Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 109. Aku Tahu Dia

Share

109. Aku Tahu Dia

Author: Zila Aicha
last update Huling Na-update: 2023-07-13 17:56:57

William Mackenzie terdiam sejenak, lalu tanpa berpikir panjang dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi pengawal yang dia tugaskan untuk melindungi istrinya.

Andrew Reece yang tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh sang jenderal besar itu hanya diam sambil menunggu.

"James. Apa rumah dalam ada masalah?" tanya Bill cepat-cepat.

"Tidak ada, Tuan."

Bill menghela napas lega, "Lalu, di mana istriku?"

"Nyonya baru saja tertidur, Tuan. Apakah saya perlu meminta Mary untuk membangunkannya?" tanya James.

"Tidak perlu, besok pagi aku akan menelepon langsung ke ponselnya," tolak Bill.

"Baik, Tuan."

Bill berkata lagi, "Perketat penjagaan di seluruh rumah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku."

"Baik, Tuan. Siap, saya akan laksanakan."

Usai memutus panggilan itu, Bill menoleh ke arah Andrew Reece yang wajahnya sedikit agak memerah. "Kau dengar itu, Reece?"

"Dengar, Jenderal." Pria muda itu menjawab dengan nada suara yang begitu pelan.

Bill berujar, "Raja Keannu memang bukan raja he
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Tiga Putra dari Prajurit Hebat

    Hutan El Frost, Kerajaan Ans De Lou18 tahun setelah perang Kerajaan Ans De Lou melawan Kerajaan De Kruk,“Mengapa mereka belum kembali?” Riley Mackenzie bertanya pada orang di sampingnya dengan gelisah.James Gardner yang duduk tepat di sebelahnya pun menoleh ke arah temannya lalu mendesah pelan. Dia kemudian menimpali, “Benar. Bukankah mereka sudah pergi terlalu lama?”Reiner Anderson yang mendengarkan perkataan dua sahabat baiknya itu mendengus jengkel, “Mereka baru pergi enam jam.”“Astaga! Jadi, maksudmu mereka akan kembali dalam empat lagi?” James menyahut sambil melotot.“Padahal rasanya mereka sudah pergi sehari penuh,” sahut Riley, memperlihatkan ekspresi gelisah yang jelas.Reiner memutar bola matanya dan langsung berdiri.“Kau mau pergi ke mana?” Riley dan James bertanya dalam waktu yang bersamaan.“Melihat putra-putra kita tentu saja,” jawab Reiner datar.“Hah? Memang kita bisa pergi melihat mereka?” James bertanya dengan ekspresi bodoh.Reiner menggigit giginya, berusaha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Catatan Penulis

    Dear, Readers Ini Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 3 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuatnya dengan seluruh kemampuan saya.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Saya tidak yakin akan menulis season 4. Namun, jika Anda menginginkannya, mohon beri komentar.Semoga Anda semua akan menyukainya. Salam hangat selaluZila Aicha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    205. Akhir

    Riley seketika menjawab, “Aku berkata kalau aku sangat ingin membunuhnya, tapi aku tidak mengatakan aku akan membunuhnya. Kau tidak bisa membedakan dua kalimat itu ya?”James mendengus kesal mendengar jawaban sahabatnya itu. Dia pun menendang batu lalu kembali menyibukkan dirinya sendiri untuk menumbangkan lawan-lawannya. Riley tersenyum senang melihat James bertingkah seperti itu. Hal itu membuat dirinya teringat akan masa-masa muda mereka yang mereka habiskan bersama. Dia dan James memiliki sifat yang bertolak belakang tapi anehnya dia merasa cocok dengan James.Meskipun seringkali mereka memiliki perbedaan pendapat yang kuat dan bahkan bertengkar, dia tidak pernah benar-benar marah pada James. James sendiri pun juga merasa hanya Riley yang paling memahaminya. Dan kehilangan Riley selama bertahun-tahun itu membuatnya begitu menderita karena tidak memiliki seorang sahabat yang mengerti dirinya. “Setelah perang ini selesai, aku mau berduel denganmu,” kata James yang dengan segera

  • Sang Dewa Perang Terkuat    204. Kau Yakin?

