Share

3. Siapa Kau?

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2023-04-08 14:16:34

Bill duduk di depan kios buah Emma sampai pagi. Sang pemilik kios itu cukup terkejut saat melihat Bill berada di sana dengan pakaian yang sama. Tapi, dia tidak bertanya apapun lantaran melihat ekspresi Bill yang agak kusut.

Saat Bill membereskan buah-buah yang berserakan di lantai, seorang pembeli buah yang sedari tadi sudah berada di sana sejak kejadian sebelum Bill datang itu mendekat kepadanya.

Bill menoleh kepadanya dengan tatapan heran. "Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?"

"Ada, Jenderal."

Pupil Bill sontak membesar mendengar panggilan itu. 

Kenapa orang ini memanggilnya 'Jenderal'? Apakah dia mengenal dirinya? Tapi bagaimana mungkin?

Bill segera saja menaruh keranjang buah itu dan menatap laki-laki muda berpenampilan rapi itu dengan pandangan penuh selidik. 

"Siapa kau? Kenapa kau memanggilku 'Jenderal'?" 

Pria muda yang Bill tebak usianya berbeda jauh di bawahnya itu berkata, "Ini saya, Jenderal. Anak buah Anda. Andrew."

Bill menyipitkan mata, sambil mencoba mengingat-ngingat. Yang mengetahui wajah aslinya hanyalah segelintir orang. 

Apakah itu mungkin memang orang yang dia kenal? Tapi, rasanya wajahnya tidak seperti sekarang yang terlihat, pikir Bill.

"Andrew Reece?" ucap Bill ragu-ragu.

Pria muda yang mengenakan kemeja hitam itu tersenyum senang. "Ya, Jenderal. Saya Andrew Reece. Anda masih mengenali saya, saya sungguh sangat tersanjung."

Bill mendesah. "Apa yang terjadi dengan wajahmu?"

"Saya terkena ledakan saat sedang berperang melawan Kerajaan De Kruk, wajah saya rusak. Saya terpaksa menjalani operasi dan beginilah hasilnya."

Bill mengangguk paham, dan kemudian bertanya, "Bagaimana bisa kau tahu aku ada di sini?"

"Itu ... itu ... intelegen kerajaan, Jenderal. Sebenarnya kami sudah mencari-cari Anda selama hampir dua tahun tapi baru berhasil sekarang. Kami sempat mengira Anda sudah ... sudah tidak ada karena kami tidak bisa menemukan keberadaan Anda."

"Apa ada yang tahu aku di sini selain kau?" tanya Bill.

"Hanya saya, Raja Keannu dan sekretaris kerajaan, Jenderal."

Bill mengangguk, "Lantas, kenapa kau datang ke mari?"

"Saya ... saya diutus oleh Raja Keannu untuk membawa Anda kembali, Jenderal."

Alis tebal kanan Bill seketika terangkat, "Kembali? Apa maksudmu?" 

"Kami membutuhkan kekuatan Anda, lebih tepatnya Kerajaan Ans De Low yang membutuhkan Anda, Jenderal," kata Andrew.

"Aku sudah mundur dari jabatanku tiga tahun lalu. Jangan memanggilku 'Jenderal lagi'."

"Anda tetap Jenderal kami yang tak terkalahkan. Sang Dewa Perang. Mana mungkin kami akan melupakan hal itu?" Andrew bersikeras

Bill membuang napas dengan kasar, "Sampaikan pada Raja Keannu bahwa aku tidak akan kembali."

Andrew tahu ini akan sulit tapi ia tidak menyangka jika dia akan ditolak secara langsung seperti itu. 

"Ta-tapi, Jenderal. Kalau Anda tidak kembali, Raja Keannu akan berada dalam bahaya."

Bill menoleh dengan tenang, "Aku tetap tidak bisa."

"Kenapa, Jenderal?"

Bill bersedekap, "Tidakkah kau lihat aku sudah memiliki kehidupan baru?"

"Iya, saya mengerti. Tapi Raja-"

"Tidak. Pergilah! Aku harus bekerja," usir Bill.

Andrew tetap tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Merasa terganggu karena ditatap sedemikian rupa oleh mantan anak buahnya itu, Bill pun berkata lagi, "Reece, apa kau sekarang tidak mau mematuhi perintahku?"

Sebuah harapan pun muncul di benak Andrew, "Apakah Anda akan kembali, Jenderal?"

Bill mengenal Andrew cukup baik. Pemuda itu dulunya merupakan prajurit yang sangat gigih dan pantang menyerah. Dia pun berpikir, jika dia tidak segera memberinya jawaban yang jelas, maka pemuda itu pasti tidak akan pergi dari sana.

"Beri aku waktu 2 hari!"

Andrew seketika tersenyum, "Baik, Jenderal. Lusa, saya akan datang menjemput Anda."

"Maksudku, beri aku waktu 2 hari untuk memikirkannya," koreksi Bill.

