Share

4

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-15 08:58:02

"Tok... Tok... Tok... Nona Sekar, anda masih didalam?!" Tanya pengunjung cemas.

Sekar yang menutupi telinganya dengan bantal akhirnya terbangan, kepalanya pusing. Siapa? Siapa yang berani menganggu waktu mimpi indahku?! Keluh Sekar sambil membentak orang di depan pintu.

"Kerek! Bang..." Sekar membuka pintu sambil membantingnya. "Siapa kamu, hah?!"

"Ampun....NONA!! Aku kelinci yang kemarin." Seru kelinci terburu-buru menjelaskan. "Nona... Aku datang untuk memberikan ini. Ini makan terlezat yang gudang ras kelinci kami punya, aku mengangkat semuanya ke sini. Aku mohon agar nona Sekar tidak membunuh ras kelinci lagi, kami para kelinci bersedia membagi makan terlezat kami dengan Nona. Aku mohon..." Sambung kelinci sambil menunjuk-nunjuk gunungan kecil wortel oren cerah, bersih dan besar.

Mulut Sekar berkedut sedikit, dia terlihat canggung. Pikiran marahnya mereda saat melihat ketulusan kelinci. "Baiklah, kamu boleh pergi sekarang." Jawab Sekar tanpa ampun sambil melambaikan tangan.

Kelinci makin cemas, Nona Sekar belum mengiyakan untuk tidak membunuh ras kelinci lagi, kelinci takut pengorbanan makan lezat selama sebulan akan sia-sia.

Sontak, dia nekat untuk mencegat pintu yang tertutup, "Nona, apa anda mengiyakan untuk tidak memburu kelinci lagi."

"Ya... Ya... Ya..." Jawab Sekar malas, Sekar masih mengingat-ingat, kapan dia membunuh begitu banyak kelinci. Berpikir dua detik, dia masih belum mengingatnya.

Haha... itu tidak penting. Pikir Sekar dalam hatinya.

"Nona Sekar, kalo boleh tau, kenapa dari semua ras monster, hanya ras kelinci yang paling banyak anda bunuh?" Kelinci bertanya sambil menahan gugup.

"Oh...itu." Sekar berpikir sejenak kemudian menjawab, "Tentu saja, itu karena daging kelinci yang paling mudah dipanggang, dagingnya juga cukup enak daripada monster lain." Jawab Sekar sambil mengingat bayangan-bayangan yang sudah kabur.

Waktu itu dia juga hanya berpikir untuk memburu ras kelinci saja. Sekar ingat, dia memburu monster lainya bukan karena dia mau, itu murni karena para monster itu menganggapnya sebagai mangsa, dan dia tentu saja harus melawan bukan.

Makin hari alasan para monster itu menyerang dirinya semakin beragam, ada yang untuk balas dendam, menargetkan dia sebagai mangsa, atau sekedar untuk berduel dan akhirnya kalah.

Kelinci menangis tanpa air mata, ternyata menyusutnya ras kelinci bukan karena alasan yang begitu keren dan tampan. Itu murni karena daging monster kelinci lebih enak daripada monster yang lainnya.

Siapa juga yang mau dagingnya enak, hah! Ini sungguh tidak adil untuk ras kami!!!

Setelah cukup tenang dari shok berat, kelinci berkata "Terima kasih Nona Sekar, kami seluruh ras kelinci berhutang nyawa pada anda." Sesudah itu kelinci menghilang diantara pepohonan.

"Eh... Ya. Sama-sama." Sekar tidak begitu mengerti perang batin kelinci yang berkecamuk. Yang dia tau, dia untung besar mendapat setok makanan.

Sekar kembali menutup pintu, dia tidur tanpa mimpi kali ini.

Pria yang tergeletak di pinggir sungai ini sudah tidak makan selama beberapa hari, tubuhnya pucat pasi. Tapi, sesekali dia sering mendengar sayap-sayup suara menggali lubang oleh seorang wanita, dia sangat bersyukur di saat-saat terakhir wanita inilah yang menyelamatkannya dari orang sesat itu dan tidak meninggalkan dirinya begitu saja. Setelah berpikir sejenak di malam hari yang dingin, Lekir akhirnya pingsan lagi.