    Evan De Kruk yang terkejut dengan kehadiran manusia yang dianggap musuh abadinya juga itu pun menggigit giginya, “Berani sekali kau menembak prajuritku sementara aku berduel dengan temanmu!”Sedangkan Riley Mackenzie yang akhirnya bisa melihat sahabat baiknya itu dari jarak yang cukup dekat mendesah pelan. Dia tetap tidak menurunkan senjatanya tetapi matanya menatap James dengan tatapan kelegaan yang jelas.James Gardner mengangkat bahunya dan dengan santai menanggapi, “Aku tidak bisa membiarkan salah satu prajuritmu melakukan hal kotor seperti itu.”“Hal kotor? Apa maksudmu?” Evan bertanya dengan alis terangkat sebelah. James melirik prajurit yang telah dia tembak itu sekilas, “Dia mencoba untuk membantumu dengan berniat menembak Riley. Kau pikir … aku akan membiarkan hal licik semacam itu terjadi dalam duel?”“Atau sebenarnya ini memang rencanamu, Raja De Kruk? Kau … berpura-pura sedang melakukan duel dengan Riley tapi kau memerintahkan anak buahmu untuk menyerangnya secara diam-d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    203. Kau LIhat Itu, Dee?

    Gareth Dee sambil mempererat pegangan tangannya pada Evan De Kruk pun berkata, “Yang Mulia, ini sama sekali tidak imbang.”“Apa maksudmu?” Evan balas dengan ekspresi seperti hendak menelan Gareth hidup-hidup. “Lihatlah jumlah pasukan mereka, Yang Mulia! Mereka hanya tinggal segelintir sementara pasukan kita begitu banyak. Anda-”“Justru ini yang paling aku tunggu-tunggu. Melihat mereka dalam keadaan terdesak dan tidak berdaya sampai mereka memohon untuk dibunuh,” kata Evan yang dengan sengaja memotong perkataan Gareth.Gareth mendesah pelan.Dia memang bukanlah seorang prajurit yang memiliki hati nurani yang besar. Tapi, mengingat kerajaan yang sedang mereka serang ini sudah hampir hancur sepenuhnya, pun berpikir bahwa setidaknya dia ingin mereka yang memiliki jabatan penting mati dengan cara yang layak. Dia pun tahu Evan menginginkan dua musuh abadinya itu ditangkap secara hidup-hidup. Tapi, dia pun mengerti bahwa Evan ingin menyiksa mereka terlebih dulu sebelum mempermalukan merek

  • Sang Dewa Perang Terkuat    202. Kau Mau Melawanku?

    Gareth menghela napas panjang, tidak tahu bagaimana harus bersikap. Tapi ketika dia melihat serangan Riley Mackenzie yang semakin tidak bisa dibendung, Gareth memilih untuk berkata, “Yang Mulia, semuanya tidak penting sekarang. Yang paling mendesak saat ini adalah karena kita sudah berada di sini, tepat di area gedung yang menjadi markas musuh abadi Anda, kita tidak punya pilihan lain selain mempertahankan diri.”Ekspresi wajah Evan seketika berubah dalam sekejap.Gareth sampai takjub melihat perubahan yang begitu drastis itu. Bahkan, dia kemudian mendengar Evan memerintah, “Habisi semuanya! Tapi tangkap Riley Mackenzie dan bawa dia ke hadapanku.”Evan mengangguk paham dan langsung memerintah seluruh anak buahnya untuk melakukan serangan balasan pada musuh mereka. Sedangkan di seberang mereka, Riley Mackenzie mulai melihat bahaya semakin mendekat. Dia pun dengan sangat cepat menoleh ke arah beberapa prajurit kelas satu dan juga dua yang berada di sekitarnya. “Jaga bagian kanan, s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status