Share

Di Jembatan Yunxiu (1)

Di Jembatan Yunxiu

Kota Shuimiao menjelang senja terlihat muram. Langit mulai mendung, kilat sebentar-sebentar bercahaya menakutkan. Suara guntur terdengar mengaum, lebih keras dari auman Singa. Tak ada yang berniat keluar rumah, ketika temaram mirip tengah malam melukis kota.

Di bangunan kokoh yang terbuat dari bahan-bahan istimewa itu, Sekolah Beladiri Jalur merpati berdiri.

Papan nama sekolah itu tertulis besar-besar dalam huruf emas, latar belakangnya hitam, tampak kontras menarik perhatian.

Lima sosok manusia di Sekolah Jalur Merpati ketika itu dalam keadaan terkejut. Mereka semua terpaku akan pertunjukan audisi di aula, ketika seorang anak muda berpenampilan sederhana itu, tampak menggenggam sebuah pena yang terbuat dari kristal.

Warna pena kristal itu merah menyala - cemerlang seperti warna kain kesumba. Lima sosok yang mengerumuni si anak muda, tampak terkesima.

Seumur hidupnya, ketika Master Seo Park selalu mengadakan audisi calon murid baru, belum pernah seorang pun yang menghasilkan warna merah terang seperti, semburat warna yang dihasilkan ketika Li Wei menggenggam Pena Elemental itu.

"Kamu sungguh berbakat dengan seni beladiri." Seo Park masih tercengang.

"Tak kusangka, kamu ibarat sebutir mutiara yang tak pernah dilirik, tapi ada dan nyata di hamparan kotoran berdebu.

Kamu adalah satu-satunya calon praktisi yang pernah menjadi calon murid dengan bakat semurni ini." Sikap Master Seo Park tiba-tiba berubah.

Dia yang tadinya dia acuh tak acuh pada Li Wei, kini jadi lebih ramah.

Biar bagaimanapun bakat dan talenta seseorang tidak dapat dibayar dengan harta atau uang. Meski Huo Zhi dan Ling Feng berasal dari keluarga bangsawan yang kaya, tapi bakat mereka rendah.

"Anak muda ini adalah calon bintang masa depan. Jika saja dia terkenal di kemudian hari, bukankah Sekolah Beladiri Jalur Merpati kami akan memetik manfaat di kemudian hari?" Seo Park tersenyum licik.

Sementara itu Jian Hong terlihat kecewa. Kemarahan yang sejak tadi dipendam, kian tak tersalurkan.

Bukannya menunjukkan bakat jelek, yang ada justru Li Wei itu mempertontonkan bakat yang luar biasa sebagai calon seniman bela diri.

Huo Zhi anak muda peserta audisi melirik cemburu.

"Anak muda sederhana ini bahkan lebih berbakat dibanding diriku."

Huo Zhi menelan mentah-mentah semua rasa kesal di dalam hati. Li Wei merebut panggungnya dan menjadi bintang sore ini.

Master Seo Park masih dengan senyuman licik, mengajak semua anak muda itu masuk ke dalam aula dalam, tempat yang lebih nyaman untuk bercakap-cakap.

Dia duduk di panggung kecil, dengan kursi besar, mirip raja-raja. Yang lain hanya berdiri di aula lapang itu.

Katanya..

"Aku senang sekali hari ini.

Sekolah Jalur Merpati kami telah menerima calon-calon murid berbakat!" Tatapannya beredar, terhenti pada Li Wei.

Dua anak muda lain kini semakin iri. Bintang bersinar ke arah Li Wei sekarang.

"Meskipun hanya 3 calon murid untuk musim ini, tapi kualitas kalian setara dengan berpuluh-puluh calon murid." tertawa lagi.

Semakin cerah wajahnya, Seo Park terlihat sangat senang.

"Aku tak sabar menunggu datangnya Festival Musim Semi. Pada acara tahunan jago beladiri dan sihir di air terjun Luna Mist nanti, Ingin ku melihat bagaimana wajah Chen Hong Yi, keparat itu, ketika sekolah Beladiri Tinju dan Pedang Harimau pimpinannya, dikalahkan oleh kalian semua!"

Seo Park kembali tertawa terbahak-bahak, semakin keras.

Sesudah itu, sesuai perintah sang master, Feng Jie dan Jian Hua memandu tiga murid baru itu untuk menuju ruang administrasi dan tempat ganti pakaian.

Keduanya berjalan terburu-buru.

"Untuk apa kami mengikuti kalian?" Tanya Huo Zhi. Dia masih ingin bercakap-cakap dengan Master Seo Park untuk mencari muka. Tapi ketika itu, dengan kasar tangannya ditarik Jian Hua - pemuda yang sejak awal telah dibakar api cemburu.

Jian Hua berbicara malas,

"Ini adalah ruang pengukuran baju.

Sekalian ini tempat kalian menyelesaikan biaya administrasi pada akuntan Mei Hua." Dia menunjuk ke arah seorang perempuan paruh baya yang terlihat sibuk bekerja menggunakan Suanpan - alat hitung kuno mirip sempoa.

Di sebelahnya seorang pria lain yang mengerjakan pakaian seragam.

Lanjut Jian Hua...

"Penjahit Wang yang akan menyiapkan masing-masing dua baju seragam, yang wajib kalian kenakan sebagai pertanda murid dari sekolah bela diri ini!" Jian Hua berbicara dingin. Dia makin tak suka dengan Huo Zhi.

Li Wei menyelesaikan pembayaran pada Akuntan Mei Hua. DIa hanya menyetor uang perak hasil tabungannya sebagai pemusik di Rumah Hiburan Lotus Blossom Tea Room.

Tidak seperti dua anak bangsawan itu, yang membayar dengan uang emas. Mereka membayar dengan nilai yang lebih dari biaya ditetapkan.

Mereka hanya melambaikan tangan ketika Akuntan Mei Hua akan mengembalikan sisa pembayaran.

"Ambil saja kembaliannya" kata dua anak itu angkuh.

Akuntan Mei Hua menyimpan sisa kelebihan dalam diam. Dia hafal kelakuan anak muda bangsawan yang kaya seperti mereka. Dia malas untuk membantah.

Langit semakin kelam, ketika matahari ditelan ufuk Barat, kini cahaya bulan mulai naik, memancarkan cahaya berwarna apricot - dingin.

Li Wei berjalan kaki melintasi jembatan Yunxiu, dengan buntalan besar berisi dua stel baju seragam sekolah beladiri jalur merpati.

Tak disangkanya hujan yang semula rintik-rintik, kini semakin besar.

Dari seberang jembatan Yunxiu, tepatnya dari arah Timur, dua sosok anak muda ikut melintas. Dari seragam yang mereka kenakan, dia tahu kalau mereka adalah bagian dari Sekolah Bela Diri Tinju dan Pedang Harimau.

Li Wei bersikap waspada. Itu adalah Yang Shao dan Wang Yan, dua anak muda yang menganiaya dirinya beberapa waktu yang lalu.

"Apakah aku mampu menghadapi mereka berdua? Teknik pedang dan pukulan saja, aku belum mengerti sama sekali." Li Wei dilanda gelisah.

Hujan semakin lebat, jalanan dan jembatan sepi. Dua sosok itu semakin mendekat, kelihatannya sengaja menuju dia yang berhenti di tengah jembatan.

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status