Share

Bukan Kesayanganmu Lagi

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2024-07-24 09:31:38

Cafe DMD, pukul 10.00 pagi.

Widia melihat ke segala penjuru cafe, mencari keberadaan Sarah, mantan sahabatnya. Rupanya wanita cantik itu sudah berada di sana, sedang duduk manis di kursi paling belakang dekat jendela sambil melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya, yang jelas Widia tak lagi menaruh kepercayaan dan simpati terhadapnya.

Widia menghampiri Sarah, dia menarik kursi dan duduk menghadap wanita berambut panjang itu. Sarah melempar senyum kecil, dia memasang wajah ramah seolah-olah tidak ada masalah dalam hubungan persahabatan mereka.

"Hal apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Widia terus terang.

"Aku mau minta maaf sama kamu. Aku harap hubungan persahabatan kita bisa kembali baik seperti dulu," ucap Sarah.

"Aku sudah memaafkan kamu. Dalam kasus ini, suamiku yang paling bersalah. Tapi jangan harap hubungan kita bisa kembali harmonis seperti dulu," tegas Widia.

Sarah menggigit ujung bibirnya, dia menangis tanpa suara. Jelas sekali ada penyesalan yang mendalam di wajahnya meskipun Sarah tidak mengatakannya secara gamblang.

"Berhenti menangis! Nasi sudah menjadi bubur, tangisanmu itu nggak bisa mengembalikan apa pun. Apalagi memutarbalikan waktu," lanjut Widia.

"Aku sedang hamil anak Mas Agam," tutur Sarah.

"Aku sudah tahu, Ibu mertuaku sudah mengatakannya kepadaku tempo hari." Widia melipat kedua tangannya di bawah dada. Dia menyandarkan punggungnya pada bahu kursi.

"Aku berharap, kamu mau menerima kehadiran anak ini sebagai anakmu juga," ucap Sarah penuh harap.

"Jangan berharap terlalu jauh Sarah. Sampai kapan pun aku nggak akan mengakui anak itu sebagai anakku juga. Aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan Mas Agam, jadi jangan sangkut pautkan anak itu denganku lagi!" Widia melebarkan kedua matanya dan memasang wajah kesal.

"Tolong jangan minta cerai, Wid. Mas Agam sangat mencintaimu," bujuk Sarah.

"Cinta macam apa itu? Diam-diam menikah dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku. Pokoknya keputusanku sudah bulat dan nggak bisa diganggu gugat. Aku bakal minta cerai dari Mas Agam. Sudah nggak ada yang mau dibicarakan lagi kan? Aku pamit pulang dulu." Widia beranjak dari kursi. Dia pergi meninggalkan Sarah dengan langkah pelan.

"Tunggu ...!" cegah Sarah.

Widia tak peduli dengan teriakan wanita itu, dia tetap saja berjalan tanpa menoleh ke belakang. Hingga akhirnya suara jerit beberapa orang mengagetkan Widia dan memaksanya untuk membalikkan badan.

"Awh ...!" Sarah terpeleset dan terjatuh saat berlari mengejar Widia. Dia memegangi perutnya yang sudah terlihat sedikit menonjol. Widia yang sadar Sarah sedang hamil muda langsung berlari menghampiri Sarah untuk menolongnya.

"Kamu baik-baik aja, Sarah?" tanya Widia cemas.

"Perutku sakit," keluh Sarah.

"Ayo, aku akan mengantarmu pergi ke rumah sakit terdekat." Widia memapah Sarah dan membawanya ke dalam taxi yang kebetulan sedang mangkal di depan cafe.

Bau obat begitu menyengat, itu kenapa Widia benci dengan rumah sakit. Belum lagi bayang-bayang rasa nyeri saat jarum menusuk kulit. Kalau bukan karena terpaksa demi keselamatan Sarah dan anaknya, Widia tidak akan pernah mau kembali ke rumah sakit.

Dokter selesai memeriksa Sarah, keduanya terlihat berbincang dengan ekspresi wajah tenang. Widia mengamati dari jarak cukup jauh agar tidak mengganggu proses pemeriksaan, tapi dilihat dari ekspresi wajah mereka sepertinya kandungan Sarah baik-baik saja.

