Share

Part 2

Author: chocochips
last update Last Updated: 2024-12-07 06:43:07

Part 2

Kehidupan Elora semakin memasuki ritme yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Setiap malam, ia kembali ke ruang sempit itu, menghadapi para pria yang tak tahu siapa dirinya selain seorang wanita yang bisa memenuhi hasrat mereka. Pada awalnya, ia berusaha menutup matanya, membiarkan tubuhnya bergerak otomatis, seperti robot yang hanya menjalankan perintah. Tetapi lama kelamaan, meskipun ia berusaha keras untuk tidak terlibat, perasaan itu tak bisa ia hindari.

Kadang, saat pria-pria itu meninggalkan ruangan setelah selesai, Elora merasa seolah-olah ada bagian dari dirinya yang ikut pergi bersama mereka. Tidak ada kata terima kasih, tidak ada perhatian yang lebih dari sekadar kepuasan sesaat. Mereka pergi begitu saja, meninggalkannya dalam kesepian yang semakin menyiksa.

Namun, di tengah keputusasaan itu, Madam—wanita yang pertama kali membawanya masuk ke dunia ini—terus berada di sisinya. Terkadang, Madam terlihat dingin dan tak peduli, namun di saat lain, ia seolah-olah memahami ketakutan yang ada dalam diri Elora.

“Jangan biarkan mereka menilai kamu hanya dari tubuhmu,” kata Madam suatu malam, saat Elora sedang duduk sendirian setelah layanan terakhirnya. “Mereka datang untuk melupakan masalah mereka, bukan untuk melihat siapa kamu sebenarnya. Ingat itu.”

Elora mengangguk, meskipun dalam hatinya, kata-kata itu terasa seperti sebongkah harapan yang tak bisa ia genggam. Bagaimana bisa ia menganggap dirinya lebih dari sekadar tubuh ini, jika itulah yang diminta dunia darinya? Ia ingin melawan, namun entah kenapa, ia merasa begitu lemah. Apakah ia benar-benar memiliki kekuatan untuk keluar dari sini?

Pada malam-malam yang lebih sepi, ketika klub hampir kosong dan hanya ada beberapa orang di bar, Elora sering berdiam diri, mencoba untuk merenung. Di situlah ia mulai merasakan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar rasa takut dan cemas. Ada kemarahan yang tersembunyi, perasaan yang mulai tumbuh seiring waktu.

Pernah suatu malam, seorang pria—berbeda dari yang lainnya—datang kepadanya. Pria ini tidak terburu-buru, tidak terobsesi dengan tubuhnya. Ia hanya duduk di depan Elora, menatapnya dengan mata yang tak terbaca, namun tampak berbeda dari para pria lain yang hanya menginginkan kepuasan sekejap.

“Aku tidak ingin apa-apa darimu,” kata pria itu dengan suara lembut, hampir seperti sebuah rahasia. “Aku hanya ingin mendengarkanmu, jika kamu mau bicara.”

Elora memandang pria itu dengan bingung. Tidak ada yang pernah bertanya seperti itu sebelumnya. Tidak ada yang peduli dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Biasanya, mereka datang dan pergi tanpa menanyakan hal-hal yang lebih mendalam. Namun, pria ini tampaknya berbeda.

“Apa yang kamu inginkan dariku?” Elora akhirnya bertanya, merasa ada yang aneh dengan situasi ini.

Pria itu hanya tersenyum tipis. “Aku hanya ingin tahu siapa kamu di balik semua ini.”

Elora terdiam. Pertanyaan itu membuatnya merasa terperangkap. Siapa dirinya di balik tubuh yang lelah dan terluka ini? Ia tidak tahu lagi. Tapi untuk pertama kalinya, ada sedikit rasa harapan yang muncul, meskipun ia tahu itu mungkin hanya ilusi.

Seiring berjalannya waktu, Elora mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Tidak hanya tubuhnya yang semakin terbiasa dengan dunia ini, tetapi pikirannya mulai terbuka. Ia mulai mempertanyakan keputusannya untuk memilih jalan ini. Meskipun ia tak tahu apakah ada jalan keluar, ia merasa ada sesuatu yang harus ia perjuangkan.

