Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 4. Cepat Bunuh Aku!

Share

4. Cepat Bunuh Aku!

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-08 19:22:54

Esok malamnya, saat dia baru saja mengunci kios milik Emma, tiba-tiba saja dia didatangi oleh sejumlah laki-laki berbadan besar yang Bill tebak merupakan preman biasa.

"Aku sedang lelah, jangan ganggu aku sekarang!" ucap Bill dengan wajah yang memang terlihat begitu letih.

Seorang preman yang terlihat sebagai pemimpin mereka maju ke depan sambil membawa barbel. Bill mengeryit, "Apa yang akan kau lakukan dengan itu?"

"Kau kan yang sudah mematahkan tangan Baron kemarin?" tanya preman bertampang sangar.

Bill mengernyitkan dahi tiba-tiba teringat akan seorang preman yang pernah datang ke kios Emma dan berniat mengacaukan kios itu.

"Ah, aku tidak tahu kalau ternyata mematahkannya."

"Hajar dia!" perintah sang pemimpin, murka.

Bill dengan santai meladeni orang-orang itu tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Beberapa pukulan berhasil ia layangkan tepat sasaran. Namun, Bill sempat lengah karena ponselnya yang tiba-tiba saja bergetar. Sang pemimpin menggunakan ketidaksiapan Bill dan memukul perutnya dengan agak keras. 

"Rasakan itu, brengsek!" umpat sang pemimpin.

Bill hanya meringis sebentar, "Menyerang saat musuhmu sedang tidak siap itu sangat pengecut, kawan!" 

"Albert, habisi saja dia, tak usah mengajaknya berbicara," ucap seorang anak buah yang tadi sudah dilumpuhkan oleh Bill.

Pria bernama Albert itu menyeringai, "Aku penjahat, bukan? Mengambil keuntungan musuh tentu saja keahlianku."

Bill mendengus dan membalas serangan itu. Keduanya terlibat pertarungan yang cukup sengit. Pukulan-pukulan pun dilancarkan, bahkan juga tendangan. Akan tetapi, Bil hanya terkena sedikit pukulan, sedangkan Albert menerima lebih banyak.

Namun, Albert tidak menyerah. Meskipun tertatih-tatih dan hampir tidak bisa berdiri lagi, pria itu tetap saja melawan hingga akhir. Sebagai salah seorang pemimpim preman di sekitar tempat itu, menyerah tentu akan menjadi pilihan terakhir baginya. Reputasinya tentu lebih dia jaga dibandingkan fisiknya yang telah melemah.

Saat Bill akan melayangkan sebuah pukulan lagi, Albert berhasil menepisnya. Tapi, kini Bill menarik kerah baju Albert dan berkata, "Apa kau tidak akan menyerah?"

"Cih, jangan mimpi! Lebih baik aku mati daripada menyerah!" ujar Albert sambil meludah darah.

Bill menyeringai, "Ah, sayang sekali!"

"Bunuh saja aku, tak perlu banyak bicara!" ucap Albert geram.

Bill tertawa kecil, "Tidak. Aku masih menghargai nyawa kecilmu."

Albert mendelik, "Aku tidak butuh rasa kasihanmu. Cepat bunuh aku!"

Bill menggelengkan kepala dan malah mengambil botol air mineral lalu memberikannya pada Albert. Albert begitu kehausan hingga rasanya ia malah mengira akan mati karena kehabisan cairan di dalam tubuhnya. Tetapi, ia bertahan. Meskipun, air mineral itu tampak seperti air dari surga di matanya, ia tidak akan mengambilnya.

"Jangan abaikan kebaikan hatiku! Aku bisa tersinggung!" ucap Bill.

Albert terbelalak. Ia berpikir sejenak. Ah, mungkin tak mengapa meminum air botol itu, aku bisa mati dengan tenang setelahnya, setidaknya aku tidak mati karena kehausan. Pria itu membatin.

Albert pun meraih air botol itu dan menenggaknya dengan rakus.

Anak-anak buahnya yang masih tersadar sontak membelalakkan mata saat melihat apa yang dilakukan oleh pemimpin mereka.

"Bos, apa yang kau lakukan?" jerit salah seorang anak muda yang sudah tidak berdaya akibat pukulan mematikan Bill yang mengenai dadanya.

Albert tidak menggubrisnya dan masih meminum air minum itu.

Bill malah berkata, "Apa kau mau juga, anak muda?"

"Siapa yang kau panggil anak muda?" sahut lelaki muda yang memang terlihat seperti masih berusia belasan tahun.

Bill sedang malas sehingga tanpa kata, sontak memaksa anak muda itu minum air.

"Sialan! Apa kau berniat membunuh kami dengan air itu?" tanya anak muda itu.

Bill mendesah lelah, "Kalau aku berniat membunuh kalian, sudah sejak tadi kalian mati."