Tidak mungkin jika Widia harus mengantar Sarah pulang ke apartemennya, di sana ada Agam dan dia enggan bertemu dengan pria itu lagi. Widia memutuskan untuk menghubungi Agam dan memintanya untuk menjemput Sarah. Baru saja ia memegang ponsel, sosok Agam sudah masuk ke dalam ruang pemeriksaan itu.

"Bagaimana keadaan istri dan anakku, Dok?" tanya Agam. Dia nampak cemas dan sedikit panik.

Widia tersenyum miris melihat ekspresi wajah suaminya itu. Jelas sekali Agam memiliki rasa cinta kepada Sarah, dan sepertinya jauh lebih besar daripada rasa cinta yang ada untuk Widia.

"Dia dan bayinya baik-baik saja. Tapi lain kali, tolong hati-hati kalau sedang berjalan," pesan sang dokter.

Sarah melirik ke arah Widia, Agam mengikuti gerak mata istri keduanya itu. Dia syok saat melihat Widia tengah duduk sambil menatapnya di samping pintu.

"Widia!" seru Agam.

"Mas sudah datang. Antar dia pulang ke apartemennya." Widia bangkit dari bangku plastik dan bersiap untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tunggu ...!" cegah Agam.

Widia menahan langkah kakinya sejenak.

"Kalian baru saja bertemu?" tanya Agam.

"Iya. Kami baru makan siang bersama di cafe," sahut Widia.

"Lalu kenapa Sarah bisa terjatuh? Apa kamu melakukan sesuatu padanya?" tuduh Agam asal.

"Aku memang galak, Mas. Tapi aku bukan orang jahat! Dia terjatuh karena berlarian di cafe, dan itu bukan karena ulahku!" Widia mengomel. Dia kesal karena Agam telah berburuk sangka padanya.

"Apa benar begitu, Sarah?" Agam melempar pandangannya pada Sarah.

"Iya, betul, Mas," sahut Sarah singkat.

"Kalau begitu aku minta maaf karena sempat berburuk sangka padamu. Terima kasih juga karena kamu sudah mau membawa Sarah periksa ke dokter," lirih Agam. Dia sedikit merasa tak enak hati pada Widia.

"Tidak perlu sungkan, Mas. Urusan kita sudah selesai, aku mau pulang," pamit Widia.

"Biar aku antar," ucap Agam.

"Tidak perlu! Mas antar aja istri kesayangan Mas itu ke apartemennya," sindir Widia.

"Cukup, Widia! Berhenti menyudutkan aku! Kalian berdua sama-sama kesayanganku."

"Sayangnya aku sudah nggak mau jadi kesayanganmu lagi, Mas. Aku ingin kita bercerai secepatnya!" dengus Widia kesal.

Widia buru-buru pergi meninggalkan Sarah dan Agam. Agam ingin mengejarnya tapi Sarah menahannya. Sementara itu sang dokter kandungan hanya diam mengamati pasangan suami-istri bertengkar dalam ruangannya.

'Jadi wanita itu adalah istri pertama pria ini? Menarik sekali,' batin sang dokter.

Di dalam mobil, Agam terus menyesali kebodohannya karena telah berprasangka buruk pada Widia. Dia pasti sangat kecewa saat ini dan semakin menaruh benci pada Agam. Apa yang bisa Agam lakukan sekarang? Mengabulkan keinginan wanita itu untuk bercerai? Ah, tidak bisa. Agam masih sangat mencintai Widia, istri pertamanya.

"Mas, Widia sangat tersiksa dengan hubungan rumit ini. Apa sebaiknya aku saja yang mengalah? Kembalilah pada Widia dan ceraikan aku," celetuk Sarah.

"Nggak! Aku nggak akan menceraikan kamu!" sentak agam.

"Tapi aku merasa bersalah pada Widia, Mas. Dia sangat kecewa melihat hubungan kita. Aku nggak mau terus-terusan menyiksanya dengan rasa sakit, biarkan aku pergi,"

"Nggak, Sarah. Aku nggak akan melepaskan kamu pergi!" bentak Agam.

