Home / Thriller / Samaran Terakhir / Akhir yang Tak Terduga

Share

Akhir yang Tak Terduga

Author: InkRealm
last update Last Updated: 2025-06-03 14:59:33

LOKASI: KAMAR GELAP DI GUNUNG ARKHEON – MALAM TANPA BULAN

STATUS WAKTU: FINAL, PENGHAPUSAN REALITAS

Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya redup dari pena perak yang masih bersinar. Adrian berdiri di tengah ruang kosong, dikelilingi oleh ruang-ruang yang terus berputar, menciptakan distorsi visual seolah waktu dan ruang tidak lagi saling berhubungan. Meskipun di dalamnya hanya ada dia dan Rael, rasanya seperti seluruh alam semesta sedang memantulkan pilihan-pilihannya kembali ke arahnya.

Rael berdiri di sisi lain, dengan tatapan yang penuh teka-teki dan kebencian yang tak terbendung. "Kau pikir kau bisa menulis ulang dunia ini begitu saja, Adrian? Takdir sudah tertulis. Apa yang kau lakukan adalah sebuah ilusi. Kita hanya bayangan dari penulis yang lebih besar."

Adrian mengangkat pena peraknya lebih tinggi, cahaya yang memancar dari sana menyinari wajahnya yang penuh kelelahan. "Aku bukan bayangan lagi, Rael. Aku memilih untuk menulis takdirku sendiri. Kita semua terperangkap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Samaran Terakhir   Fragmen Warna yang Tak Pernah Dituliskan

    Adrian berdiri di hadapan kanvas putih raksasa yang tergantung di antara bintang-bintang. Di sekitarnya, tidak ada tanah, tidak ada langit, hanya ruang naratif kosong, tempat di mana ide belum sempat terbentuk menjadi cerita.Sebuah suara berbicara dari segala arah:"Kau telah menulis ulang dunia, tapi kau belum melukis warna sejatinya."Kanvas itu mulai merekah, memperlihatkan serpihan-serpihan masa lalu: Ayla tertawa dalam kehampaan, Elena menangis dalam dimensi yang tak bernama, dan sosok Adrian versi berbeda yang memilih untuk berhenti menulis, hanya berdiri diam di pinggir bingkai.Lalu, simbol mulai muncul:Sebuah pena yang meneteskan tinta berwarna emas.Sebuah jam pasir yang berputar ke arah berlawanan.Seekor burung tanpa bayangan.Adrian tahu, ini bukan sekadar simbol. Ini adalah kode realitas yang belum terwujud.Ia melihat sebuah petunjuk dalam bahasa yang hanya bisa dibaca dalam kondisi terbalik. Ia membalik tubuhnya, lalu membaca:"Siapa yang membaca ini, telah menyentuh

  • Samaran Terakhir   Labirin Waktu yang Terlupakan

    Adrian berjalan lebih dalam ke dalam kegelapan yang semakin pekat, tubuhnya seolah-olah tak lagi bergerak dalam dimensi yang ia kenali. Waktu dan ruang seakan terdistorsi, bergeser seperti pasir dalam jam yang pecah. Ia tak tahu seberapa lama telah berjalan, atau bahkan di mana ia sebenarnya berada. Hanya suara detak jam yang terus berdenyut, menciptakan irama yang tak terhindarkan, memaksa pikiran dan tubuhnya untuk terus maju.Di depan, ada cahaya samar. Sebuah pintu besar terbuat dari kaca gelap, berkilau seperti permata yang telah lama terlupakan. Ada sesuatu yang menggantung di udara sebuah pertanyaan, sebuah teka-teki yang harus diselesaikan sebelum ia dapat melangkah lebih jauh. Sesuatu yang jauh lebih penting daripada semua yang telah ia hadapi sebelumnya.Di atas pintu itu, sebuah tulisan muncul secara perlahan:"Kamu telah datang jauh, tapi apakah kamu siap untuk mengetahui apa yang telah kamu cari?"Tanpa ragu, Adrian melangkah maju, merasakan getaran di seluruh tubuhnya, s

  • Samaran Terakhir   Menulis di Antara Dunia yang Hilang

    Adrian berdiri di depan layar besar, yang kini dipenuhi oleh kode-kode yang semakin membingungkan. Setiap angka, setiap huruf, berputar dengan kecepatan yang luar biasa, seakan menciptakan dimensi baru di dalam dirinya. Waktu seakan berhenti, dan setiap detik yang berlalu terasa lebih berat, lebih menekan, seperti menanti keputusan akhir yang tak bisa dihindari.Teka-teki yang tak kunjung terjawab terus mengalir dalam pikirannya. Apakah semua ini hanya ujian bagi dirinya? Ataukah ada kekuatan yang lebih besar yang mengendalikan seluruh dunia ini termasuk dirinya sendiri?Di hadapannya, layar tersebut berubah bentuk. Kini, kode-kode itu bukan hanya sekadar angka, melainkan sebuah gambaran sebuah peta yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Peta yang tampaknya mengarah ke sebuah tempat yang tidak ada dalam kenangan Adrian. Tempat yang di luar nalar, di luar logika yang bisa dijangkau oleh manusia biasa."Apa yang sebenarnya ada di balik layar?" suara itu kembali terdengar, kali ini lebih

  • Samaran Terakhir   Melintasi Labirin Narasi

    Adrian berdiri di tengah ruang yang tak berbentuk. Dindingnya bergerak perlahan, tetapi seolah tak ada tempat yang bisa ia tuju. Langit di atasnya gelap, bercampur dengan cahaya yang datang dari matahari yang seakan terperangkap dalam cermin retak.Di hadapannya, sebuah pintu besar berwarna hitam pekat terbingkai dengan ribuan simbol yang saling tumpang tindih, seolah menantangnya untuk membuka pintu menuju pengetahuan yang lebih dalam lagi.Sebuah suara menggema dari dalam ruang tak berujung itu.“Adrian Morello… apakah kamu siap untuk menulis bagian terakhir dari cerita ini? Karena setiap kata yang kamu pilih akan menentukan garis batas antara dunia ini dan dunia yang tidak pernah ada.”Di luar nalar, suara itu terdengar familiar, namun tak bisa ia kenali. Entah dari mana asalnya, entah siapa yang mengucapkannya.Adrian memegang pena peraknya, menggenggamnya erat-erat. Setiap goresan pena yang ia buat, terasa seperti membuka celah baru yang tak terduga di alam semesta ini. Di luar sa

  • Samaran Terakhir   Pengadilan Pembaca dan 7 Fragmen Ko

    Adrian berdiri di dalam ruang gelap berbentuk segi tujuh. Dindingnya dihiasi panel-panel bercahaya, masing-masing menampilkan kutipan dari bab-bab sebelumnya. Namun, di tengah ruangan, tergantung jam pasir yang tak berisi pasir melainkan huruf-huruf yang berjatuhan pelan ke dalam kekosongan.Tiba-tiba, sebuah suara terdengar dari segala arah. Bukan dari karakter, bukan dari narator. Tapi dari… pembaca.“Jika kau ingin melanjutkan ceritamu, jawab teka-teki kami.”Tujuh panel menyala. Masing-masing berisi fragmen kode dan satu teka-teki:Panel Merah – “Aku adalah awal dari segalanya, tapi tak pernah terlihat. Siapa aku?”Panel Biru – “Dalam dunia fiksi, aku muncul hanya saat tokoh tak sadar. Aku bukan kenyataan, aku juga bukan mimpi.”Panel Hijau – “Aku adalah huruf yang menghilang dari seluruh bab ke-6. Temukan aku.”Panel Ungu – “Jika Elena = Harapan dan Ayla = Luka, maka siapa Adrian?”Panel Kuning – “Di setiap bab ada satu kalimat yang tak cocok. Temukan satu. Tunjukkan kenapa.”Pan

  • Samaran Terakhir   Dalam Cermin yang Retak

    Dalam Cermin yang RetakSetelah kekalahan Glitch, dunia narasi tampak tenang. Namun Adrian tahu, dalam ketenangan itu, ada gema yang tersisa gaung dari bab-bab yang pernah tak selesai.Malam itu, ia berdiri di tengah Ruang Arsip Kosong, tempat di mana setiap kalimat yang tak pernah ditulis berdiam dalam hening. Tapi satu suara membuyarkan keheningan itu.“Aku tahu siapa kau sebelum kau menjadi Adrian,” bisik seseorang.Adrian berbalik. Sosok itu berdiri dengan wajah yang dikenalnya… wajah lamanya. Sosok dari cerita pertama prototipe dirinya dari naskah awal yang ditolak penerbit. Sosok itu menyebut dirinya A01.“Aku adalah kau yang pernah dipilih… lalu ditinggalkan.”A01 tidak seperti Glitch. Ia bukan distorsi, tapi cetakan awal yang terabaikan. Ia mengenang saat-saat ketika kisah tentang ‘Phantom’ seharusnya menjadi cerita aksi biasa, tanpa metafiksi, tanpa Elena, tanpa cinta.“Tapi cerita berkembang,” jawab Adrian.“Ya. Tapi sebagian dari kami tetap tertinggal dalam draft. Dan kami t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status