bertanya dengan ekspresi menghina. Tubuhnya sudah polos tanpa sehelai kain.
"Aku tidak mandul! Jangan asal bicara, perempuan jal*ng!" sentak Sandrina sembari melangkahkan kakinya mendekati kedua orang di sana. Meski kedua mata sudah terasa panas, tapi dia masih mampu bertahan untuk tidak menangis saat ini juga.
Michael Jordan Henderson, pria tampan berusia 30 tahun itu kini menatap sangar dan dingin pada Sandrina. Tangannya yang kekar mencoba melindungi selingkuhannya dari amukan yang mungkin akan Sandrina lakukan. Dia tidak tahu jika pada detik ini, Sandrina akan memergoki perselingkuhannya dengan Clara Adelin.
"Dasar laki-laki bejat! Pembohong! Pengkhianat!" Sandrina memaki dengan emosi yang meluap-luap. Suaranya melengking di udara. Tas Hermes yang dia bawa, kini mendarat sempurna di dada pria yang telah mengkhianati dirinya. Hatinya sakit dan begitu terluka melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain di hadapannya.
"Sandrina, aku akan jelaskan semuanya," ucap Michael sembari bangkit dari duduknya. Perlahan dia mendekati sang istri lalu menyentuh tangannya.
"Jangan sentuh aku!" bentak Sandrina, "Aku sudah tahu semuanya. Kamu telah mengkhianati janji suci pernikahan kita! Kamu sungguh tega, Michael," lanjutnya dengan suara yang dingin dan bergetar.
Michael menarik napas dalam lalu membuangnya berat. Dalam situasi ini, dia sangat bingung dan dilema. Di satu sisi, dia sangat mencintai Sandrina, tapi di sisi lain dia pun menyukai Clara. Seandainya Sandrina sudah bisa memberikan dia seorang anak, mungkin Michael tidak akan berani menyakiti dan mengkhianati istrinya itu.
"Jadi ini balasan kamu terhadap istri yang selama ini patuh padamu, hah? Sekarang juga aku minta kalian keluar dari kamar ini! Ini kamarku!" usir Sandrina dengan kemarahan di ujung tanduk.
"Kamu tidak bisa mengusirku, perempuan mandul. Karena sebentar lagi aku dan Michael akan menikah," ucap Clara sembari menatap licik pada Sandrina.
Sandrina melebarkan kedua matanya dan menatap tajam pada Clara. Sesaat kemudian dia pun melempar tatapannya pada Michael yang kebingungan. "Benarkah yang dia katakan?"
Michael mengusap wajahnya kasar. Lalu dia pun meraih handuk untuk menutupi setengah badannya. "Itu benar. Aku akan menikahinya."
"Apa?" Sandrina menetap setengah tidak percaya. Baru saja lelaki yang begitu dicintainya, berani mengucapkan kata yang membuat hatinya terluka. Ini seperti mimpi buruk bagi Sandrina.
"Dia hamil anakku, Sandrina. Itu sebabnya aku akan menikahinya," ungkap Michael yang berhasil membuat Sandrina terperanjat kaget. Lelaki itu menunjukkan selembar test-pack yang bergaris dua.
"Hah!?" Rahang Sandrina terjatuh. Kedua mata melebar dan dadanya begitu sesak bagaikan terhimpit oleh beban berat. Tiba-tiba saja kini kepalanya pun sangat pusing dan apa yang barusan dia dengar, berhasil membuat dunianya terasa runtuh saat itu juga.
"Sudah jelas sekarang. Sebaiknya kamu saja yang mundur," sosor Clara.
Air mata yang semula ia pertahankan, akhirnya jatuh juga. Sandrina terduduk di lantai. Kakinya begitu lemas dan dadanya terasa sesak. Darah di sekujur tubuhnya seolah mengalir begitu panas. Air mata itu, kini mengalir membanjiri pipinya. Sandrina mulai goyah, dia tidak menyangka jika suaminya bisa setenang itu mengkhianatinya.
"Sayang, maafkan aku. Aku terpaksa melakukan ini karena aku ingin punya anak," ucap Michael sembari berjongkok lalu merengkuh lengan Sandrina.
Sandrina menepis kasar tangan itu. "Ceraikan aku sekarang juga!" Suaranya serak sekaligus bergetar karena kecewa dan marah.
Mata Michael melebar dan memerah. Betapa kagetnya ia mendengar permintaan istrinya. "Tidak, sayang. Jangan seperti ini. Aku ingin kita menjalani rumah tangga seperti biasa."
Hati Sandrina kian memanas. Betapa serakahnya Michael yang tidak mau melepaskannya tapi telah berani mengkhianatinya. Muak rasanya mendengar kata cinta dari suami yang telah menyakiti hatinya.