Esok harinya lagi, dia sudah merasa lebih baik, setidaknya kesadaran miliknya sudah penuh tanpa ada jejak untuk pingsan lagi, dia menyaksikan seorang wanita yang pagi-pagi sekali mengali lubang dan tidak lupa sambil memakan wortel.

Sekar mengerutkan kening begitu mendekati pria yang masih bernafas pelan.

Dia tidak mati?! Serunya kebingungan.

Padahal dia sangat bersemangat menggali lubang menggunakan tenaga kelinci geratis, ya kelinci itu datang lagi sambil membawa hadiah lainya. Mereka bertingkah sangat lucu dengan tubuh kekar berotot milik mereka. Sekalian saja Sekar menyuruh mereka untuk mengali liang lahat, dia sudah sangat lelah. Dia memasrahkan tugas itu pada para kelinci. Sayangnya begitu lubang itu selesai digali, Sekar mendapati pria itu masih bernafas, padahal sebelumnya tidak.

Dengan berat hati Sekar menawari wortel gemuk miliknya pada peria didepannya. "Kamu mau juga?" Sekar tidak menunggu jawaban pria yang bernapas lemah itu menjawab, dia langsung menjejalkan setengah wortel yang dia gigit ke mulut Lekir.

Lekir yang baru saja punya kesadaran minim langsung pingsan lagi saat wortel di jejalkan di mulutnya. Matanya yang menyipit, kini bola mata hitamnya berputar ke belakang dan pingsan, entah kapan dia akan sadar lagi.

Sekar menggaruk pipinya yang tidak gatal, "Hah, kenapa kau pingsan lagi?! Aku sudah baik hati loh membagi wortel denganmu. Oke, kamu tidak mau, tapi aku juga tidak mau wortel berkas air liurmu, lihat aku sangat baik hati dan tidak sombong, sampai-sampai enggan merampas apa yang aku berikan bukan!" Sekar menepuk pipi pucatnya, kemudian meninggalkan orang pingsan itu, dia kembali ke halaman rumahnya yang sudah dibersihkan kelinci dan melanjutkan rutinitas menacing di pinggiran sungai, sudah lama sekali dia berhenti menacing, akhirnya waktu senggang datang juga.

Hari pertama setelah di jejalkan wortel, di malam harinya dia sadar kembali, dia sudah payah untuk mengunyah wortel itu dan menelan sampai ke perut. Setelah tiga jam, sesuatu yang aneh mulai terjadi padanya, luka di dalam tubuhnya menyusut lambat. Dalam hati dia bahagia.

Wanita yang membuatnya pingsan itu tidak bermaksud jahat, dia ingin membantu pemulihan tubuhnya dengan wortel itu. Hanya saja dia terlalu waspada dan picik sampai tidak mengerti maksud penolongnya.

Hari kedua, wanita itu datang lagi dan melemparkan kubis padanya. Lekir terharu, wanita itu sangat baik sampai rela memberikan makanan super kuat tertentu untuk membantu penyembuhan tubuhnya.

Jika membandingkan kehidupan normal diluar sana, makanan yang bisa menyembuhkan luka plus mengembalikan energi itu bisa menghabiskan ratusan, bahkan ribuan keping emas dan perak untuk bisa mendapatkannya. Dan itu juga haya makanan yang memiliki khasiat paling rendah, wortel yang diberikan wanita itu adalah obat terbaik, obat yang hanya ada untuk dikoleksi oleh para orang kuat. Penolongnya sangat baik memberikan wortel itu secara cuma-cuma.

Empat hari kemudian Lekir sudah bisa menggerakkan tubuhnya yang kaku, walupun dia masih tersentak-sentak canggung.

Lekir berjalan lambat ke depan pintu rumah pagar yang dihuni Sekar, "Hallo, apa Nona belum tidur?"

Sekar menjadi waspada, suara orang ini kedengaran sangat familiar, tapi siapa?

Lekir mengetuk pintu tiga kali lagi, "Nona, saya Lekir, pria yang anda selamatkan!" Tambah Lekir memperjelas.

Sekar memiringkan kepala, mendesah, kemudian berjalan dan membuka pintu. "Siapa kamu?! Ah, kamu masih hidup." Sekar menatap keatas dan kebawah, "Masuk."

Sekar duduk didepan Lekir seperti bos yang mengintrogasi karyawan, "Kau sudah sehat, kan. Kamu bisa pergi sekarang!"

