Huo Zhi maju memenuhi panggilan sebagai peserta audisi itu.
Dengan langkah yang mantap, dia berlagak seperti seorang pria flamboyan. Rambut ke perak-perakan, berkilau terpantul cahaya matahari.Pendopo itu tak berdinding, sehingga sinar matahari bebas menerobos masuk, beberapa mampir ke rambut peraknya.Sejak awal kedatangan Huo Zhi, putri master sekolah beladiri - Seo Feng Jie, telah terpikat akan penampilannya.Dengan wajahnya yang tampan, ditambah dengan gaya dingin dan sedikit angkuh - belum lagi busana berbahan mahal itu. Gadis putri tunggal Master Seo Park seketika telah jatuh hati pada pandangan pertama.Feng Jie mengompori Huo Zhin."Ayo yang semangat!" ini adalah tanda semangat 'Jia you' - semacam slogan atau kata kata pemberi semangat menurut kebiasaan di benua itu.Huo Zhi mengerling nakal, bibirnya membentuk lengkungan ke atas. Dia meladeni gadis itu dengan tatapan genit.Suo Feng Jie hampir pingsan karena bahagia. Rupanya gayung bersambut.Sementara itu, Jian Hua, kawan pria gadis itu, pemuda yang sejak tadi mengawalinya, dia hanya memasang wajah cemberut.Tapi Seo Feng Jie itu tak peduli. Dia lebih memilih pemuda berambut perak itu.Audisi pun dimulai, dan Feng Jie mulai terlihat kuatir. Ia takut pujaan hatinya tak mampu memendarkan energi di Pena Elemental itu. Tapi..Blam!Ketika Huo Zhi menggenggam pena kristal dengan kepala dari bulu merak itu, energi memancar keluar dari pena, lalu menyusul semburat warna merah muda menguar dari pena elemental itu.Wajah Master Seo Park dengan putrinya berubah menjadi terang. Kegalauan Feng Jie pudar sudah.Ayahnya pun, master dari sekolah beladiri itu tanpa malu-malu menghampiri dan menepuk-nepuk bahu Huo Zhi. Sungguh tak mengenal malu!Jika Seo Park terlihat menjilat, anak perempuannya bahkan lebih tidak tahu malu lagi.Mendadak gadis itu mengubah panggilannya kepada Huo Zhi dengan sebutan Gege - kakak laki-laki. Padahal seharusnya dia yang dipanggil senior, karena lebih awal bersekolah disana."Selamat untuk Huo Zhi Gege...Anda lolos dan sekarang pantas di panggil murid di Sekolah Jalur Merpati." tangannya melambai seperti gerakan tarian."Kedepannya kita akan berlatih pedang bersama-sama" Feng Jie mengedipkan mata.Sementara saat semua orang terpana melihat aksi teatrikal itu, si gadis melanjutkan dengan berani."Adik perempuan yang manis ini akan membantumu, juga jangan ragu-ragu untuk bertanya padaku.Bahkan Jian Hua kawanku juga bersedia membantu." Gadis itu berbicara dengan nada yang terdengar dibuat-buat. Sementara Jian Huang yang disebut-sebut, dia memasang wajah masam dan membuang muka.Hatinya dibakar api cemburu, tapi tak jua mendapat perhatian Seo Feng Jie. Tatapnya dengan keji ke arah Huo Zhin."Jangan berfikir aku akan murah hati untuk melatih mu. Hm.. lihat saja nanti," batinnya dengan kesal.Jian Hua merasa dia perlu pelampiasan kemarahannya.Dia ingin mencaci Huo Zhin, tapi tidak berani. Keluarga Huo Zhin adalah keluarga terpandang dari kalangan bangsawan di kota Shuimiao.Jian Hua tak ingin terjadi pertentangan di antara dua kelompok bangsawan. Keluarga nya melawan keluarga Huo Zhin, hanya karena seorang gadis, yang belum menentukan kepada siapa dia akan berlabuh nanti.Waktu berlalu cepat, beberapa saat kemudian Jian Hua tersenyum lebar. Dia menantikan saat untuk menjatuhkan