Beranda / Romansa / Sang Idola Adalah Boneka / Bab. 3 Hubungan dengan Djaren

Share

Bab. 3 Hubungan dengan Djaren

Penulis: Tulisansanyuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 10:43:24

"Hallo Rora, kamu di mana sekarang?"

Terdengar suara Djaren dari telepon yang digenggam Joel. Ternyata saat tabrakan dengan Rora tadi, Joel tidak sengaja mengangkat panggilan dari Djaren. Rora langsung beralih membekap mulut Joel agar tidak bersuara. Sementara Joel hanya diam terlentang di sofa dengan Rora yang berada di atasnya.

Posisi mereka sangat canggung, karena Rora memang tersandung dan tiba-tiba jatuh menimpa Joel.

"Please, please jangan ngomong apa pun. Gue mohon," ucap Rora, menatap Joel dengan mata memohon.

Joel memutar bola matanya jengkel, kemudian ia mengangguk. Perlahan Rora akhirnya melepaskan tangan di mulut Joel dan langsung mengambil ponselnya. Ia berdiri lalu berbicara singkat dengan Djaren sebelum menutup telepon.

"Pacaran?" tanya Joel setelah Rora menutup telepon.

Rora langsung menoleh. "Enggak!" jawabnya sambil memalingkan wajah, berusaha menghindari tatapan Joel.

Melihat itu tiba-tiba Joel merasa kesal. Entah kenapa ia kesal melihat Rora yang memilih untuk menyembunyikan sesuatu darinya. Padahal Rora sudah setuju untuk menjadi pesuruhnya. Joel merasa Rora menyembunyikan banyak hal, tentang hubungannya dengan Djaren maupun soal botol susu. Namun, Joel lebih tertarik dengan hubungannya bersama Djaren. Ia tidak ingin mainannya dibagi bersama orang lain.

"Bilang aja kalo pacaran!" bentak Joel, berdiri lalu masuk ke kamarnya.

Braaakkk!

Rora terperanjat ketika Joel membanting pintu. Jantungnya sampai berdebar kencang membuatnya mengusap-usap dadanya.

"Kenapa sih tiba-tiba marah? Gak jelas!" gerutuknya.

Rora tidak mengindahkan kemarahan Joel, ia langsung melanjutkan pekerjaannya menyapu lantai. Bukan hanya itu saja, Rora membereskan seisi apartemen yang terlihat sangat berantakan. Hingga ia selesai di pukul 9 malam.

Saat Rora diam-diam ingin pulang, ia dihentikan oleh pikirannya yang melayang ke botol susu yang masih di tangan Joel.

"Haa ... kenapa harus diambil sama orang rese ini, sih?! Mana mesum lagi!" gerutu Rora memutar tubuhnya berbalik arah ke kamar Joel.

Tok tok tok!

"Jo, udah selesai nih beres-beresnya," ucap Rora sambil mengetuk pintu.

Tidak ada balasan dari Joel membuat Rora terpaksa membuka pintu. Terlihat pemuda itu sudah terlelap dalam tidurnya. Mata Rora langsung tertuju pada botol susu yang berada di nakas samping tempat tidur.

Gulp!

"Mending ambil aja, mumpung dia lagi tidur," gumam Rora sambil menelan ludahnya.

Perlahan dia berjalan mengendap-endap masuk ke kamar Joel. Jantungnya berdegup kencang takut jika Joel tiba-tiba bangun. Dengan badan bergetar Rora berusaha untuk tetap melangkah mendekati tempat tidur.

Saat sudah dekat tangannya perlahan terulur untuk mengambil botol susu. Ia memejamkan matanya ketika melihat Joel mengubah posisi tidur. Beruntungnya Joel tidak terbangun, dengan cepat Rora berusaha mengambil botol susu itu.

Namun, tanpa disangka mata Joel terbuka sebelum Rora sempat mengambilnya. Dengan gerakan cepat Joel langsung mencengkram kuat tangan Rora membuat gadis itu terperanjat.

"Astaga!" pekiknya terkejut.

"Mau ngapain?" tanya Joel dengan suara berat, tatapannya yang dingin membuat tubuh Rora merinding.

"Eng-engga, gak ngapa-ngapain, kok," balas Rora tergagap.