Keringat dingin semakin membanjiri pelipis anak muda itu. "Tapi-"

"Anggap saja kalian beruntung, aku sedang berbaik hati," ucap Bill santai sambil bersila di aspal.

Albert tetap tidak mengerti sikap laki-laki aneh itu. 

"Satu hal yang aku inginkan, serahkan diri kalian ke kantor polisi!" ucap Bill tenang.

"Kau gila? Polisi? Lebih baik kau bunuh aku daripada aku harus berhadapan dengan polisi," ucap Albert.

"Itu sama saja dengan bunuh diri," ucap anak muda yang baru saja minum air putih itu.

"Hei, kalian itu tidak dalam keadaan bisa memilih. Aku tidak memberi kalian pilihan," ucap Bill dingin.

Suara pria itu terlalu mengerikan untuk didengar, auranya begitu kuat hingga Albert dan anak buahnya yang masih membuka mata mereka itu merinding ketakutan.

"Kalau kalian tidak mau menyerahkan maka terpaksa aku yang akan menyeret kalian ke sana." Bill bangkit dan mulai menghubungi seseorang.

"Kau-"

"Apa? Dasar bodoh! Aku tadi sedang membantu kalian untuk meringankan hukuman kalian, tapi karena kalian menolak ya selamat telah mendapat hukuman yang lebih berat," ucap Bill dengan senyum mematikan.

Albert memucat, "Tidak. Tunggu."

"Selamat tinggal. Polisi sudah dalam perjalanan ke sini!" pamit Bill sambil melambaikan tangan pada orang-orang itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Heri mandi prasetyo Heri mandi
smooth operational
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    180. Dia Bukan Monster!

    Evan tertawa nyaring menanggapi pertanyaan Gareth yang sarat dengan nada terkejut.Gareth membeku dengan masih menatap sang putra mahkota. Evan sendiri tak melepaskan arah pandangannya terhadap Gareth dan setelah puas menertawakan Gareth, dia pun menjawab, “Tenang saja, aku hanya menyiksa pasukan musuh.”Dia melirik ke arah Hans dan melanjutkan, “Aku tidak akan menyiksa orang-orangku.”Hans menggerakkan kepalanya sedikit dan menyentuh lengannya yang beberapa saat yang lalu dicengkeram oleh Evan dengan kuat-kuat.Pembohong, jelas-jelas dia juga melakukan tindak kekerasan terhadapku, Hans hanya bisa membatin.Gareth tidak mempercayai perkataan Evan sama sekali. Dikarenakan dia sadar mereka tidak memiliki waktu untuk berdebat lebih jauh, dia pun segera berbicara, “Yang Mulia, Raja Thomas baru saja tiba di sini.”Wajah Evan yang semula tenang langsung mendadak berubah menjadi tidak tenang. “Aku tahu,” sahut Evan dengan ekspresi wajah terlihat tegang.Gareth pun melihat kegelisahan Evan

  • Sang Dewa Perang Terkuat    179. Kepuasan

    Hans tertegun sejenak, terlalu terkejut dengan pertanyaan yang sangat tiba-tiba itu.“Kenapa kau diam saja? Apa menurutmu aku tidak hebat?” Evan bertanya dengan dahi mengerut, tampak tidak suka.Hans langsung menjawab dengan tergagap, “Anda … hebat, Yang Mulia.”Evan menaikkan alisnya dan langsung mencengkeram lengan Hans kuat-kuat. Hans memekik karena rasa sakit yang menjalar.“Kau panggil aku apa, Elgor?” Evan bertanya dengan tatapan membunuh.Hati Hans mencelos, baru sadar dia telah melakukan sebuah kesalahan lagi.Dia pun menelan ludah dengan susah payah sebelum berkata dengan hati-hati dan tatapan mata penuh rasa takut, “Jenderal, Anda … sangat hebat. Anda … luar biasa.”Evan langsung tersenyum lebar dan pelan-pelan melepaskan cengkeramannya pada lengan Hans, “Itu baru benar. Aku Jenderal Perang Kerajaan ini, bukan Gareth Dee sialan itu.” Setelah mengatakan hal itu, Evan kembali melakukan penyerangan seperti sebelumnya dan mengabaikan Hans sepenuhnya.Diam-diam Hans menghela nap

  • Sang Dewa Perang Terkuat    178. Aku Hebat, Iya Kan?

