Share

4. Cepat Bunuh Aku!

Esok malamnya, saat dia baru saja mengunci kios milik Emma, tiba-tiba saja dia didatangi oleh sejumlah laki-laki berbadan besar yang Bill tebak merupakan preman biasa.

"Aku sedang lelah, jangan ganggu aku sekarang!" ucap Bill dengan wajah yang memang terlihat begitu letih.

Seorang preman yang terlihat sebagai pemimpin mereka maju ke depan sambil membawa barbel. Bill mengeryit, "Apa yang akan kau lakukan dengan itu?"

"Kau kan yang sudah mematahkan tangan Baron kemarin?" tanya preman bertampang sangar.

Bill mengernyitkan dahi tiba-tiba teringat akan seorang preman yang pernah datang ke kios Emma dan berniat mengacaukan kios itu.

"Ah, aku tidak tahu kalau ternyata mematahkannya."

"Hajar dia!" perintah sang pemimpin, murka.

Bill dengan santai meladeni orang-orang itu tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Beberapa pukulan berhasil ia layangkan tepat sasaran. Namun, Bill sempat lengah karena ponselnya yang tiba-tiba saja bergetar. Sang pemimpin menggunakan ketidaksiapan Bill dan memukul perutnya dengan agak keras. 

"Rasakan itu, brengsek!" umpat sang pemimpin.

Bill hanya meringis sebentar, "Menyerang saat musuhmu sedang tidak siap itu sangat pengecut, kawan!" 

"Albert, habisi saja dia, tak usah mengajaknya berbicara," ucap seorang anak buah yang tadi sudah dilumpuhkan oleh Bill.

Pria bernama Albert itu menyeringai, "Aku penjahat, bukan? Mengambil keuntungan musuh tentu saja keahlianku."

Bill mendengus dan membalas serangan itu. Keduanya terlibat pertarungan yang cukup sengit. Pukulan-pukulan pun dilancarkan, bahkan juga tendangan. Akan tetapi, Bil hanya terkena sedikit pukulan, sedangkan Albert menerima lebih banyak.

Namun, Albert tidak menyerah. Meskipun tertatih-tatih dan hampir tidak bisa berdiri lagi, pria itu tetap saja melawan hingga akhir. Sebagai salah seorang pemimpim preman di sekitar tempat itu, menyerah tentu akan menjadi pilihan terakhir baginya. Reputasinya tentu lebih dia jaga dibandingkan fisiknya yang telah melemah.

Saat Bill akan melayangkan sebuah pukulan lagi, Albert berhasil menepisnya. Tapi, kini Bill menarik kerah baju Albert dan berkata, "Apa kau tidak akan menyerah?"

"Cih, jangan mimpi! Lebih baik aku mati daripada menyerah!" ujar Albert sambil meludah darah.

Bill menyeringai, "Ah, sayang sekali!"

"Bunuh saja aku, tak perlu banyak bicara!" ucap Albert geram.

Bill tertawa kecil, "Tidak. Aku masih menghargai nyawa kecilmu."

Albert mendelik, "Aku tidak butuh rasa kasihanmu. Cepat bunuh aku!"

Bill menggelengkan kepala dan malah mengambil botol air mineral lalu memberikannya pada Albert. Albert begitu kehausan hingga rasanya ia malah mengira akan mati karena kehabisan cairan di dalam tubuhnya. Tetapi, ia bertahan. Meskipun, air mineral itu tampak seperti air dari surga di matanya, ia tidak akan mengambilnya.

"Jangan abaikan kebaikan hatiku! Aku bisa tersinggung!" ucap Bill.

Albert terbelalak. Ia berpikir sejenak. Ah, mungkin tak mengapa meminum air botol itu, aku bisa mati dengan tenang setelahnya, setidaknya aku tidak mati karena kehausan. Pria itu membatin.

Albert pun meraih air botol itu dan menenggaknya dengan rakus.

Anak-anak buahnya yang masih tersadar sontak membelalakkan mata saat melihat apa yang dilakukan oleh pemimpin mereka.

"Bos, apa yang kau lakukan?" jerit salah seorang anak muda yang sudah tidak berdaya akibat pukulan mematikan Bill yang mengenai dadanya.

Albert tidak menggubrisnya dan masih meminum air minum itu.

Bill malah berkata, "Apa kau mau juga, anak muda?"

"Siapa yang kau panggil anak muda?" sahut lelaki muda yang memang terlihat seperti masih berusia belasan tahun.

Bill sedang malas sehingga tanpa kata, sontak memaksa anak muda itu minum air.

"Sialan! Apa kau berniat membunuh kami dengan air itu?" tanya anak muda itu.

Bill mendesah lelah, "Kalau aku berniat membunuh kalian, sudah sejak tadi kalian mati."

Keringat dingin semakin membanjiri pelipis anak muda itu. "Tapi-"

"Anggap saja kalian beruntung, aku sedang berbaik hati," ucap Bill santai sambil bersila di aspal.

Albert tetap tidak mengerti sikap laki-laki aneh itu. 

"Satu hal yang aku inginkan, serahkan diri kalian ke kantor polisi!" ucap Bill tenang.

"Kau gila? Polisi? Lebih baik kau bunuh aku daripada aku harus berhadapan dengan polisi," ucap Albert.

"Itu sama saja dengan bunuh diri," ucap anak muda yang baru saja minum air putih itu.

"Hei, kalian itu tidak dalam keadaan bisa memilih. Aku tidak memberi kalian pilihan," ucap Bill dingin.

Suara pria itu terlalu mengerikan untuk didengar, auranya begitu kuat hingga Albert dan anak buahnya yang masih membuka mata mereka itu merinding ketakutan.

"Kalau kalian tidak mau menyerahkan maka terpaksa aku yang akan menyeret kalian ke sana." Bill bangkit dan mulai menghubungi seseorang.

"Kau-"

"Apa? Dasar bodoh! Aku tadi sedang membantu kalian untuk meringankan hukuman kalian, tapi karena kalian menolak ya selamat telah mendapat hukuman yang lebih berat," ucap Bill dengan senyum mematikan.

Albert memucat, "Tidak. Tunggu."

"Selamat tinggal. Polisi sudah dalam perjalanan ke sini!" pamit Bill sambil melambaikan tangan pada orang-orang itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Heri mandi prasetyo Heri mandi
smooth operational
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status