Share

Permohonan Cerai Dikabulkan

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2024-07-24 09:34:08

Rini memperhatikan Widia yang tengah sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Dia nampak serius memotong sayur dan bahan makanan lainnya.

Rasa iba muncul di hati Rini pada Widia, baru saja berumur dua puluh delapan tahun sudah mau jadi janda. Padahal, teman-temannya yang lain sudah memiliki anak dua atau bahkan tiga. Nasib orang memang tidak ada yang tahu, dan segala hal yang terjadi pada mahluk hidup di muka bumi ini sudah ada yang mengaturnya. Sebagai manusia, kita hanya bisa menjalaninya serta menerima dengan lapang dada.

Tak terasa air mata Rini jatuh membasahi pipi, dia segera menyekanya sebelum Widia melihatnya menangis.

"Mau Ibu bantu nggak, Wid?" tanya Rini sambil berjalan menghampiri putrinya.

"Mau Bu, biar cepat selesai," sahut Widia.

"Mau masak apa hari ini?"

"Sup ayam, tahu goreng dan sambal tomat,"

"Di kulkas ada ikan bawal, kenapa nggak sekalian dimasak?"

"Nggak Bu, Widia kesal kalo lihat ikan bawal. Jadi ingat sama Mas Agam Bu," ujar Widia. Karena memang Agam suaminya sangat menyukai ikan bawal.

Rini terdiam, dia tau masih ada cinta di hati Widia untuk Agam. Tapi rasa cinta itu terkubur oleh rasa kecewa dan rasa sakit hati yang begitu besar.

"Ngomong-ngomong apa yang kamu bicarakan dengan Sarah kemarin?" Tanya Rini. Dia penasaran dengan obrolan istri pertama dan istri kedua saat sedang bertemu, apa lagi sebelumnya mereka bertengkar hebat.

"Biasa Bu, dia minta maaf sama aku. Aku sih sudah mau maafin dia tapi kalau untuk berteman dengan dia lagi aku nggak mau Bu." Sahut Widia jujur sambil mencuci sayuran yang telah selesai dia potong.

"Kamu jadi minta cerai sama Agam?" tanya Rina lagi.

"Jadi Bu, kemarin aku juga ketemu sama Mas Agam di sana," ekspresi wajah Widia berubah. Dia tidak suka ibunya mengulang pertanyaan yang sama, padahal dia sudah tau jawabannya dari kemarin.

"Kamu sudah pikir dengan mantap?" Rini mencoba memeriksa apakah ada keraguan di hati Widia.

"Sudah," sahut Widia penuh keyakinan.

"Ya sudah kalau begitu, Ibu dan Ayah akan dukung semua keputusan kamu. Semoga saja Allah segera memberimu jodoh pengganti yang jauh lebih baik dari Agam," doa Rini.

"Amin ...." ucap Widia.

Selesai memasak, Widia makan malam bersama keluarganya. Tiba-tiba saja telfon rumah berdering, Widia segera beranjak dari kursi untuk mengangkat telfon itu. Perasaan Widia berubah jadi tidak enak, seolah dia bisa menebak siapa orang yang sedang menelfon ke rumah saat ini.

"Hallo .... Assalamu'alaikum," sapa Widia sesaat setelah mengangkat telfon.

"Wa'alaikum salam. Wid, ini aku Mas Agam,"

"Iya, ada apa Mas?" tanya Widia penasaran karena tiba-tiba pria itu menelfon nya.

"Aku akan mengabulkan permintaanmu untuk bercerai dariku," ucap Agam.

Hati Widia terasa sakit saat mendengar kalimat itu, tapi ada perasaan lega juga di sana. Meski sakit, Widia merasa kalau pilihannya itu adalah yang terbaik untuk untuknya, Agam dan Sarah kedepannya.

Tidak akan ada lagi perasaan cemburu, iri, dan merasa paling tersakiti diantara mereka bertiga. Widia bisa membuka lembaran baru dalam hidupnya, menuliskan kisah-kisah baru yang menyenangkan walaupun tanpa sosok Agam di sisinya.

"Terimakasih, Mas sudah mau mengabulkan permintaanku. Jadi kapan Mas akan mengurus proses perceraian kita?"

"Minggu ini juga aku akan mengurusnya," janji Agam.

"Oke Mas. Emh .... Mas, aku sedang makan malam sekarang. Sudah dulu telfonnya ya, kita sambung lain kali," Widia mengalihkan topik pembicaraan agar bisa segera mengakhiri percakapan mereka.

"Oh, oke," ucap Agam lesu.

Klak....!

Widia menaruh telfon itu ke tempat semula. Widia menangis tanpa suara, dia buru-buru menyeka air matanya sebelum kembali duduk di meja makan bersama dengan keluarganya.

"Siapa yang telfon?" Tanya Rini.

"Mas Agam Bu. Dia bilang mau menyetujui permintaan cerai dariku," sahut Widia jujur.