    Ben menggigit bibir sebelum kemudian menjawab, “Kurasa dia tidak ingin dikenali.”“A-apa? Apa dia sudah gila?” balas James terlihat tak percaya.“Dia … mengatakan tidak ingin menjadi beban bagi prajurit. Dia ingin mereka berkonsentrasi dalam perang, tanpa harus kerepotan melindunginya,” jelas Ben dengan ekspresi tak berdaya.James memegang kepalanya dan kemudian menggelengkan kepala, “Ini tidak masuk akal.”Pria itu mendesah lelah, terlihat luar biasa bingung.“Mereka itu … kakak beradik itu sama-sama gila! Dia … benar-benar mencari mati. Padahal, baju kerajaannya itu membuatnya terhindar dari serangan. Paling-paling dia hanya akan disandera jika tertangkap oleh kita, tapi dengan pakaian prajurit biasa … aku tidak bisa menjamin apapun,” jelas James mulai putus asa.Sungguh, dia tidak tahu menghadapi Raja De Kruk itu. Tentu saja mengalahkan pasukan musuh adalah sebuah keharusan untuknya. Tapi, jika dia salah melakukan serangan dan mengakibatkan orang nomor satu di Kerajaan De Kruk itu

  • Sang Dewa Perang Terkuat    177. Penyamaran

    Sion yang semakin ketakutan membalas, “Yang Mulia, mengapa Anda meminta baju prajurit?”Thomas mendesah jengkel, “Kalau aku pergi dengan baju kerajaan seperti ini, semua orang akan tahu identitasku, Sion.”Sion mengangguk membenarkan, “Itu memang tujuan utama, Yang Mulia. Para prajurit musuh akan langsung mengenali Anda dan para prajurit akan langsung bisa melindungi Anda begitu Anda berada di dalam bahaya.”Dengan ekspresi wajah yang kusut dia menambahkan, “Baju kerajaan yang Anda gunakan sudah sangat aman, Yang Mulia. Ini sudah anti peluru dan dilapisi dengan bahan yang sangat bagus sehingga bisa melindungi kulit Anda dari tebasan pedang ringan juga. Anda-”“Justru itu, Sion. Aku tidak mau menjadi pusat perhatian. Perhatian mereka bisa terpecah jika tahu aku ada di sana. Aku tidak mau membuat mereka kerepotan dengan harus ekstra bekerja. Maksudku dalam ini mereka pasti akan memiliki tugas berlipat,” jelas Thomas.Pria itu mendesah pelan dan menambahkan, “Aku tidak mau membebani mere

  • Sang Dewa Perang Terkuat    176. Dia Sengaja!

    Thomas terbungkam.Gareth membuang napas dengan kasar dan berkata lagi, “Yang Mulia, Anda harus kembali ke pesawat dan pulang ke Kerajaan De Kruk.”Mata Thomas melebar, “A-apa? Kau bilang kita-”“Yang Mulia, saya mohon … saya benar-benar meminta Anda untuk mengikuti apa yang saya katakan,” Gareth memotong perkataan Thomas dengan terburu-buru.“Ta-tapi, Jenderal Dee. Aku-”“YANG MULIA,” Gareth berteriak dengan rasa amarah yang sudah dia bisa tahan.Thomas sampai membeku di tempatnya berdiri. Sungguh, dia begitu sangat terkejut Gareth berani berteriak kepadanya. Dia belum pernah mendapatkan perlakuan seperti itu.Dia adalah seorang pangeran dan dulunya seorang putra mahkota. Semua orang bersikap lembut kepadanya. Bahkan, kedua orang tuanya tidak sekalipun meninggikan suara mereka terhadapnya.Selain itu, meskipun tak terhitung jumlahnya dia bertengkar adik laki-lakinya, dia tidak pernah mendengar Evan berteriak dengan cara seperti itu. Hanya Gareth Dee yang melakukannya. Orang itu ada

  • Sang Dewa Perang Terkuat    175. Harus Aku!

    Mendengar nada menakutkan itu, Hans Elgor merasa jiwanya seolah terlepas dari badannya. Ah, mendadak sebuah pikiran aneh melintas di kepalanya. Kenapa aku dulu mau bercita-cita menjadi staf istana? Hans membatin penuh sesal.Penyesalannya jelas tidak berguna sehingga dia tetap berusaha untuk melakukan perintah itu dengan hati yang tertekan akibat rasa takut yang tidak kunjung hilang.Pria muda berusia dua puluh tujuh tahun tersebut langsung bergerak mendekat ke arah pesawat bagian depan dan berbisik pada sang pilot yang terlihat pucat usai mendengarkan perkataan Hans.“Dia ingin mati kurasa,” kata pilot itu.Hans mengangkat bahu dan membalas dengan lesu, “Dan dia ingin mengajak kita untuk mati bersamanya.”Sang pilot mendesah pelan, “Menyenangkan memang menjadi seorang pelayan.”Hans mendengus, “Hentikan perkataan sarkasme itu! Cepat daratkan saja pesawat ini!”“Kau tidak sabar untuk mati ya?” balas pilot yang hanya langsung mendapatkan reaksi Hans yang berupa pelototan tajam.Pilot

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status