Share

Bab 3

Author: Lawanan
Kavi melepaskan sarung tangannya, lalu berkata, "Titik akupunktur di sini nggak mudah ditemukan. Aku harus mencarinya terlebih dahulu, jadi bersabarlah sedikit."

Sambil berkata demikian, dia berjalan mendekat, lalu berlutut di belakangku.

Satu tangannya memegang pahaku yang kencang, sementara satu tangan lainnya membuka pakaianku, lalu mulai mencari titik akupunktur di pangkal kakiku.

Napas yang panas dan lembap menyemprot pinggangku. Sentuhan lembap di atas kulitku benar-benar tidak mungkin untuk diabaikan dalam situasi tersebut.

Napasku menjadi cepat.

Beberapa kali, tangannya menyentuhku, tetapi segera menjauh lagi.

Setelah mengulanginya beberapa kali, aku merasa makin kosong di dalam. Adegan diriku dengan Devon mulai melayang-layang di benakku.

"Ketemu. Tahan postur tubuhmu, jangan bergerak. Kalau kamu bergerak, jarum perak ini akan bengkok. Itu nggak baik untuk tubuhmu."

Setelah Kavi selesai berbicara, dia menusukkan jarum perak ke titik akupunktur.

Astaga!

Aku hanya merasakan seolah-olah seluruh jiwaku tertusuk. Rasa asam langsung mengalir ke anggota tubuhku, membuatku sulit untuk mempertahankan postur berlututku.

Pinggangku ambruk, aku membenamkan diriku dengan lembut ke tempat tidur. Namun, sebuah lengan yang kuat melingkari pinggangku.

Kemudian, sensasi panas yang menyengat terasa di belakang pantatku ….

Kavi meletakkan pahanya di bawahku, memungkinkanku untuk setengah duduk di atasnya.

Namun, aku membasahi celananya.

Keganasan Devon melayang-layang di benakku. Aku tidak bisa menahan diri untuk menggoyangkan pinggangku, lalu bersandar ke belakang.

Aku menginginkan lebih ….

Namun, aku tidak bisa melakukannya. Kavi adalah pacar Vania.

Tepat pada saat ini, jarum perak yang ditusukkan di titik akupunktur tiba-tiba ditekan lagi.

"Ah …. Ini terlalu dalam …."

Aku tidak bisa menahan diri untuk berteriak.

Kavi tiba-tiba berada di atasku, satu tangannya menutupi mulutku.

"Kamu menginginkannya sekarang!"

Kavi berkata dengan penuh nafsu, seolah-olah dia telah berubah menjadi orang yang berbeda.

Aku ingin meronta, tetapi hatiku tidak mengizinkan.

Bahkan, aku mengharapkan Kavi untuk membawaku lebih dalam dengan posisi ini ….

"Jalang!"

Kavi mengumpat. Kata-kata yang akan membuatku marah di masa lalu, saat ini terdengar seperti membuat darahku terbakar.

Namun, akal sehat berusaha keras untuk membuatku tidak tenggelam. "Kavi, aku memiliki seorang suami. Aku juga sahabat Vania!"

"Dasar jalang, jangan berpura-pura polos. Kamu menginginkannya setelah tusukan pertama!"

Kavi mengatakan ini sambil mencabut jarum perak dengan cepat. Kemudian, dia mengangkat tubuhku yang lemas, lalu membuka pintu kamar.

"Kamu masih berpikir Vania adalah sahabatmu? Apakah kamu ingin melihat apa yang dilakukan sahabatmu dengan suamimu sekarang?" ujar Kavi.

Pintu terbuka sedikit. Aku membuka mataku untuk melihat keluar, lalu aku langsung melihat pemandangan yang mengejutkan.

Entah sejak kapan Devon datang ke rumah Kavi. Pada saat ini, dia sedang mencium Vania di sofa!

Vania duduk di atas Devon. Rok panjangnya menghalangi bagian bawah mereka berdua, tetapi Vania bergerak menggoyangkan pinggangnya.

Sementara itu, Devon membenamkan kepalanya di depan Vania.

"Istrimu sedang disetubuhi di dalam …. Sementara di luar, kamu menyetubuhi istri orang lain. Bukankah itu menyenangkan?"

Vania bertanya dengan suara lirih.

Aku tidak mendengar jawaban Devon. Aku hanya melihatnya merobek celana dalam Vania, lalu melemparkannya ke lantai.

"Mereka sudah bersama sejak lama …."