Sarah membisu, untuk pertama kalinya setelah menikah pria itu membentaknya. Selama ini Agam selalu bersikap lembut dan baik padanya, satu per satu tabiat buruk dari Agam mulai muncul ke permukaan.

Apa yang dikatakan oleh Sarah benar, Widia sudah tidak memiliki hasrat untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Agam. Lebih baik Agam merelakan wanita itu pergi, terus bersama juga tidak menjamin mereka akan hidup berdampingan dengan harmonis.

"Widia sudah mantap ingin bercerai denganku. Aku akan mengabulkan keinginannya itu," ucap Agam dengan nada berat.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabrina Taski
sahabat macam apa....bgs widia ceraikan suami....dan dptkan dokter
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Keluarga Cemara

    Junaidi datang berkunjung ke rumah besannya, dia membawa banyak makanan dan beberapa suplemen yang di perlukan oleh Ibu hamil. Junaidi adalah seorang dokter spog.k.feir. Dokter yang memeriksa Agam dan menemukan fakta kalau pria itu mandul, dan tidak ada yang tau termasuk Milla.Junaidi senang melihat Dion terlihat lebih hidup dari sebelumnya, dia ceria dan bersemangat. Disekitarnya di kelilingi oleh aura positif. Dalam hati, Junaidi berdoa semoga hubungan rumah tangga Dion dan istrinya akan langgeng dan berjalan mulus seperti jalan tol.Saat itu week end, Dion memanfaatkan waktunya untuk membantu Widia mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti mencuci, menyapu, bahkan memasak. Dia berjanji akan terus melakukan itu pada Widia hingga dia tua dan tidak bisa melakukan aktifitas lagi.Widia menyuguhkan secangkir teh hangat dan makanan ringan, mertua dan Ayahnya nampak sibuk bercakap-cakap."Kira-kira besok anaknya cowok atau cewek ya," ucap Akbar."Cowok cewek tidak apa lah, yang penting kan se

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Kejujuran Sarah

    Dion mengantar Widia dan Surti ke toko, setelah itu dia pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Hari pertama buka pasti belum banyak pelanggan berdatangan, Widia merasa cukup walau hanya memperkerjakan satu orang saja.Semua pakaian yang Widia beli sudah tergantung rapih di rak display, Dion yang mengurusnya kemarin bersama dengan beberapa temannya. Pria itu tidak memperbolehkan Widia bekerja terlalu keras karena takut mengganggu kehamilannya."Kamu sapu lantai lalu pel, yang kering ya, biar nggak licin," perintah Sarah pada Surti."Siap Mbak,"Surti gadis muda yang polos, baru lulus SMA beberapa minggu lalu. Dalam keseharian dia terlihat kalem, penurut sekali pada orangtuanya. Sekali tatap Widia bisa tau kalau Surti gadis yang jujur.Beberapa jam terlewati, mulai ada pelanggan baru berdatangan. Widia dan Surti melayani dengan ramah, sepenuh hati. Tentunya agar mereka tidak kapok dan mau berkunjung untuk belanja kembali.Pundi-pundi uang mulai masuk ke dalam laci meja, Widia mengelus peru

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bawaan Hamil

    "Aku hamil Mas," ucap Widia sambil meraih tas kerja Dion dari tangannya.Dion sempat kehilangan fokus beberapa detik, sebelum akhirnya dia sadar dengan apa yang istrinya katakan. Widia hamil, sebentar lagi dia akan menjadi seorang Ayah.Dion tak menyangka Tuhan akan memberikan anugerah secepat itu, karena dia dan istrinya baru melakukan hubungan beberapa kali. Usia pernikahan mereka pun belum genap satu bulan.Dion memeluk Widia erat, mencium keningnya sambil menitihkan air mata. Dia terharu, karena dua impiannya terwujud dengan cepat. Pertama, menikah dengan Widia. Kedua, memilik seorang anak dari Widia."Mungkin karena ini kamu jadi sensitif dan cemburuan padaku," Dion melonggarkan pelukannya. dia mengangkat wajah dan menatap istrinya dengan senyum manis."Tapi aku belum siap hamil,""Apa yang membuatmu tidak siap?""Kata orang, melahirkan itu sakit. Taruhannya nyawa, aku takut,""Jangan takut, tubuh wanita sudah dirancang demikian rupa oleh Tuhan agar kuat menerima rasa sakit saat