Joel melirik botol susu di atas nakas lalu tersenyum menyeringai. Ia langsung menarik tangan Rora hingga gadis itu terjatuh ke atas tubuhnya.

"Kyaaaa! Jo, elo gila, lepasin!" teriak Rora saat Joel tiba-tiba menariknya hingga tertidur di atas kasur.

"Siapa suruh macam-macam," balas Joel santai, kedua tangannya mengunci pergerakan Rora.

"Jo, lepas ...!" Tubuh Rora menggeliat berusaha melepaskan diri.

"Udah tidur aja, udah malam," ucap Joel santai.

"Gila lo. Gak mau, gue mau pulang, Joel ...!" teriak Rora.

"Ck! Kenapa? Mau ketemu sama si Djaren?" tanya Joel kesal.

Rora langsung berhenti menggeliat, menatap Joel dengan tajam. "Apa sih gak jelas banget. Mau pulang lah, nanti ibu marah udah lepas!" seru Rora.

"Itu botol susu apa, sih? Jangan bilang kalau itu ASI punya lo?" tanya Joel, tangannya masih melingkar di pinggang Rora.

Rora terdiam mendengar pertanyaan Joel. Tebakannya sangat benar, botol susu itu memang berisi ASI yang Rora hasilnya. Namun, ia tak kuasa memberitahu Joel tentang rahasianya itu.

Joel yang melihat Rora terdiam semakin curiga. Ia menatap gadis itu lekat, “Ini ASI elo?” tanyanya sekali lagi, memastikan.

"Lepasin brengsek!" geram Rora, memukul dada Joel, matanya melotot menatap cowok menyebalkan yang sedang memeluknya.

Dipanggil brengsek oleh Rora membuat emosi Joel kembali muncul. Ia melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan Rora pergi. Gadis itu awalnya nampak bingung. Namun, sedetik kemudian ia langsung bangkit dari tempat tidur Joel.

"Pokonya gue udah ngelakuin apa yang lo suruh. Sekarang balikin botol susu itu!" tagih Rora.

Sebelumnya Joel memang berjanji mengembalikan botol susu itu jika Rora mau datang ke apartemennya.

"Siapa elo bisa merintah gue?" Joel bangkit, mengambil botol susu itu.

"Elo udah janji tadi!" seru Rora kesal.

"Perjanjian batal karena lo menyebalkan! Silahkan pergi!" usir Joel membuat Rora tercengang.

Kepalang kesal Rora langsung pergi tanpa pamit. Ia bahkan berjalan sambil menghentakkan kakinya. Sikap Joel yang seenaknya sendiri sangat membuat kepala Rora serasa mendidih karena kesal.

Gadis itu pun pulang dengan perasaan kesal yang sudah di ubun-ubun. Namun, tidak sampai di situ, kekesalannya bertambah ketika sang ibu tiri memergokinya pulang larut.

"Bagus ... pulang larut malam! Mau jadi apa kamu Rora? Anak gadis baru pulang jam segini!" Ayu berdiri di tengah-tengah tangga, melipat kedua tangannya di dada. Matanya yang tajam menatap Rora dengan penuh kebencian.

"Maaf, Bu. Saya tadi menjenguk teman saya, dia sedang sakit," ucap Rora berbohong. Akan sangat berbahaya jika ibu tirinya tahu bahwa Rora baru pulang dari rumah seorang laki-laki.

"Alasan saja kamu Rora! Mau jadi wanita murahan seperti ibu kamu itu! Anak sama ibu, sama-sama gak ada harga dirinya!" cibir Ayu.

Rora hanya bisa sabar, menghela napas panjang dan mengelus dadanya. Sejak tinggal di rumah ayahnya, ia memang tak pernah diterima oleh ibu tirinya. Ayu selalu berusaha membuat Rora tidak betah tinggal di rumah.

"Kamu masih SMA, mau kamu jadi jalang seperti ibumu!" bentak Ayu.

"Astaga, Bu! Kalo ibu benci sama saya silahkan hina saya, tapi jangan hina ibu saya!" Rora akhirnya membalas ucapan Ayu, ia tidak terima ibunya dihina seperti itu.

"Memang ibu kamu jalang perebut suami orang! Dan perlu kamu ketahui ya, Rora, kamu itu anak haram!"