Pintu ditutup, sementara Kavi mengusap pinggulku dengan menggoda.

"Jangan terlalu tertutup. Aku tahu kalau milik Devon terlalu besar. Dia juga selalu bertindak gegabah. Sebagai seorang wanita, kamu nggak pernah menikmatinya …."

Tangan Kavi yang besar dan kasar memijat punggungku dengan lembut. Setiap gerakannya membawa kekuatan magis, membuatku tidak bisa menahan diri untuk menginginkan lebih.

Ketika memikirkan adegan yang baru saja aku lihat, hatiku terasa sangat sakit.

Keinginan untuk membalasnya mencapai puncak. Aku mengambil inisiatif untuk bersandar, lalu mengangkat kaki kiriku.

Kavi dengan penuh semangat membuka pintu lagi, membuatku bisa melihat dengan jelas setiap gerakan Devon dan Vania di luar.

Aku melihat Vania memutar pinggang rampingnya dengan penuh semangat, lalu mengulurkan tangannya ke rambut Devon.

Ketika melihat suami dan sahabatku sendiri melakukan hal semacam ini, aku diam-diam merasa terangsang.

Bahkan air pun mengalir seperti sungai.

Di belakangku, Kavi membuka ikat pinggangnya. Satu tangannya masuk ke dalam mulutku, mengaduk-aduknya.

Kemudian, satu tangan lainnya terulur ke bawah, mencubit tubuhku yang lemas, mendorong bagian pinggangku ke dalam, menghantamku dengan keras ….
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 7

    Benar saja, Devon melihatnya saat itu.Aku hendak marah, tetapi kemudian aku memikirkan apa yang dikatakan Carla.Kemudian, aku menahan amarahku, menjelaskan dengan sabar."Aku mau menemui dokter."Tanpa diduga, Devon berkata, "Aku juga mau menemui dokter."Selanjutnya, kami membandingkan sebab dan akibat dari masalah ini, lalu segera menemukan akar permasalahannya.Ternyata ketika Vania dan aku saling bercerita tentang masalah kurangnya minat dalam hal hubungan suami dan istri, Devon juga meminta nasihat dari Kavi tentang apakah dia memiliki masalah dengan tuntutan yang terlalu banyak dalam hal itu.Vania memintaku datang menemui Kavi untuk perawatan akupunktur. Kavi juga menyuruh Devon menemui Vania untuk perawatan akupunktur.Jadi, di bawah satu atap, kami tiba di rumah Kavi satu demi satu.Ketika aku sedang terangsang sampai kebingungan, Devon diberi tahu oleh Vania bahwa aku sudah lama berselingkuh dengan Kavi.Jadi, Devon juga merasa marah dan sedih.Pada saat itu, di ruang tamu,

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 6

    Orang-orang yang lewat melihat. Karena tidak ingin menarik perhatian, aku berjalan dengan cepat."Kavi, apa kamu tidak takut menyakiti hati Vania dengan melakukan ini?"Aku mengatakan ini dengan sengaja."Vania?" Kavi mendengus. "Jangan membicarakan wanita itu denganku. Dia sudah berkencan dengan begitu banyak pria, sementara aku hanya sedikit."Nada bicaraku melembut."Kavi, bagaimana kalau aku membeli foto dan video yang ada di tanganmu?"Mata Kavi menatapku dengan penuh nafsu."Sandra, aku tahu kalau kamu berasal dari keluarga yang kaya, tapi kamu harus tahu kalau kamu nggak bisa membeli orang hanya dengan sekali bayar."Aku langsung mengerti apa yang dimaksud Kavi.Dia ingin menggenggam erat foto dan video yang ada di tangannya, lalu membuatku menjadi pohon uangnya.Aku mengeluarkan tawa dingin."Ini namanya pemerasan, tindakan ilegal. Apa kamu nggak mengetahuinya?" balasku."Jangan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan ini." Kavi tidak peduli sedikit pun. "Kamu memberiku uang ini