Akbar dan Rini saling melempar pandangan mata, keduanya diam dan membuat suasana sekitar jadi hening. Setelahnya, Widia hanya fokus menghabiskan makanan yang ada di atas piring dan tidak mau membahas soal rencana perceraiannya lagi.

***

Di apartemen Sarah ....

Agam menjambak rambut cepaknya, dia merasa stres dan frustasi karena keputusannya untuk mengabulkan permintaan Widia. Padahal, dia sendiri ragu apakah bisa hidup tanpa Widia di sisinya.

Selama ini, Widia selalu ada untuknya dalam suka maupun duka. Bahkan Widia lah orang yang selalu memberikan semangat dan dukungan saat Agam sedang berada di bawah.

"Diminum dulu tehnya Mas," Sarah meletakan secangkir teh hangat di atas meja.

"Iya, nanti," lirih Agam.

"Mas kenapa? Wajah Mas kok pucat? Mas sakit ya?" Sarah cemas memasang wajah cemas.

"Mas nggak sakit, cuma sedikit sakit kepala saja mungkin karena mau flu. Bisa buatkan air herbal pereda flu dan sakit kepala nggak?" Tanya Agam.

"Aduh, maaf Mas. Aku nggak ngerti sama sekali soal membuat ramuan herbal, biasanya kan yang suka buat ramuan herbal buat Mas si Widia," celetuk Sarah.

Agam terdiam, dia merasa kepalanya bertambah sakit. Selain urusan ranjang, Sarah memang tidak bisa melakukan apapun. Bahkan membuat secangkir teh untuknya pun selalu kemanisan, tidak seperti Widia.

'Semoga saja aku tidak menyesal dikemudian hari karena telah menceraikan Widia,' batin Agam.

"Jangan melamun, ayo kita makan malam. Aku sudah pesankan makanan kesukaan Mas tadi di aplikasi online," ajak Sarah.

"Baik, ayo kita makan." Agam beranjak dari tempat duduk dan Sarah mengikuti dari belakang.

Agam memperhatikan lauk yang ada di atas meja makannya, ada berbagai jenis masakan seafood di sana. Mulai dari cumi goreng tepung, ikan bakar, cah kangkung udang sampai sambal terasi. Semua adalah makanan favorit Widia.

Batin Agam terasa nyeri ketika melihat semua masakan itu, dia sampai kehilangan nafsu makan seketika.

"Kok cuma dilihatin Mas? Makan dong!" Ujar Sarah.

"Iya, ini Mas juga mau makan," ucap Agam terbata.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Keluarga Cemara

    Junaidi datang berkunjung ke rumah besannya, dia membawa banyak makanan dan beberapa suplemen yang di perlukan oleh Ibu hamil. Junaidi adalah seorang dokter spog.k.feir. Dokter yang memeriksa Agam dan menemukan fakta kalau pria itu mandul, dan tidak ada yang tau termasuk Milla.Junaidi senang melihat Dion terlihat lebih hidup dari sebelumnya, dia ceria dan bersemangat. Disekitarnya di kelilingi oleh aura positif. Dalam hati, Junaidi berdoa semoga hubungan rumah tangga Dion dan istrinya akan langgeng dan berjalan mulus seperti jalan tol.Saat itu week end, Dion memanfaatkan waktunya untuk membantu Widia mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti mencuci, menyapu, bahkan memasak. Dia berjanji akan terus melakukan itu pada Widia hingga dia tua dan tidak bisa melakukan aktifitas lagi.Widia menyuguhkan secangkir teh hangat dan makanan ringan, mertua dan Ayahnya nampak sibuk bercakap-cakap."Kira-kira besok anaknya cowok atau cewek ya," ucap Akbar."Cowok cewek tidak apa lah, yang penting kan se

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Kejujuran Sarah

    Dion mengantar Widia dan Surti ke toko, setelah itu dia pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Hari pertama buka pasti belum banyak pelanggan berdatangan, Widia merasa cukup walau hanya memperkerjakan satu orang saja.Semua pakaian yang Widia beli sudah tergantung rapih di rak display, Dion yang mengurusnya kemarin bersama dengan beberapa temannya. Pria itu tidak memperbolehkan Widia bekerja terlalu keras karena takut mengganggu kehamilannya."Kamu sapu lantai lalu pel, yang kering ya, biar nggak licin," perintah Sarah pada Surti."Siap Mbak,"Surti gadis muda yang polos, baru lulus SMA beberapa minggu lalu. Dalam keseharian dia terlihat kalem, penurut sekali pada orangtuanya. Sekali tatap Widia bisa tau kalau Surti gadis yang jujur.Beberapa jam terlewati, mulai ada pelanggan baru berdatangan. Widia dan Surti melayani dengan ramah, sepenuh hati. Tentunya agar mereka tidak kapok dan mau berkunjung untuk belanja kembali.Pundi-pundi uang mulai masuk ke dalam laci meja, Widia mengelus peru