"Aku tidak sudi punya suami pengkhianat seperti kamu. Tidak ada lagi kesempatan untuk kita bersama, Michael. Sekarang juga aku minta padamu, ceraikan aku!" bentak Sandrina dengan sorot mata berkilat marah.
Michael terdiam. Dilihat dari segi manapun, Sandrina tidak main-main. Namun, dia yang masih mencintai Sandrina, sangat berat untuk menceraikannya.
"Ceraikan saja, Michael. Mami mendukung keputusan ini," ucap Lorenza—Mami Michael yang tiba-tiba masuk ke kamar itu.
"Tapi ini bukan yang aku inginkan, Mam. Aku mencintai Sandrina," sergah Michael.
"Cinta itu bohong! Kamu tidak akan menduakan aku kalau benar-benar cinta!" seloroh Sandrina dengan tatapan mata berkilat marah.
"Sudahlah, cepat ceraikan dia sekarang juga. Tidak rugi melepaskan wanita mandul ini, honey. Ingat, kita akan punya anak," sembur Clara sembari melingkarkan tangannya pada lengan kekar Michael.
Sandrina menatap jijik dan mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Mati-matian dia menguatkan hatinya saat mertua dan adik ipar memusuhi serta menghinanya, tapi ternyata itu semua hanya sia-sia. Pertahanan Sandrina cukup sampai di sini saja.
"Benar yang Clara katakan, Michael. Setelah kamu cerai dengan wanita mandul ini, maka Clara akan menjadi istri sempurna untukmu. Selain cantik, berprestasi, dia juga nggak mandul," ucap Lorenza mulai menghasut putra sulungnya itu. Tatapannya yang sinis kini tertuju pada Sandrina. Sejak awal menikah, Lorenza memang tidak menyukai Sandrina. Kedekatan Michael dengan Clara pun karena dia yang menjodohkan mereka.
Michael terdiam dan kini menatap bingung pada Sandrina. Apa yang Maminya katakan, membuat hatinya semakin gundah. Sekarang, Sandrina bersikap masa bodo padanya dan ingin berpisah. Jika dipertahankan, Michael yakin bahwa Sandrina akan membencinya dan tidak bersikap seperti biasanya.
"Cepat, ceraikan aku!" pinta Sandrina sembari menatap dingin dan penuh api permusuhan pada Michael.
Untuk sesaat, Michael menatap Sandrina dengan tajam. Setelah itu, matanya bergantian menatap Clara lalu sang Mami. Lorenza mengangguk sembari tersenyum licik.
"Baiklah kalau ini yang kamu mau, Sandrina," ucap Michael yang kemudian melangkahkan kakinya mendekati Sandrina.
Sandrina menatap tajam dengan napas naik turun tak beraturan. Ekspresi wajah Michael sudah terlihat menantang dirinya. Sandrina sekarang pasrah, hatinya terlanjur perih bak disayat belati. Dia sudah yakin dengan keputusannya saat ini.
"Sandrina, pada detik ini juga aku talak kamu. Mulai sekarang, kamu bukan istriku lagi," ucap Michael sembari menatap tajam dan dingin pada Sandrina.
Deg!
Tiba-tiba saja jantung Sandrina terasa nyeri. Dia tidak menyangka, Michael telah melepasnya demi wanita yang baru dia kenal yaitu Clara. Susah payah dia berjuang menjadi istri yang baik, tapi ternyata perjuangannya sia-sia.
Sandrina tertegun. Hatinya hancur, tapi dia tetap harus kuat. Lorenza dan Clara, tersenyum sumringah dan saling bertepuk tangan. Mereka bahagia atas perceraian Michael dengan Sandrina.
"Baik, Michael. Aku terima talak darimu. Tapi tunggu dulu, aku punya kejutan untukmu," balas Sandrina setelah dia mengusap air matanya dengan kasar. Setelah itu, wanita bertubuh ramping itu pun berjalan ke arah laci. Dia meraih secarik kertas lalu membawanya ke hadapan Michael.
"Ada apa?" tanya Michael mulai penasaran.
Sandrina melempar secarik kertas itu ke hadapan Michael. Sontak hal itu membuat Michael segera menyambarnya. Saat dia mulai membaca, tiba-tiba saja kedua mata melotot kaget sekaligus tidak percaya. Jantungnya kini memompa dengan cepat. Aliran darah pun mengalir begitu terasa panas.
"Sudah tahu 'kan, siapa sebenarnya yang mandul!?" ucap Sandrina sembari bersilang tangan di dada.