Lekir meringis mendengarnya, awalnya dia ingin memanfaatkan wanita baik hati dan kaya bahan-bahan ajaib untuk mengobati luka di seluruh tubuhnya. Apa boleh buat, dia akan mengunakan siasat terakhirnya untuk tetap tinggal, "Nona cantik, aku mau magang pada anda!" Tegasnya sambil berlutut setengah badan.

Mata Sekar membulat terkejut, kemudian menjadi datar, "Aku tidak menerima murid, pengikut ataupun semacamnya. Silakan pergi!"

Lekir masih tetap berlutut, "Aku tidak akan pergi sebelum Nona mengizinkan aku menjadi muridmu."

"Pergi!" Sekar mulai tidak nyaman.

"Tidak." Jawab Lekir bersikeras.

"Pergilah!"

"Tidak."

"Pergi...pergi...pergi, jangan membuatku marah." Sekar berdiri full imidasi.

"Tidak Nona, saya akan tetap berlutut sampai sampai Nona menerimaku sebagai magang!" Tanganya mengepal penuh tekad.

"Baiklah, kau yang memintanya." Senyuman Sekar mengakat kaki, kemudian dia menendang Lekir menabrak pintu sampai ke ujung gunung.

Bang...

"Ah~ Akhirnya bisa tenang." Sekar menepuk-nepuk tangannya sambil tersenyum puas. Menutup pintu dan melanjutkan rutinitas harianya yang monoton.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   6

    Sewosss~ Sebuah wortel menancap di perut Lekir dan mengirimnya sampai ke lubang yang dulu pernah digali Sekar. Apa!? Kau mau melawan, hah? Jawabannya tidak akan bisa! Sekar tidak punya dendam, dia hanya tidak mau magang ini, hahaha. Sekar berkepribadian picik ini agak lain.... ... Lekir berlutut lemah di depan rumah pagar, saat Sekar menatap ke arahnya dengan pandangan tidak suka, napasnya tercekat, Sekar berkata padanya, "Kau pergilah! Aku tidak perlu magang." Lekir berpikir saat terbang sambil mencabut wortel diperutnya, dia memakannya dengan wajah yang begitu dalam menatap langit. Tsk, aku gagal lagi! Jika seperti ini terus dia akan selalu ditendang terus-terusan oleh calon master. Luka yang dimiliki Lekir sudah sembuh sekitar delapan puluh persen, sisanya tidak bisa lagi disembuhkan hanya dengan mengunakan wortel biasa. Dia mulai berjalan penuh semangat lagi ke arah rumah pagar milik Sekar. Hati Lekir kusut. Seorang Mozan saja telah memaksanya untuk sekuat tenaga m

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   5

    Berapa lama monster bisa hidup? Dan berapa lama manusia seperti dirinya bisa bertahan? Sekalipun tubuhnya sehat, umur manusia hanya sebentar, paling lama 1000 tahun, itu pun sudah sangat tua renta dan keriput kulitnya. Kalau dia tetap bersama makhluk itu, apa yang akan terjadi? Dia akan menua, rambutnya memutih, kulitnya keriput. Apa yang disukai monster itu darinya? Hanya wajah ini, ini tidak menyakinkan sama sekali. Bahkan monster juga tak kebal terhadap keindahan. Di dunia manusia, ada banyak orang yang jauh lebih cantik dan menarik. Dia hanya membawa telur itu, dan karena itulah monster itu menjaganya seperti harta nasional. Saat dirinya menua dan mati, makhluk itu pasti akan mengambil anak itu untuk dirinya sendiri, kemudian melupakanya. Pikiran itu membuat Ananti kesal, tapi dia tak bisa bangkit dari makamnya untuk menghentikan apa pun. Pada akhirnya, dia hanya menuruti egonya sendiri. Tapi bukankah semua manusia memang egois saat hidup? Dia ingin kembali. Semua yang pe