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Positif

    Akbar baru saja selesai menyiram tanaman, dia melihat Widia kembali sambil menenteng saru plastik buah potong. Ada buah mangga, belimbing, juga buah kedondong. Hampir semua buah yang dia bawa berasa asam, padahal sebelumnya Widia tidak suka makanan yang berasa asam.Melihat perubahan dalam diri Widia, Akbar langsung memiliki filling kalau anak perempuannya mungkin sedang ngidam. Dia segera menyusul Widia ke dapur, wanita itu tengah bersiap untuk membuat bumbu rujak sendiri."Kenapa tadi tidak beli bumbu rujak yang sudah jadi saja Wid?" tanya Akbar."Lebih enak buat sendiri Yah, lebih banyak pula sambalnya,""Tumben sekali kamu pengen makan rujak, lagi ngidam ya?""Ngidam? Ah, enggak kok. Widia lagi kepengen saja,""Kamu sudah telat datang bulan belum?""Idih, Ayah. Apaan si! Timbang kepingin makan rujak saja jadi heboh,""Ya.... Siapa tau gitu kamu lagi ngidam. He.... He....He...."Widia terdiam sejenak, dia mencoba mengingat kapan hari terakhir dia mendapatkan datang bulan. Sepertiny

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bibit pelakor

    Widia mengatur janji temu dengan Dion saat jam makan siang di halaman rumah sakit. Dia hendak mengantar makan siang buatannya untuk Suami tercinta.Widia datang sedikit terlambat karena jalanan sedikit macet. Dia melihat Dion sedang duduk di sebuah kursi di temani oleh seorang wanita. Siapa lagi kalau bukan Inggrid temannya."Lama ya," ucap Widia sambil melempar wajah datar. Dion langsung tau kalau istrinya tidak suka dirinya dekat dengan Inggrid, dia pun segera menjaga jarak."Ah, tidak kok. Mau temani aku makan siang?""Tidak perlu, aku sudah kenyang. Lebih baik sekarang Mas kembali ke ruang istirahat dokter saja, nanti jam makan siangnya keburu habis,""Oke."Widia mengulurkan kotak makannya pada Dion, kemudian mengalihkan pandangan matanya pada inggris."Bisa kita bicara sebentar Nona Inggrid? Aku mau membahas tentang toko yang aku sewa darimu," ucap Widia."Bisa, aku ada waktu luang kok," sahut Inggrid.Sebenarnya dion ingin ikut nimbrung dengan obrolan itu, tapi dia takut Widia

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Karma Dibayar Tunai

    Roda kehidupan benar-benar berputar. Dulu Agam sangat menyepelekan Widia, kini wanita itu bisa mandiri membuka usaha sendiri tentunya dibantu oleh dukungan sang suami. Tak hanya soal ekonomi, cerita cinta Widia dan sang suami terlihat sangat mulus seperti jalan tol.Agam memandangi mantan istrinya dari jauh, dia sedang asyik makan bersama dengan Dion sang suami. saat ini Agam sedang berada di sebuah rumah makan untuk membeli lauk kesukaan Ibunya.Ada sedikit rasa nyeri di hati Agam melihat mantan istrinya hidup damai dan bahagia. Kenapa Widia bisa mengalami hal-hal baik? Sementara Agam selalu apes dalam segala hal. Perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, dia di pecat dan jadi pengangguran. Ibunya sakit parah, istrinya berselingkuh dan putra semata wayangnya ternyata adalah anak dari pria lain."Karmaku benar-benar di bayar dengan tunai," lirih Agam dengan mata berkaca-kaca.Selesai makan, Dion pamit pergi ke rumah sakit untuk kembali bekerja. Sementara Widia masih asyik menyantap makan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status