Bersambung...This is my fucking third book, which took me almost six months to finish. *laughing devilishly* You might be surprised why this has a sad/shocking ending. But I’d like to point out that not all stories end in “happily ever after”. I look forward to expanding the story of Elaine and Tyler. But as long as it does not harbor enough readers, the ending remains as it is. If ever enough readers would demand a sequel or a better love story between Elaine and Tyler, then I shall provide you/them a story that will fulfill happiness and give justice to the characters. I’m sorry if this story ends this way as there are things that made me stop at that point. As a writer with limited resources and is struggling, I commit to my very best to provide you quality and unique stories that will somehow quench your reader taste. To be honest, up until now, I am still learning the world of werewolves and fated mates and stuff. That’s why my n
Jason’s face crumpled and stared at the wounds on his body. “Don’t you think it’s weird?” “What?” “I’ve been kidnapped, but they treated my wounds.” “Yeah, I agree. What else could be the reason that they were keeping you alive?” Jason scratches his chin and looks at the ceiling seriously. “I don’t know…” He continues, “They’re trying to get something from me.” His jaw locked. We fell in silence. He looked at me again. “Where’s Elaine by the way?” I blushed. “She’s out to get me food.” I lied with a poker face. “Oh,” he nodded, “you’re hungry…” “Yeah. I crave something… sweet.” He fell quiet. “Let’s just wait for her.” Both of us agreed to ‘wait’ for Elaine before we escaped to my white mansion. Elaine has been kidnapped by them, and I woke up in my mansion after that with my brother pounding on the doorstep. However, a blaring sound of an alarm echoed inside, and a monotone and robotic voice spoke on the speaker. “Code 134. Code 134. Code 134. An alien got into the hospita
I know Rowan is stupid, but I didn’t expect him to be dumber than a street dog. He only had a few back up from his kind, but half of them were now on the floor. People were going crazy inside the restaurant as I stumbled on my table and grabbed Elaine’s wrist to get her out of this place. However, a blonde Hearteater kicked my knees and pounced on Elaine’s face. And my wife was thrown away from my grip. Words have no place in a fight to the death. My vision blurs and I no longer fucking care who I’ll kill. Anyone who tries to intervene me will fucking die. I lunged at Rowan but fainted at the last second. He goes whistling past me. Rowan encircled me first before his hands stretched out to grab me. I leap onto Rowan like a howler monkey. When he throws his hands up into my hair and yanks, bending over and trying to flip me off, I cling for dear life, viciously digging my nails into him as hard as I can, tightening my grip like a freaking boa constrictor. He spins and rushes ba
Luna Elaine and I got into a fight an hour later after that. I was ready to prepare for a war. I trained my pack like an army, where death sweeps to wherever we fought alongside each other. Those who want to be part of our journey will sign up voluntarily, those who don't want to, they can freely not. I’m not an authoritarian leader, so it’s up to the choice they will make. However, all men signed up. No one backed down. “Elaine…” I sighed, looking at her tucked up in our bed. She’s been like this for the past few days. I was so busy with the pack that I could only check her up in the evening. Tonight, I couldn’t hold the deafening silence between us anymore. “Please, my wife, don’t be like this.” No response was heard a heartbeat later. “Can you just support me?” I heard her muttering a heavy sigh before turning at me. “Why will I support someone who wants to be a killer? You’ll be no different compared to the Hearteaters.” My jaw moved, and I couldn’t help but to look awa
Tyler’s POV I thought it will be a peaceful night. We were bombarded with the news circulating in the pack about a pulp who was found dead in the middle of the woods. The guards who were having their nightly rotation immediately reported to the headquarter’s office about the said situation. “We thought it was a human, but it turns out it was one of our pack, Alpha,” Geoffrey, a guard on duty, explained to me. A mixture of jasmine and vanilla filled my nose.I glanced at the far left corner, and there, I saw Elaine’s shadow. Her eyes were telling me that she was worried. Very worried. I quickly went to her and grabbed her arms. “What are you doing here?!” “What do you mean?” She scoffed. “Someone from Stella’s Soul is dead!” “As if it was new to you,” I growled. “That’s why you shouldn’t be here, Elaine. Go back to our mansion!” “Are you kidding me, Tyler?” “No, I am not.” I sighed, my chest felt heavy while my eyes roamed around the place. The guards saw my gesture as a
Tyler’s POV The smell of burning flesh flooded the air, choking me in desperation as I watched my wife burn. My wife. My mate. “My Elaine…” ‘You love her?’ Remus asked. I continue to watch flames erupt from her and burn the nearby grass. “Yes,” I muttered loudly. As loud as Elaine’s shrieks, whose bones are probably melting this very second I hesitated. ‘Then save her.’ Hesitation flooded my face and mind. But this is not the time to cower. No, I have been a coward long enough. It’s time to make little sacrifices of my own. I forced my body and soul to crawl near her, disregarding the tears that tried to hinder my sheer sight. Elaine sacrificed herself for us—burned herself for us, even killing our child in her womb. This is wrong. Utterly wrong. Minutes ago, I imagined her killing myself—drowning her into the very spring where I used to bathe to clear my thoughts.
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments