Share

BAB 6 Strategi Mengalahkan Musuh

PoV TIWI ADELITA

H-1 hari pernikahan ...

Aku mendekati ibu yang tampak muram duduk di atas dipan kasur kamarnya sendirian.

“Ibu mikirin apa? Kok kelihatan lesu banget?” ku coba bermanis-manis pada ibu, sambil memijiti punggungnya, sebenarnya tanpa bertanya pun aku tahu wajah ibu kusut begini gara-gara si Oki sial*n itu.

Sejak Mas Herdi meminta bapak melunasi 60 juta kekurangan biaya sewa gedung dan catering 4 hari lalu, wajah ibu langsung berlipat-lipat setiap saat.

“Ibu mikirin Mas Herdi, Wi ...” Ibu menghela nafas berat, “Mau nikah kok sama perempuan sembarangan, sudahlah cuma tamat SMA, merongrong harta kita juga, ibu takut Herdi kenapa-napa.”

Aku pun begitu juga sebenarnya, tapi kali ini aku harus menenangkan ibu.

“Tenang Bu, setelah mereka nikah nanti ... kita bisa kasih pelajaran ke Oki! Supaya dia nggak berani macem-macem.”

Sayangnya, ibu seperti tidak mendengarkan ucapanku, tetap asyik dengan pikirannya sendiri.

“Sedih hati ibu, bisa-bisanya keluarga Oki seenaknya mempermainkan kita, Herdi bilang mereka setuju biaya pesta ditanggung 50:50, kenapa malah akhirnya semuanya kita yang tanggung?” ibu mulai curhat mengeluarkan uneg-uneg di hatinya.

“Kasihan Herdi sampai dimarahi bapak, belum pernah bapak marah kayak gitu sebelumnya,” lanjut ibu lagi. Aku cuma bisa mendengarkan ibu mengeluarkan keluh kesahnya saja.

Dalam hati, aku menyetujui setiap perkataan ibu. Memang benci sekali aku dengan si Oki itu, cewek missqueen kebanyakan gaya! Minta foto pre wedding mewah lah, belanja aja dia gesek kartu kredit si Mas, minta bedak 400 ribuan pula, harta kakak gue elo habisin demi kepuasan diri lo sendiri Oki ... Cih!

Bayangan Mas Herdi sedang berjalan melintas di depan kamar ibu terlihat dari sela bawah pintu, ibu segera memanggilnya.

“Herdi ... sini masuk!” seru Ibu.

Mas Herdi perlahan membuka pintu kamar dan menyibak tirai yang terpasang di depan pintu.

“Sini Herdi, duduk kamu!” perintah ibu. Mas Herdi langsung patuh mengambil posisi duduk di bawah lantai.

“Untuk pesta pernikahan kamu besok, Bapak sudah keluar uang banyak, tolong jangan kamu kecewakan keluarga! Jangan biarkan si Oki itu berpikir bahwa dia bisa semena-mena memperlakukan keluarga kita!” Pesan Ibu sungguh-sungguh pada Mas Herdi.

“Oke Bu, kalau sudah jadi istri Herdi nanti mah sudah enak Bu ... Herdi bisa berbuat apa saja, kalau sekarang kan belum bisa, masih harus bikin Oki yakin dulu ke Herdi, jangan sampai Oki batalin pernikahan!”

Aku terkejut mendengar ucapan Mas Herdi, seolah ia pun sudah tidak tahan dengan kelakuan Oki. Ckckckck ... aku awalnya pikir Mas Herdi dibutakan oleh cinta, syukur kalau Mas Herdi pun sudah tak sabar menunggu hari esok untuk ‘mendidik’ istrinya dengan benar.

*****

Aku memeriksa seserahan, ada 3 box yang tertutup mika plastik, dari mulai baju tidur, pakaian dalam, tas, sepatu, sengaja aku carikan yang reviewnya bintang 1 atau 2, barang-barang reject yang ada cacatnya tapi aku tak peduli, yang penting murah. Buat apa membelikan cewek matre itu barang bagus, sudah syukur Mas Herdi mau nikahin dia.

Aku cek pula kue seserahan, bolu 30 ribuan sudah menunjukkan kebaikan keluargaku ke keluarga Oki, bahkan kami memberikan 3 bolu, ada rasa original, rasa coklat, dan juga rasa pandan, kurang baik apa coba! Aku dengar-dengar Oki dari keluarga broken, syukur banget Mas Herdi dan keluarga kami mau berbaik hati menerima dia, tapi tentunya dia harus dididik dengan keras agar tidak jadi istri yang menyusahkan suami.

Seserahan sudah siap di ruang tamu, selesai, aku langkahkan kakiku ke arah dapur, tapi di depan kamar Mas Herdi yang pintunya terbuka lebar, aku lihat Mas Herdi sibuk memainkan hape.

“Lo lagi ngapain Mas? Itu kan hape ibu!” teriakku.

Mas Herdi terlihat kaget awalnya, tapi kemudian cuek saja, tetap asyik mengetikkan sesuatu di situ.

“Ya elah gue cuma pinjem sebentar, napa sih lo Wi, jutek amat!”

“Lo kok sering pake hape gue sama hape ibu nggak bilang-bilang dulu sih Mas!”

Mas Herdi beranjak dari kasur dan berjalan mendekatiku.

“Iyaa ... maaf-maaf! Dah minta maaf kan, puas lo? Nih gue kembaliin ...”  Mas Herdi berjalan ke arah kamar ibu sambil tak lupa melepas angin dari perutnya, bau busuk langsung menyergap penciumanku.

“Hueeek ... parah lo Mas!”

*****

Sudah sekitar sejam ini, aku scroll scroll i*******m Oki Fariani. Bukannya kepo, ini namanya sedang mengenali musuh, strategi perang dari Sun Tzu kita harus mengenali musuh kalau mau menang.

Banyak postingan i*******m Oki yang tak ber-caption, jadi aku tak tahu apa tujuannya memposting itu. Kebanyakan di antaranya dia sedang berpose bersama cowok-cowok binaragawan, dengan otot menonjol di lengan, di perut, di kaki, menjijikan menurutku ... genit sekali Oki ini sampai minta foto bareng binaragawan.

Foto-foto lainnya memperlihatkan dia sedang jalan-jalan ke berbagai tempat. Ada yang kukenali sebagai tempat wisata Bromo, Yogya, Lombok, bahkan Bali.

Ckckckck ... licin juga ya si Oki ini, uang siapa yang dia habiskan untuk bisa jalan-jalan kayak gini?! Lihat aja nanti, gue bikin lo nggak bisa jalan-jalan ke mana pun. Di rumah aja lo biar kayak di penjara. Salah sendiri udah berani-beraninya masuk dalam hidup keluarga gue!

Tak sabar menunggu hari pernikahan Mas Herdi besok, aku sudah gosipkan Oki kepada om, tante, sepupu, biar semua ngerti dan kompak, harus waspada sama si licin Oki ini!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status