Huo Zhin.Penampilan berikutnya adalah penampilan yang tidak mengesankan dari peserta audisi Ling Feng - pemuda dari keluarga bangsawan lainnya.Meskipun warna yang dihasilkan dengan pendar cukup memenuhi syarat, yang tampak hanya sekumpulan warna merah muda pucat, yang jauh lebih pudar dibanding energi Huo Zhi.Master Seo Park tetap memuji-muji Li Feng. "Kerja yang bagus Li Feng!" Katanya bertepuk tangan.Saat itu cuaca berubah cepat. Langit mendadak menjadi gelap. Awan hitam dari arah laut bergulung menutupi matahari. Kota Shuimiao berubah seperti temaram senja.Jian Hua tertawa senang, ketika dia melihat moment Li Wei untuk maju, menguji bakat melalui pena elemental.Jian Hong mencibir dalam hati."Paling-paling warna dihasilkan kalau bukan putih, mungkin kelabu tipis. Warna yang menunjukkan bakat seorang petani, atau menjadi sebagai nelayan."Li Wei telah berdiri di podium, berdekatan dengan Master Seo Park.Li Wei mengikuti instruksi yang diperintahkan Master Seo Park, meski sedikit gugup.Delapan pasang mata seperti harimau menatap nya ganas, siap mencela dan menjatuhkan mental ketika dia gaga nanti.Tapi Master Seo Park mencoba bersikap Netral. Dengan singkat Dia meminta Li Wei memegang pena elemental."Hanya dipegang saja tak perlu dicengkeram erat. Itu merusak keindahan pena mahal ini.Biarkan energi keluar dari pusaran mu dan terbaca oleh pena ajaib ini."Li Wei melakukan apa yang di titah Master sekolah beladiri itu. Semua penonton makin tak sabar, siap-siap untuk menikam dengan kata-kata hinaan.Tapi...Pena Elemental bercahaya terbalik dari harapan buruk semua orang.Semua melotot."I-ini.." mata Master Seo Park terbelalak. Suaranya terdengar tak percaya.Delapan pasang mata, anak laki-laki dan perempuan itu ikut-ikutan terkejut."Tak mungkin seperti ini!" Desis Jian Huang tak percaya."Mustahil!"Mereka terpaku melihat warna hasil uji bakat Li Wei. Merah Kirmizi.BERSAMBUNGDi Jembatan YunxiuKota Shuimiao menjelang senja terlihat muram. Langit mulai mendung, kilat sebentar-sebentar bercahaya menakutkan. Suara guntur terdengar mengaum, lebih keras dari auman Singa. Tak ada yang berniat keluar rumah, ketika temaram mirip tengah malam melukis kota.Di bangunan kokoh yang terbuat dari bahan-bahan istimewa itu, Sekolah Beladiri Jalur merpati berdiri. Papan nama sekolah itu tertulis besar-besar dalam huruf emas, latar belakangnya hitam, tampak kontras menarik perhatian.Lima sosok manusia di Sekolah Jalur Merpati ketika itu dalam keadaan terkejut. Mereka semua terpaku akan pertunjukan audisi di aula, ketika seorang anak muda berpenampilan sederhana itu, tampak menggenggam sebuah pena yang terbuat dari kristal.Warna pena kristal itu merah menyala - cemerlang seperti warna kain kesumba. Lima sosok yang mengerumuni si anak muda, tampak terkesima. Seumur hidupnya, ketika Master Seo Park selalu mengadakan audisi calon murid baru, belum pernah seorang pun yang me