Dada Rora sesak hampir meledak mendengar penghinaan Ayu terhadapnya. Ia tahu, sangat tahu bahwa dirinya anak hasil hubungan gelap ibu dan ayahnya. Namun, tidak seperti ini. Rora juga memiliki perasaan. Bukan salahnya lahir di dalam keadaan seperti itu.

"Kamu harusnya bersyukur saya masih menerima kamu di sini! Jadi jangan sok kamu, kamu di sini saya anggap cuma pembantu!" seru Ayu menggelegar.

"Bu, saya juga anak ayah, dan ini rumah ayah. Saya berhak tinggal di sini!" balas Rora, ia tidak ingin hanya diam menerima penghinaan itu.

"Wah, kurang aja kamu, ya!"

Ayu mendekat pada Rora, bersiap mendaratkan pukulan ke gadis itu. Namun, aksinya terhenti saat mendengar suara putranya.

"Mah, stop!" teriak Djaren.

Ayu dan Rora langsung menoleh ke atas tangga. Melihat Djaren yang berjalan mendekat membuat Rora mengumpat dalam hatinya. Rahasia lain yang ingin Rora sembunyikan adalah fakta bahwa ia dan Djaren bersaudara. Ia tidak ingin kehidupan kelamnya harus diketahui orang-orang.

Melihat Ayu dan Djaren yang sedang bersitegang, Rora memilih untuk pergi ke kamarnya. Namun, tanpa disangka beberapa saat setelah ia sampai di kamarnya, Djaren menerobos masuk.

"Djaren? Kamu ngapain di sini?" tanya Rora kesal.

Matanya langsung membulat ketika Djaren tiba-tiba memeluknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 29 Perempuan murahan

    "Aurora kamu di mana ...?" gumam Djaren terus mencoba menelpon Rora. Sampai jam sudah menunjukkan pukul sembilan, Rora belum juga pulang ke rumah sehingga membuat Djaren sangat khawatir. Berkali-kali pemuda itu menelpon nomor Rora, berkali-kali pula panggilannya tidak diterima. "Ck! Ke mana sih dia!" gerutuknya kesal. Djaren terus berjalan mondar-mandir di depan kamar Rora. Ia mencoba menghubungi teman sekolahnya dan menanyakan di mana alamat Joel. Siang tadi saat dirinya dan Rora sedang berbicara, tiba-tiba Rora pergi meninggalkannya. Kemudian dari gosip anak-anak di sekolah, Djaren tahu bahwa Rora pergi bersama Joel ke rumah sakit. Namun, saat dicek di rumah sakit mereka sudah tidak ada. "Ke mana si Joel bawa Rora?!" Lagi-lagi Djaren menggerutu. Sudut bibirnya terangkat ketika melihat balasan dari temannya. Ia langsung pergi ke alamat apartemen Joel. Sementara itu gadis yang sedang Djaren khawatirkan tengah duduk sambil menundukkan kepala. Kedua tangannya saling meremas dan b

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 28 Terciduk di apartemen

    "Dok, saya minta pulang sekarang juga!" tegas Joel menatap sang dokter yang sedang memeriksa kakinya. "Joel, kamu tau 'kan kalau saya tidak bisa menyetujuinya. Sabarlah besok atau lusa kamu boleh pulang," balas dokter itu tersenyum kesal kepada pasiennya yang bebal."Pokonya saya ingin pulang, dengan atau tidak seizin dokter saya akan pulang!" Joel langsung bangkit bersiap mencabut selang infus di tangannya. "Eh ... eh!" Orang-orang di sana langsung terkejut begitu Joel ingin mencabut infusan di tangannya. Rora yang melihatnya langsung memutar bola matanya merasa jengkel dengan sifat Joel. "Jo! Elo kenapa sih, kata dokter juga gak bisa pulang sekarang!" bentaknya kesal. "Ya, salah elo! Katanya elo gak suka nginep di rumah sakit! Kalau gitu nginep di rumah gue aja, gampang 'kan!" Mata Joel mendelik tajam pada gadis yang berdiri di sebelahnya. Dokter dan teman-teman Joel yang menyaksikan tingkah kekanakannya itu, hanya bisa menghela napas sambil menggelengkan kepala. Oza dan yang