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bawaan Hamil

    "Aku hamil Mas," ucap Widia sambil meraih tas kerja Dion dari tangannya.Dion sempat kehilangan fokus beberapa detik, sebelum akhirnya dia sadar dengan apa yang istrinya katakan. Widia hamil, sebentar lagi dia akan menjadi seorang Ayah.Dion tak menyangka Tuhan akan memberikan anugerah secepat itu, karena dia dan istrinya baru melakukan hubungan beberapa kali. Usia pernikahan mereka pun belum genap satu bulan.Dion memeluk Widia erat, mencium keningnya sambil menitihkan air mata. Dia terharu, karena dua impiannya terwujud dengan cepat. Pertama, menikah dengan Widia. Kedua, memilik seorang anak dari Widia."Mungkin karena ini kamu jadi sensitif dan cemburuan padaku," Dion melonggarkan pelukannya. dia mengangkat wajah dan menatap istrinya dengan senyum manis."Tapi aku belum siap hamil,""Apa yang membuatmu tidak siap?""Kata orang, melahirkan itu sakit. Taruhannya nyawa, aku takut,""Jangan takut, tubuh wanita sudah dirancang demikian rupa oleh Tuhan agar kuat menerima rasa sakit saat

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Positif

    Akbar baru saja selesai menyiram tanaman, dia melihat Widia kembali sambil menenteng saru plastik buah potong. Ada buah mangga, belimbing, juga buah kedondong. Hampir semua buah yang dia bawa berasa asam, padahal sebelumnya Widia tidak suka makanan yang berasa asam.Melihat perubahan dalam diri Widia, Akbar langsung memiliki filling kalau anak perempuannya mungkin sedang ngidam. Dia segera menyusul Widia ke dapur, wanita itu tengah bersiap untuk membuat bumbu rujak sendiri."Kenapa tadi tidak beli bumbu rujak yang sudah jadi saja Wid?" tanya Akbar."Lebih enak buat sendiri Yah, lebih banyak pula sambalnya,""Tumben sekali kamu pengen makan rujak, lagi ngidam ya?""Ngidam? Ah, enggak kok. Widia lagi kepengen saja,""Kamu sudah telat datang bulan belum?""Idih, Ayah. Apaan si! Timbang kepingin makan rujak saja jadi heboh,""Ya.... Siapa tau gitu kamu lagi ngidam. He.... He....He...."Widia terdiam sejenak, dia mencoba mengingat kapan hari terakhir dia mendapatkan datang bulan. Sepertiny

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bibit pelakor

    Widia mengatur janji temu dengan Dion saat jam makan siang di halaman rumah sakit. Dia hendak mengantar makan siang buatannya untuk Suami tercinta.Widia datang sedikit terlambat karena jalanan sedikit macet. Dia melihat Dion sedang duduk di sebuah kursi di temani oleh seorang wanita. Siapa lagi kalau bukan Inggrid temannya."Lama ya," ucap Widia sambil melempar wajah datar. Dion langsung tau kalau istrinya tidak suka dirinya dekat dengan Inggrid, dia pun segera menjaga jarak."Ah, tidak kok. Mau temani aku makan siang?""Tidak perlu, aku sudah kenyang. Lebih baik sekarang Mas kembali ke ruang istirahat dokter saja, nanti jam makan siangnya keburu habis,""Oke."Widia mengulurkan kotak makannya pada Dion, kemudian mengalihkan pandangan matanya pada inggris."Bisa kita bicara sebentar Nona Inggrid? Aku mau membahas tentang toko yang aku sewa darimu," ucap Widia."Bisa, aku ada waktu luang kok," sahut Inggrid.Sebenarnya dion ingin ikut nimbrung dengan obrolan itu, tapi dia takut Widia

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Karma Dibayar Tunai

    Roda kehidupan benar-benar berputar. Dulu Agam sangat menyepelekan Widia, kini wanita itu bisa mandiri membuka usaha sendiri tentunya dibantu oleh dukungan sang suami. Tak hanya soal ekonomi, cerita cinta Widia dan sang suami terlihat sangat mulus seperti jalan tol.Agam memandangi mantan istrinya dari jauh, dia sedang asyik makan bersama dengan Dion sang suami. saat ini Agam sedang berada di sebuah rumah makan untuk membeli lauk kesukaan Ibunya.Ada sedikit rasa nyeri di hati Agam melihat mantan istrinya hidup damai dan bahagia. Kenapa Widia bisa mengalami hal-hal baik? Sementara Agam selalu apes dalam segala hal. Perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, dia di pecat dan jadi pengangguran. Ibunya sakit parah, istrinya berselingkuh dan putra semata wayangnya ternyata adalah anak dari pria lain."Karmaku benar-benar di bayar dengan tunai," lirih Agam dengan mata berkaca-kaca.Selesai makan, Dion pamit pergi ke rumah sakit untuk kembali bekerja. Sementara Widia masih asyik menyantap makan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status