Jembatan Yunxiu, Kota Shuimiao.Langit gelap. Matahari tertutup kabut dan kumpulan awan hitam. Air hujan menampar wajah Li Wei. Pedih terasa ketika memasuki sela-sela mata.Yang Shao dan Wang Yan, tahu-tahu telah berada di depan mata. Jaraknya hanya sekitar satu tombak. Wajah kedua remaja itu bukan lagi garang. Jahat!Di antara gemericik air hujan, Li Wei mendengar Wang Yang berbicara dengan suara dingin. Lebih dingin dari hujan."Keponakan pramuria! Aku mendengar kabar. Kamu sekarang murid di Sekolah Jalur Merpati. Dan mereka bilang, Kamu menantang aku dengan duel. Sombong!" Wajah Wang Yan terlihat buruk. Ia masih menyimpan dendam - kejadian lama. Chen Xin, gadis itu memutus hubungan sama sekali dengannya. Seseorang memberi berita. Wang Yan dengan Yang Shao, mereka menyiksa Li Wei, setelah malam pertunjukan pada waktu lalu. Konon, Li Wei hampir mati.Wang Yan marah."Kamu keturunan hina dina. Berani-beraninya mencampuri urusan asmara diriku dengan Nona Chen Xin." Ia kesetanan."Jang
"A-aku bisa menjelaskan semuanya..Tolong jangan bunuh aku. Ini adalah akal muslihat Wang Yan." Yang Shao pucat, tangannya menuding sosok yang kaku itu.Yang Shao menambah kesan sedih. Ia menangis tersedu-sedu. Padahal, kelakuannya sebelum ini seperti orang dewasa. Keji dan jahat. Tapi kini ia terlihat seorang anak remaja usia 14 tahun. Kesombongan dan kekejaman sirna.Petir menggelegar, kilat menyambar. Air hujan semakin deras, suara gemericiknya tak menghalangi niat membunuh di hati Li Wei. Entah mengapa, ada sesuatu energi gelap di melingkup dibenaknya, itu membuat dia berubah kejam.Li Wei maju, melangkah dua tindak. Makin dekat ke arah Yang Shao. Anak itu semakin melolong. Takut kejadian serupa Wang Yan, menimpa dirinya. Tapi suaranya terendam gemericik air hujan, memantul-mantul di atas jembatan Yunxiu Qiao.Li Wei berbisik lirih. Nyaris tak terdengar sama sekali."Semoga di kehidupanmu yang akan datang, bereinkarnasi menjadi sosok yang lebih baik."Yang Shao melotot. Sandiwar
Li Wei berjalan masuk ke halaman Sekolah Beladiri Jalur Merpati, diam-diam. Ia menyusup, melewati murid-murid lainnya yang tengah berlatih beladiri tangan kosong.“Aku tak melihat Huo Zhi dan Ling Feng diantara murid yang berlatih tangan kosong itu.” Dia mengedarkan pandangan dari balik tembok aula sekolah. Tujuan utamanya adalah perpustakaan, bukkan untuk berlatih bela diri pada hari ini.“Misteri, mengapa aku sampai memiliki kekuatan membakar hangus dua anak yang selalu membully ku, harus terpecahkan harini.Aku ingin tahu. Apakah aku adalah seseorang dengan bakat Pengendali Api, kemampuan langka miliki para Sage masa lampau?” Li Wei sangat penasaran.Tak lama kemudian. Li Wei tengah menatap papan nama di atas bangunan yang tertulis ‘Perpustakaan’"Beruntung sekali. Pintu perpustakaan terbuka lebar." Li Wei membuka pintu perpustakaan dengan hati-hati. Meski tak banyak pengunjung, ada tak kurang sepuluh anak muda tekun membaca di sana."Serahkan token siswa anda, biarkan aku mencata
Li Wei bergegas masuk kedalam kamarnya. Dia mulai membuka lembar demi lembar Buku tebal– Sejarah Kaum Sage. Pada waktu membaca halaman pertama, wajahnya masih terlihat biasa saja. Tapi semakin ke halaman tengah buku itu, Li Wei semakin tertegun.Ciri-ciri dan semua jejak pertempuran yang ditulis disana, itu semua mirip dengan jejak luka bakar yang diderita Yang Shao dan Wang Yan - di Jembatan Yunxiu waktu lalu. “Jadi aku sekarang memiliki bakat pengendali api?” Li Wei girang luar biasa.Ia menutup Salinan itu.“Sayangnya, untuk menjadi ahli pengendali api, aku tak akan mendapatkannya pada sekolah Jalur Merpati di Kota Shuimiao. Ini hanya sekolah kelas kampung belaka. Untuk mengumpulkan energi Nebula, energi khusus pengendali Elementalist, Hanya di Akademi Sihir di Ibukota Negri Terra saja, ada guru pelatih bakat pengendali api dan berlatih mengolah Energi Nebula itu. Mereka adalah calon Sage masa depan.”Li Wei menjadi gelisah. Keinginan untuk pindah kota, dan belajar d akademi resmi