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 27 Menginap bersama Joel

    "Jo, Jo! Anjir kaki lo luka, Jo!" Oza berusaha menghentikan langkah Joel. Namun, pemuda dengan head ban di kepalanya terus saja melangkah. Sampai ia berhenti ketika melihat Rora berjalan seorang diri. "Joel?" gumam gadis itu. Joel segera menghampiri Rora, mencengkram kuat tangannya. Sorot matanya yang dingin menatap dengan penuh kemarahan. "Aww! Jo, sakit!" keluh Rora mencoba melepaskan cengkraman tangan Joel. "Tadi ngapain sama di Djaren, hah?!" bentak Joel membuat Rora terperanjat. Gadis itu langsung melihat sekeliling, banyak anak-anak yang memperhatikan mereka membuatnya cukup risih. "Jo, banyak orang ... jangan marah-marah di sini," bisik Rora. "Jo, mending kita ke rumah sakit sekarang. Itu Pak Tama juga nyusulin ke sini anjir!" Oza menepuk pundak Joel, membujuknya. "Gak! Sebelum gue denger jawaban dari cewek sialan ini!" Hati Rora terasa ditusuk dengan belati ketika mendengar kata-kata Joel. Ia tidak mengerti mengapa cowok itu selalu berkata kasar padanya. "Apaan sih,

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 26 Kemarahan Joel

    "Jo! Elo kenapa gak fokus gini?" seru Oza menepuk pundak Joel. "Jo, calm down! Kita bisa menang kalau fokus!" sahut Kafin. Joel hanya diam sambil mengelap keringat di dahinya. Matanya terus menatap tajam pada Djaren yang tengah tersenyum merayakan keberhasilannya memasukkan bola ke ring tim Joel. 'Gue harus menang! Gue harus tunjukkin ke si Djaren sialan itu kalau dia gak ada apa-apanya!' ucap Joel dalam hatinya, bertekad mengalahkan Djaren. Pertandingan kembali dimulai, tim Djaren sejak tadi terus mencetak poin. Sementara tim Joel hanya Oza dan Farrel yang mampu mencetak poin, yang lainnya apalagi Joel terus kehilangan bola. "Jo! Pass!" teriak Oza meminta bola. Joel tidak mendengarkan teriakan itu. Dia terus melangkah maju sambil mendribble bola. Ada tiga orang sekaligus yang menjaga Joel termasuk Djaren, menunggunya di bawah ring. "Sial! Nantang gue lo!" geram Joel. Ia terus berlari melewati satu orang dari tim lawan. Namun, saat ia berusaha melewati orang kedua, kaki Joel t

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 25 Bencana di pertandingan basket

    Rora berdiam seorang diri di kelas yang kosong. Ia masih tertegun melihat foto Joel yang dikirim oleh akun anonim itu. Bukan masalah karena Joel berfoto bersama gadis lain. Namun, posisi mereka ketika berfoto sangat ambigu dan membuat pikiran Rora melayang ke hal negatif. Joel terlihat tertidur di pelukan seorang gadis yang mengambil foto selfie. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap, namun tetap saja Rora berpikiran negatif terhadap foto tersebut. Apa yang mereka lakukan hingga tidur di atas ranjang yang sama seperti itu? "Kalau udah punya pacar kenapa dia kayak gitu sama aku? Mana barusan manggil-manggil sayang lagi!" gerutuknya. Gadis itu sedikit kesal, pasalnya sudah beberapa hari ini sikap Joel sangat baik padanya. Sejak malam kesepakatan mereka, Joel tidak pernah mendekati Rora di depan siswi lain. Cowok itu juga selalu bersikap baik, bahkan seringkali memberikan Rora sesuatu yang membuatnya terkejut sekaligus senang. Namun, sekarang Rora harus dikejutkan dengan foto Jo

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 24 Ada gadis lain?

    "Gimana dong, Rora gak bisa ikut latihan dance karena kakinya sakit?" keluh Berly. Anak-anak yang lain juga langsung mengeluh sambil menghela napas panjang. Mereka tidak tahu harus melakukan apa dengan kaki Rora yang terluka. Padahal kandidat pemenang lomba pentas seni sudah digadang-gadang adalah kelas mereka. Namun, karena keadaan Rora sekarang membuat yang lain menjadi pesimis. "Temen-temen aku minta maaf, ya. Mungkin besok atau lusa aku bisa ikut latihan," ucap Rora menyesal. "Gapapa, Ra, itu bukan salah kamu. Aku cuma heran, deh, kenapa di sepatu kamu ada paku payung? Bukannya sepatu itu jarang dipakai, ya?" tanya Berly. Gilsha dan Silvia langsung mencoba mengalihkan pembicaraan. "Guys, kita latihan sekarang aja, nanti kesorean lagi!" ajak Silvia. "Iya, ayo sekarang aja. Rora kamu gapapa 'kan sendirian di sini?" tanya Gilsha. "Iya, gapapa kok, kalian latihan aja sana," balas Rora sambil tersenyum. Akhirnya Rora pun ditinggalkan sendirian di UKS. Dia menghela napas