Andrew terlihat kecewa tapi mengingat hal itu jauh lebih baik dibanding langsung ditolak, maka dia pun berkata, "Baik, Jenderal. Saya akan datang kembali satu minggu lagi untuk menanyakan keputusan Anda."

"Hm. Sekarang, pergilah! Kau sudah mengganggu jam kerjaku!" usir Bill lagi.

Andrew sebenarnya cukup heran dengan kehidupan baru yang Bill jalani. Tapi pria itu tahu jika dewa perang itu tidak mungkin melakukan suatu pekerjaan tanpa tujuan yang jelas, sehingga Andrew pun tidak berani bertanya dan hanya membungkukkan badan sebagai sebuah penghormatan untuk Bill sebelum ia meninggalkan kios buah milik Emma tersebut.

Emma yang duduk di kasir, agak bengong melihat adegan itu. 

"Siapa dia, Bill? Temanmu?"

"Bukan, dia hanya mencari alamat," jawab Bill.

"Tapi kulihat dia berbicara panjang lebar denganmu, dia juga memberi hormat. Kenapa begitu?"

Bill menoleh dan menggantung anggur di atas, "Karena dia tidak paham-paham saat saya jelaskan, Nyonya. Kalau memberi hormat, yah mungkin itu sebagai ucapan terima kasih."

"Ah, aneh. Zaman modern seperti ini dia masih bertanya pada orang tentang arah jalan? Memangnya dia gagap teknologi?" sahut Emma.

"Mungkin memang begitu," jawab Bill.

Bill pun melanjutkan kembali pekerjaannya hingga sore menjelang.

"Apa kau tidak akan pulang?" tanya Emma terlihat curiga.

"Aku tidak punya tempat untuk pulang, apa boleh aku menginap di sini saja?" tanya Bill.

Meskipun Emma ingin tahu, tapi wanita tua itu tidak akan bertanya jika Bill tidak menceritakannya sendiri sehingga wanita itu hanya mengangguk.

***

Saat Andrew datang dua hari kemudian ke kios buah itu, pria muda itu pun terpaksa menelan kekecewaan lantaran Bill menolak kembali.

Bill pun tetap tinggal di kios buah hingga lebih dari satu minggu lamanya. Di suatu malam, seorang kerabat Cassandra, yakni bibi Cassandra yang cukup baik kepadanya, Maggie, meneleponnya. "Bill, apa kau sudah dengar?"

"Dengar apa, Bibi Maggie?"

"Cassandra. Karena kau pergi dari rumah, Ayahku memutuskan akan menikahkan dia dengan Leonardo Finch."

"Tapi aku belum bercerai dengan Cassie, Bibi."

"Kau seperti tidak tahu ayahku saja, dia pasti menggunakan segala cara untuk memuluskan rencananya."

Bill pun mulai kebingungan. Saat ini dia tidak memiliki apapun yang bisa ia gunakan untuk melawan keluarga Wood.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Heri mandi prasetyo Heri mandi
big troble
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    145. Tamatlah Riwayatku!

    Namun, para prajurit yang kebanyakan merupakan prajurit kelas dua itu tidak sempat menjawab pertanyaan dari salah satu rekan mereka.Karena saat itu mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tidak pernah mereka duga akan muncul di tempat itu. Jika Reiner Anderson pergi menuju ke istana dengan mengambil arah utara, orang yang baru saja tiba itu datang dari arah selatan. Dia tidak menggunakan mobil, yang berarti kemungkinan orang itu pergi menggunakan kendaraan umum.Tapi, mengapa? Tentu tidak ada yang bisa menjawabnya, kecuali orang itu sendiri.Saking terkejutnya para prajurit muda itu, mereka sampai tidak bisa bergerak.Sang tamu yang tidak terduga itu pun bertanya, “Apa Reiner ada di dalam rumah ini?”Pria itu menunjuk ke arah rumah berukuran tidak terlalu besar tapi jelas sekali sangat nyaman untuk dihuni. Salah satu dari delapan prajurit akhirnya berhasil mengatasi rasa kagetnya dan cepat-cepat memberikan hormat pada si pendatang. Dengan tergagap sang prajurit berkata,

  • Sang Dewa Perang Terkuat    144. Aku Mengerti!

    Mary Kesley menyahut dengan suara yang terdengar sangat lirih dan bergetar, “Tidak perlu meminta maaf, Sayangku. Aku mengerti tugas dan kewajibanmu.”Mendengar hal itu Reiner Anderson merasa hatinya seperti tengah dicabik-cabik. Tapi, sang komandan perang Kerajaan Ans De Lou yang jabatannya sedang ditangguhkan itu tahu bahwa dia memang harus meninggalkan keluarganya untuk membela kerajaannya.“Tapi … apa kau akan langsung pergi? Atau kau mau menunggu Jenderal Mackenzie terlebih dulu?” tanya Mary yang suaranya sudah berubah jauh lebih tenang.Reiner mengerutkan kening, seakan menimbang-nimbang. Namun, pada akhirnya dia pun berkata, “Aku akan langsung ke istana. Riley … dia pasti akan datang, walaupun aku tidak tahu kapan dia akan tiba.”“Baiklah, aku mengerti,” sahut Mary yang masih berada di dalam pelukan suaminya.Yang bisa dilakukan oleh Reiner pun hanyalah semakin mengeratkan pelukannya seraya membalas, “Aku akan membayar semuanya begitu perang ini selesai. Percayalah, Mary!”“Aku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    143. Pergilah!