Li Wei duduk di depan Tuan Erkin. Pria itu tampak memegang kartu tarot, kartu yang umumnya dipakai peramal. Tuan Erkin mengocok, suara desiran angin tipis terdengar.Ia meminta Li wei untuk memilih dua kartu."Siapa namamu, umur dan tempat lahirmu. Dan kita akan melihat bagaimana kartu ini berbicara." Ia menatap dengan serius."Namaku Li Wei, umur 14 tahun. Tempat lahir Kota Shuimiao." Jawab Li Wei tegas.Tersenyum."Sudah kuduga. Kamu masih remaja." Kata Tuan Erkin."Sekarang ambil satu kartu, dan masa depanmu akan terkuak." Li Wei memilih kartu secara acak."Lanjutkan mengambil kartu kedua!" Titah Tuan Erkin. Li Wei mengikuti instruksi itu.Hening sejenak.Tuan erkin membuka kartu, 'mengernyit!' Waktu berlalu satu kedip mata."Well, mari kita lihat kartu yang kedua." Ia membuka kartu kedua.Blam!Mata Tuan Erkin terbelalak. Dia melongo."I-ini mustahil." Pria itu mengerjap mata berulang kali. Sementara Li Wei seketika gelisah. Anak itu menjadi rendah diri. Ia takut kalau-kalau has
Li Wei mengurung diri berhari-hari di dalam kamar. Dia berlatih diri, mengolah energi Nebula, energi yang memanfaatkan energi alam menjadi kekuatan sihir.Tiap kali Bibi Wei Fang mengetuk pintu kamarnya, Li Wei selalu berkata."Aku belum lapar. Letakkan saja makanan itu di depan pintu, semua akan tandas ketika perutku keroncongan nanti."Wei Fang menggerutu. Setelah meletakkan makanan Li Wei, ia pergi ke Lotus Blossom Tea Room. "Kerjaan menanti, dan uang akan mengalir. Kerja yang keras wahai Wei Fang!"Di lain pihak, jangan dikira Wei Fang tidak memperhatikan semuanya. Tiap-tiap kali ia selesai dengan pekerjaan pramuria di Tea Room, perempuan itu mengecek kamar Li wei. Ia lega, ketika menemukan piring kosong di depan pintu kamar."Beruntung bocah tolol itu menghabiskan makanan yang kusiapkan. Coba saja jika ia berani tak mau menyentuh masakanku." Wei Fang berlalu, masuk ke kamar dan istirahat. Kejadian itu berulang kali terjadi sampai dua minggu lamanya. Selama kurun waktu itu, Li
Pagi yang cerah matahari hangat terasa, cahayanya melintas di sela dedaunan Persik, di hutan yang letaknya di bagian utara Kota Shuimiao.LI Wei berjalan sepanjang hutan, berharap menemukan sumber daya yang ia butuhkan. Hutan ini tidak menyeramkan seperti yang dibilang banyak orang. Sepanjang jalan, ia hanya bertemu dengan makhluk-makhluk kecil seperti kelinci. Semuanya makhluk itu jinak tidak takut dengannya."Menurut petunjuk tuan Erkin, semua tanaman itu berada di jantung hutan. Meski risiko bertemu dengan jago-jago penjaga hutan dari Benteng Musim Semi, tapi aku tidak punya pilihan lain."Li Wei terus berjalan, dan hingga siang menjelang, hewan-hewan hutan yang ia temui. Tak ada makhluk semacam magical beast, atau mahluk spiritual, terlebih para jago dari benteng musim semi, seperti yang diceritakan banyak orang.Tiba-tiba, suara itu menggoda."Apakah itu adalah gemericik air?" Li Wei yang kehausan, mencari sumber gemericik air itu.Tak lama kemudian,"Ah... Betapa air sungai yan