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 5

    Aku sama sekali tidak ingin mendengar suaranya, langsung menutup telepon.Tanpa diduga, Kavi segera mengirimkan pesan WhatsApp.[Kalau kamu nggak ingin foto dan videonya tersebar, datanglah ke sini jam tujuh malam.]Di bawahnya ada alamat hotel dan nomor kamar.Ancaman dalam kata-katanya sudah sangat jelas.Aku benar-benar membenci diriku sendiri. Kenapa aku terbawa suasana saat itu, hingga memberi Kavi kesempatan untuk memanfaatkanku?Siapa yang menyangka dia akan memasang kamera pengawas terlebih dahulu!Mungkinkah dia mengetahui apa yang akan terjadi setelah aku datang?Aku memaksa diriku untuk tetap tenang, lalu mulai mengingat setiap hal yang terjadi hari itu dengan hati-hati.Vania menyetir untuk menjemputku. Ketika aku masuk, dia berkata bahwa dia akan membelikanku teh susu, lalu meninggalkanku untuk menghabiskan waktu dengan Kavi sendirian.Perawatan akupunktur memakan waktu yang cukup lama. Selain itu, ada sebuah toko teh susu tidak jauh dari rumah Kavi.Apakah butuh waktu sel

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 4

    Pada saat itu, pintu digedor dengan keras."Apa ada orang di rumah? Apa ada orang di rumah?"Ada keributan di luar. Aku seolah terbangun dari mimpi, langsung mendorong Kavi menjauh.Kavi juga sedikit panik. Dengan memanfaatkan momen saat dia sedang merapikan pakaiannya, aku bergegas ke lemari pakaian, mengambil pakaian Vania untuk dikenakan."Kenapa nggak ada yang menjawab kalau ada orang di dalam rumah?"Aku membuka pintu kamar, lalu melangkah keluar. Aku menyadari bahwa orang yang mengetuk pintu adalah seorang wanita yang menyalahkan Vania dengan wajah penuh ketidaksabaran."Apa kamu nggak tahu kalau rumahmu bocor? Ini menyebabkan rumahku kebanjiran. Kenapa nggak segera mencari orang untuk memperbaikinya?"Wanita itu berteriak dengan nada sinis.Vania meminta maaf dengan canggung, berjanji akan segera memanggil seseorang untuk memperbaikinya. Baru setelah itu, wanita itu pergi dengan kesal.Begitu pintu tertutup, keempat orang yang ada di dalam ruangan itu saling menatap satu sama la

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 3

    Kavi melepaskan sarung tangannya, lalu berkata, "Titik akupunktur di sini nggak mudah ditemukan. Aku harus mencarinya terlebih dahulu, jadi bersabarlah sedikit."Sambil berkata demikian, dia berjalan mendekat, lalu berlutut di belakangku.Satu tangannya memegang pahaku yang kencang, sementara satu tangan lainnya membuka pakaianku, lalu mulai mencari titik akupunktur di pangkal kakiku.Napas yang panas dan lembap menyemprot pinggangku. Sentuhan lembap di atas kulitku benar-benar tidak mungkin untuk diabaikan dalam situasi tersebut.Napasku menjadi cepat.Beberapa kali, tangannya menyentuhku, tetapi segera menjauh lagi.Setelah mengulanginya beberapa kali, aku merasa makin kosong di dalam. Adegan diriku dengan Devon mulai melayang-layang di benakku."Ketemu. Tahan postur tubuhmu, jangan bergerak. Kalau kamu bergerak, jarum perak ini akan bengkok. Itu nggak baik untuk tubuhmu."Setelah Kavi selesai berbicara, dia menusukkan jarum perak ke titik akupunktur.Astaga!Aku hanya merasakan seol

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 2

    Kata-katanya langsung membuatku merasa sedikit malu.Kemudian, aku mengikuti instruksi Kavi. Aku masuk ke kamar tidur, lalu duduk di tepi tempat tidur.Begitu masuk, pria itu langsung mematikan lampu, hanya menyisakan lampu malam yang redup.Jantungku mulai berdetak kencang.Di lingkungan yang gelap, ada seorang dokter dengan kacamata berbingkai emas, serta wanita seksi tanpa nafsu ….Aku langsung teringat pada film aksi romantis yang Devon suruh untuk aku tonton sebelumnya."Ayo, angkat tanganmu."Kavi menemukan titik-titik akupunktur dengan sangat ahli. Dia tampak tidak terganggu oleh keseksianku.Jarum perak tipis itu tertancap di tempat yang tidak aku ketahui di punggungku. Setelah merasakan sensasi sedikit kesemutan, tidak ada perasaan khusus."Kalau lancar, nggak akan ada rasa sakit. Kalau ada rasa sakit, itu berarti ada yang terhambat. Nggak ada yang salah denganmu."Kavi menjelaskan di belakangku.Sambil mengatakan ini, telapak tangannya mulai menekan punggungku dengan lembut.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status