    Reiner memicingkan mata, menatap istri cantiknya dan tersenyum lagi.Mary mengangkat alis, “Rei, yang benar saja. Senyumanmu itu bukanlah sebuah penjelasan.”Reiner terkekeh dan langsung mengusap rambut istrinya dengan gemas. Walaupun Mary sebelumnya agak sebal, tapi perlakuan Reiner yang super lembut itu membuat kekesalannya hilang seketika.“Jadi, apa kau tidak akan menjelaskan padaku?” Mary berujar dengan nada setengah kecewa.Reiner mengerlingkan mata dan menjawab, “Mary, kau lebih dulu kenal Riley dan bersahabat dengannya. Kau … pasti tahu bagaimana sifatnya. Benar kan?”Mary menganggukkan kepala, tidak membantah. “Itu tetap tidak menjelaskan mengapa kau-”“Tunggu sebentar, Sayang. Aku tahu apa yang ingin kau temukan. Namun, dengan berbicara seperti ini, nanti perlahan kau akan memahaminya juga,” tegas Reiner.Mary terdiam dan akhirnya mencoba mengontrol mulutnya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    142. Sebuah Harapan

    Riley tidak langsung menjawab. Rowena bisa dengan jelas melihat keragu-raguan sang suami. Menurutnya hal itu sudah menjawab pertanyaannya.Maka, dia memutuskan untuk tidak mendesak suaminya itu untuk menjelaskan. Wanita itu hanya menundukkan kepala dan kemudian berujar pelan, “Sebetulnya tidak masalah jika tahta itu akhirnya jatuh pada dia.”Rowena lebih nyaman menggunakan kata “Dia” sebab dia enggan menyebut nama pengkhianat itu. Bagaimanapun juga, meskipun orang itu memiliki darah Wellington, hal yang hendak dilakukannya jelas-jelas akan menimbulkan kerugian yang besar.Riley menatap istrinya dengan tatapan teduh, tapi masih belum memberikan tanggapan.“Yang terpenting Xylan selamat. Itu saja,” kata Rowena dengan bibir bergetar.Riley langsung meraih tangan putih cantik istrinya dan menggenggamnya seraya berkata, “Dia akan selamat. Ada James di sana. Dia tidak akan membiarkan adikmu dalam bahaya.”Rowena mengangguk, “Aku tidak bermaksud meragukan kemampuan teman baikmu itu, Riley.

  • Sang Dewa Perang Terkuat    141. Ketidakpastian

    Diego Greco mengira James Gardner akan bereaksi serius terhadap apa yang dia katakan. Sebab, pembahasan yang mereka sedang bicarakan memang sangatlah penting. Namun, ternyata hal yang tidak terduga terjadi.James, sang jenderal perang muda yang sedang ditatap dengan tatapan panik itu malah tertawa renyah. Saking renyahnya, Diego hampir berpikir jika James tertawa karena mendapatkan sebuah hadiah yang besar.Alis kiri Diego terangkat. Dia menampilkan yang terlihat nyaris seperti ingin menenggelamkan James ke dasar samudera.Aku belum pernah bertemu dengan orang segila ini, Diego berkata dalam hati.Bukannya James tidak tahu bahwa Diego begitu jengkel terhadapnya, tapi pria itu malah terlihat sedikit acuh.Dia berlagak seolah pembahasan itu bukanlah sebuah hal yang bisa meledakkan sesuatu kapan saja.Melihat tingkah sahabat baiknya yang di luar nalarnya itu, Diego menggertakkan gigi, sudah tidak tahan lagi.Dengan mata menyi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    140. Masih Akurat?

    James tersenyum geli, “Begitulah kenyataannya.”Diego memutar bola matanya, “Mana bisa?”“Bisa.” James menjawab singkat dan kemudian bangkit dari kursinya dengan gerakan yang sangat cepat lalu tiba-tiba mengambil senjata miliknya secara kilat yang terletak di dekat meja bagian pinggir.Diego yang terkejut itu ikut bangkit dari kursi meskipun dia masih tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.Tanpa aba-aba James langsung mengarahkan senjatanya itu pada sisi jendela kanan dan berteriak dengan suara keras, “Siapa di sana?”Diego melotot kaget dan segera mengambil senjata miliknya.“Keluarlah!” James memerintah.Akan tetapi, tidak ada siapapun yang muncul hingga akhirnya James bergegas ke luar lalu berjalan menuju ke arah seseorang yang James pikir beberapa waktu yang lalu menguping pembicaraannya dengan Diego.“Sialan!” James mengumpat dengan kesal begit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status