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 23 Kelakuan jahat Gilsha

    "Oke, yang ikut lomba basket berarti Joel, Oza, Kafin, Gaha, dan Farrel. Yang lain boleh ikut ke perlombaan olahraga selain basket, ya," ucap ketua kelas. Anak-anak di kelas tidak dapat protes tentang keputusan itu. Joel dan teman-temannya memang anggota inti dari klub basket di sekolah. Maka dari itu orang-orang percaya bahwa mereka akan memenangkan pertandingan. Waktu istirahat tiba membuat semua siswa berhamburan keluar. Seperti zombie kelaparan berlari menuju kantin. Termasuk Joel dan teman-temannya, berjalan beriringan membuat semua mata tertuju pada mereka. Bagaimana tidak menarik perhatian, Joel dan teman-temannya yang tergabung dalam geng bernama SIGMA itu, memiliki tinggi badan di atas rata-rata siswa lainnya. Itu sebabnya mereka tergabung dalam klub basket menjadi anggota inti. Selain itu, fakta bahwa Joel adalah cucu pemilik yayasan sekolah, membuat geng itu semakin diperhatikan orang-orang. "Jo, tadi elo ngapain sama Rora di belakang?" tanya Kafin. "Iya, anji

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 22 Tangan nakal Joel

    "Oke, anak-anak sekarang Bapak ingin memberitahu bahwa sekolah kita akan mengadakan festival." Ucapan Pak Tama langsung disambut heboh oleh anak-anak kelas. Mereka berteriak bahkan sampai ada yang memukul-mukul meja. Pasalnya festival sekolah merupakan ajang bagi para siswa untuk menunjukkan kebolehannya. Sepertinya menampilkan keahlian dalam bidang olahraga dan seni. "Sudah-sudah! Dengarkan Bapak, dulu!" seru Pak Tama yang langsung membuat semua murid diam. "Festival kali ini akan ada beberapa acara, seperti perlombaan berbagai cabang olahraga. Lalu ada juga pentas seni di akhir acara. Nah, sekarang Bapak ingin tahu siapa saja yang mau berpartisipasi pada festival ini? Khususnya untuk pentas seni, ya, karena perlombaan olahraga nanti dicatat oleh ketua kelas," sambung Pak Tama. Orang-orang langsung berdiskusi siapa yang akan ikut serta. Sementara dua orang murid di belakang masih sibuk dengan kegiatan mereka. Joel masih terus mengelus kaki Rora, membuatnya kegelian. "Jo, p

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 21 Elusan tangan

    JoelKe ruang klub dulu, semalam gue lupa nanyain sesuatu sama lo! "Haa ...!" Rora hanya bisa menghela napas panjang, berjalan gontai menuju ruang klub yang Joel sebutan. Ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Mau tidak mau Rora harus menuruti keinginan Joel setelah mereka bertemu semalam dan mencapai kesepakatan. "Aurora!" Suara yang memanggil namanya membuat Rora menoleh, ia melihat Djaren tersenyum dan berjalan menghampirinya. "Hari ini guru akan umumkan soal festival, nanti kamu ikut partisipasi, ya," ucap Djaren. "Gimana nanti aja." Rora membalas seadanya dengan nada malas. "Jangan gitu dong ... kamu harus ikut, ya. Biar semakin seru festival sekolah tahun ini. Papah juga pasti bangga loh kalo kamu ikutan." Ucapan Djaren terdengar sedikit memaksa di telinga Rora. Gadis itu menatapnya dengan tatapan malas. Berkat ulah Djaren yang terus mendekatinya, Rora lagi-lagi terkena masalah. Ayu menyuruh Rora untuk membersihkan seluruh rumah tanpa dibantu oleh pembantu. "Iya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status