Setelah mengantar Kania bertemu orangtua(palsu)nya. Shassy pun segera kembali ke rumah. Ia terus mengingat kejadian semalam, saat Keen terus saja mengigau tak karuan dan memanggil-manggil ayahnya.
Hal itu membuat Shassy menjadi iba, ia tak tega melihat Keen yang biasanya kuat dan menakutkan, kini menjadi orang yang lemah dan terlihat kurang kasih sayang.
"Hati manusia itu memang rumit," gumam Shassy.
Setelah 1 jam, akhirnya Shassy pun sampai rumah. Setelah keluar dari mobil, ia bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung naik ke lantai dua.
Tok tok tok! Shassy mengetuk pintu kamarnya dan membuka pintu itu begitu saja.
Dan seperti saat ia pergi, saat ini Keen masih berbaring
'Tanggung jawab?' batin Shassy, kemudian Shassy pun menatap ke arah Keen.Keen yang melihat tatapan aneh dari Shassy lalu bertanya, "Ada apa?""Ini …" ucap Shassy sambil memberikan ponsel tersebut pada Keen.Keen mengerutkan keningnya ketika Shassy memberikan ponsel tersebut tanpa sepatah kata pun setelahnya. Ia langsung menempelkan ponsel tersebut di telinganya."Halo," sapa Keen dengan nada dingin."Pak Keen jangan pura-pura tuli, bukankah kamu orang yang menyebarkan berita foto-foto itu pada media!" teriak wanita yang ada di dalam panggilan tersebut."Ck ck ck! Nona Lily, bukankah saat kemarin kamu datang padaku, kamu dengan beraninya menantang aku. Kenapa sekarang kamu datang padaku untuk mengeluh?" ejek Kee
Tiba-tiba Keen melingkarkan tangannya di pundak Shassy, hingga membuat Shassy tersentak kaget."Apa mata kamu juling?" bisik Keen.Shassy pun menatap Keen lalu tersenyum ke arahnya—palsu."Istri yang pintar," ujar Keen sambil mengusap kepala Shassy."Oh iya Mas, ada apa ini?" tanya Shassy, sambil terus menatap ke arah Keen.Keen lalu menatap ke arah Raka. "Ka, bukankah kamu seharusnya mengatakan sendiri pada saudara iparmu tentang undangan kamu ini."Sherin yang mendengar hal itu, langsung saja menyahut. "Maaf Kak Keen, biar saya saja yang memberi tahu kakak saya. Ini kesalahan saya karena tidak begitu dekat dengannya, hingga belum memberi tahu dia kalau kami akan se
"Mas," panggil Shassy."Iya," Sahut Keen yang dengan sigap memegang perutnya.Shassy yang tidak menyadari tentang pergerakan tangan Keen, langsung berjalan ke arah Keen."Kamu kenapa? Mau ke kamar mandi?" tanya Shassy."Iya, tadi dia ingin ke kamar mandi. Jadi aku akan membantunya ke kamar mandi," sahut Arnold yang langsung berdiri.Setelah mendengar hal tersebut Shassy langsung menghentikan langkahnya. "Oh kalau begitu ya sudah. Maaf tadi aku kaget karena dari luar terdengar suara ribut, aku pikir terjadi sesuatu pada kamu," tandas Shassy."Tidak, aku tidak apa-apa." Keen.Shassy lalu menghela nafas lega. "Baiklah kalau begitu aku akan keluar dulu, kalau ada apa-apa kamu bisa
Shassy pun meninggalakan rumah itu bersama beberapa anak buah Keen termasuk Tristan, setelah mengetahui keberadaan Dira dari sebuah panggilan misterius.Keen menatap kepergian Shassy dari balkon kamarnya."Dasar wanita itu, suka seenaknya sendiri," gumam Keen sambil tersenyum pasrah, lalu menghela napas dalam.Keen dengan cepat mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya, lalu menelepon seseorang."Kemari! Bawa 10 orang!" peritah Keen pada orang yang saat ini menerima panggilan darinya.Setelah mematikan panggilan tersebut, Keen dengan cepat masuk ke dalam kamar ganti dan segera mengganti pakaiannya saat ini.**Di tempat Dira. &nb
"Maaf Tuan, tapi nona ….""Shassy," sahut Keen melengkapi ucapan dokter tersebut."Oh iya benar, nona Shassy … dia tidak hamil," terang dokter tersebut."Tidak hamil? Lalu darah itu?" tanya Keen yang penasaran.Dokter tersebut lalu tersenyum canggung. "Itu darah …" Dokter tersebut terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya."Darah apa? Apa ada yang terluka?" tanya Keen semakin khawatir."Tidak, tidak ada masalah yang seperti itu. Nona Shassy sedang mengalami masa awal menstruasi, tapi memang benar ia mengalami pendarahan," beber dokter.'Astaga ternyata dia sedang … ah sudahlah,' batin Keen yang merasa sangat konyol.
Lalu …Bruggh! Tiba-tiba Dira memeluk Shassy yang baru saja membuka pintu tersebut.'Jadi dia yang dari tadi menggedor pintu kamar,' batin Shassy sambil menghela napas dalam.Setelah cukup lama memeluk Shassy, akhirnya Dira melepaskan pelukannya."Kak, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Dira sambil menatap wajah Shassy, dalam.Shassy lalu tersenyum. "Kakak tidak apa-apa kok Dir, ini semua berkat kakakmu.""Iya, tadi aku melihat Kakak saat digendong Tristan," ujar Dira, lalu mengarahkan pandangannya ke dalam kamar tersebut mencari keberadaan kakaknya."Dia sedang berbaring di ranjang, aku menyuruhnya istirahat," terang Shassy sambil mempersilahkan Dira masuk."Tapi
Satu jam berlalu, Shassy dan Dira ini sedang minum kopi di salah satu cafe yang ada di dalam mall tersebut."Sebenarnya pengawal itu tidak buruk juga," ujar Shassy sambil menatap pengawal yang menunggu mereka di luar tempat tersebut."Tidak buruk bagaimana, mereka itu selalu mengikuti, terkadang aku sampai malu karena dilihat oleh banyak orang Kak," keluh Dira sambil mengaduk-ngaduk kopi miliknya.Shassy tersenyum tipis. "Ini kan perintah kakakmu, semuanya juga demi kamu.""Ah Kak Shassy nggak seru, sekarang Kakak suka berpihak pada kak Keen," protes Dira yang terlihat semakin kesal."Hehehe, bukan membela kakak kamu. Kamu masih ingat kan kejadian minggu kemarin, wajar dong kalau kakak kamu sangat khawatir …" ucap Shassy mencoba m
Dua jam kemudian, Shassy, Dira dan Keen sampai di rumah sakit tempat Tristan dirawat.Setelah melewati lorong, akhirnya mereka pun sampai di ruangan Tristan.Tok! Tok! Keen mengetuk pintu ruangan tersebut, lalu masuk.Tapi ketika baru memasuki ruangan itu, tiba-tiba Dira berlari melewati Keen dan langsung membantu Tristan yang sedang berusaha untuk duduk, demi menghormati kedatangan Keen."Terima kasih," ujar Tristan dengan wajah yang terlihat bersemu."Iya sama-sama Kak," ujar Dira yang juga segera melepas tangan Tristan dengan malu-malu.Keen mengerutkan dahinya saat melihat pemandangan itu. Terlihat raut wajah tak senang karena hal itu.Shassy yang melihat ekspresi wa