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   4

    "Tok... Tok... Tok... Nona Sekar, anda masih didalam?!" Tanya pengunjung cemas. Sekar yang menutupi telinganya dengan bantal akhirnya terbangan, kepalanya pusing. Siapa? Siapa yang berani menganggu waktu mimpi indahku?! Keluh Sekar sambil membentak orang di depan pintu. "Kerek! Bang..." Sekar membuka pintu sambil membantingnya. "Siapa kamu, hah?!" "Ampun....NONA!! Aku kelinci yang kemarin." Seru kelinci terburu-buru menjelaskan. "Nona... Aku datang untuk memberikan ini. Ini makan terlezat yang gudang ras kelinci kami punya, aku mengangkat semuanya ke sini. Aku mohon agar nona Sekar tidak membunuh ras kelinci lagi, kami para kelinci bersedia membagi makan terlezat kami dengan Nona. Aku mohon..." Sambung kelinci sambil menunjuk-nunjuk gunungan kecil wortel oren cerah, bersih dan besar. Mulut Sekar berkedut sedikit, dia terlihat canggung. Pikiran marahnya mereda saat melihat ketulusan kelinci. "Baiklah, kamu boleh pergi sekarang." Jawab Sekar tanpa ampun sambil melambaikan tangan.

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   3

    Mozan geram, "Kau tidak mau menurut padaku! Baiklah, aku akan membunuhmu, kemudian mengambil kembali apa yang aku miliki." Wusss Duar... Jeder.... Suara angin bergemuruh datang, Sekar masih cuek, dia tidak perduli pada pembunuhan di depan, dia juga tidak punya pikiran berlebihan untuk menolong atau ikut mencelakai siapapun. Dia menunggu dengan damai diatas pohon. Mata Lekir memerah karena kelelahan dan menahan sakit di lengannya, dia sudah mati-matian mencegah Mozan merebut kembali batu di dadanya. Batu akik berbentuk cangkrang kura-kura memang tidak ada gunanya untuk dia, tapi barang yang terlalu berbahaya di tangan Mozan harus diamankan, Lekir juga tidak atau berapa banyak orang yang sudah menjadi korban dari batu akik kura-kura. Dia hanya ingin mencegah bencana terulang kembali, walaupun beberapa hari yang lalu batu ini sudah mendapatkan nutrisi. Lekir hanya tau sedikit tentang sejarah batu akik, tapi pengetahuan dangkalnya tidak membuatnya terpikat dan mengunakan batu setan.

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   2

    "Tidak." Nona, bagimana bisa seorang kelinci baik pemakan wortel bisa memasak! Seru kelinci menangis sedih dalam diam. Wanita yang sejak tadi tidak disebutkan namanya ini adalah Arum Sekar, seorang dukun seruling sakti, pekerjaan sehari-harinya adalah menumpas monster dan menguliti dagingnya untuk dipanggang, yang menyedihkan dia tidak punya bakat untuk memasak. Semua masakannya hambar dan tidak berselera. Sekar sering meratapi nasibnya, sebagai pecinta kuliner sejati, dia tidak bisa memasak untuk memuaskan dirinya sendiri. Dia tidak kecewa mendengar jawaban kelinci, Sekar tidak patah semangat untuk menemukan seorang koki. "Ouhh... Sudah sampai belum kelinci?" Sekar tidak bisa menipu dirinya sendiri jika dia sangat tertekan makan daging panggang hambar setiap hari. "Satu belokan lagi Nona Sekar, sungai itu ada dibalik pohon beringin itu." Tunjuk kelinci tergesa-gesa, dia takut salah sedikit saja nyawanya bisa melayang. Keduanya berjalan damai, kelinci memimpin di depan, sedang

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   1

    Beberapa hari terakhir banyak rumor beredar jika dibalik Gunung Kumulus terdapat monster super kuat yang dapat mengalahkan semua monster level 9 seorang diri. Dia mengalahkan mereka hanya dengan tangan kosong. Sampai sekarang masih belum diketahui pasti, siapa yang membantai monster-monster itu sampai hanya tersisa tulang tanpa daging. Sesosok harimau bertarung tajam setinggi bukit menggeliat diantara kawanan hewan iblis super besar dan seram. "Kalian dengar! Wilayah selatan sudah dibantai habis?" "Sess.... Aku tau, itulah kenapa kita semua mengadakan rapat sembunyi-sembunyi di sini, kita datang untuk membalas dendam rekan kita yang mati, kan. Cepat... Apa kalian semua punya info terkini, siapa yang membantai saudara saudara-saudara kita?!" Desis ular bertaring tajam, matanya bersinar emas di kegelapan malam. Kawanan monster itu saling memandang kemudian menggeleng, tak ada satupun dari mereka yang pernah melihat siapa pembantai ini, karena siapapun yang bertemu si pembantai s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status