Setiap malam, Elora berusaha menyembunyikan perasaannya, mencoba untuk tidak terbawa oleh kegelisahan yang semakin menguasai hatinya. Ia tahu bahwa dunia ini bisa menghancurkannya, dan semakin lama ia tinggal, semakin dalam ia terjerat. Tetapi entah kenapa, ada semangat yang mulai tumbuh—semangat untuk bertahan, untuk menemukan kembali siapa dirinya.

Pada suatu malam, setelah ia selesai melayani seorang klien yang terlalu kasar, Elora berdiri di depan cermin kecil di ruang ganti, menatap dirinya yang mulai lelah. Rambutnya berantakan, wajahnya kusam, dan tubuhnya terasa seperti tidak lagi miliknya. Namun, di balik itu semua, ada kekuatan yang perlahan-lahan muncul.

"Aku bisa keluar dari sini," pikirnya, meskipun ia tahu itu tidak akan mudah. "Aku akan mencari jalan keluar. Aku tidak bisa terperangkap selamanya."

Namun, setiap kali ia berusaha merencanakan masa depannya, bayangan Madam selalu muncul. Wanita itu yang telah membimbingnya, yang sepertinya lebih tahu tentang dunia ini daripada siapa pun. Madam sering kali berkata bahwa tak ada jalan keluar bagi mereka yang terperangkap dalam dunia ini, bahwa mereka akan selalu kembali ke tempat yang sama, tak peduli seberapa keras mereka berusaha.

“Tidak ada yang benar-benar bebas, Elora,” kata Madam suatu malam setelah melihat ekspresi bingung di wajah Elora. “Kamu bisa mencoba melawan, tapi dunia ini akan selalu menuntut harga. Tidak ada yang bisa lari darinya.”

Kata-kata itu menghantui Elora. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak bisa menyerah. Dunia ini mungkin gelap dan penuh jebakan, tetapi ia akan menemukan cara untuk melawan. Ia tak bisa terus terperangkap dalam kebohongan yang mengelilinginya. Tidak sekarang.

Dan dengan tekad yang mulai tumbuh, Elora berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu hari nanti, ia akan keluar dari dunia ini, tidak peduli apa yang harus ia hadapi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 22

    Malam itu, Elora dan Arman berjalan pulang dengan langkah pelan. Tidak ada kata yang diucapkan di antara mereka. Elora masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. Konfrontasi dengan Madam terasa seperti membuka luka lama, tetapi juga seperti langkah pertama menuju kebebasan yang sebenarnya.Sesampainya di apartemen, Elora langsung duduk di sofa, tubuhnya terasa lemas. Arman duduk di sebelahnya, diam-diam memperhatikan wajah Elora yang terlihat lelah.“Kamu baik-baik saja?” tanya Arman akhirnya, suaranya lembut namun penuh perhatian.Elora mengangguk pelan, tetapi matanya tetap kosong. “Aku tidak tahu. Aku lega karena aku akhirnya berbicara langsung dengannya. Tapi aku juga takut, Arman. Kata-katanya… aku tahu dia tidak akan membiarkan ini begitu saja.”Arman meraih tangan Elora, menggenggamnya erat. “Aku ada di sini. Apapun yang dia rencanakan, kita akan hadapi bersama. Kamu tidak perlu merasa sendirian lagi.”Mata Elora mulai berkaca-kaca, tetapi ia menahan air matanya. “Terima kasi

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 21

    Malam itu berlalu dalam ketegangan yang tidak mudah hilang. Setelah pria itu pergi, Arman membawa Elora masuk ke dalam apartemen, menutup pintu dengan tegas dan memeriksa semua pengunci. Ia tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, hanya berdiri diam, punggungnya menghadap Elora, seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.“Elora,” akhirnya ia berkata, suaranya rendah dan tegas, “kita harus mengambil langkah lebih besar. Ini bukan hanya tentang meninggalkan masa lalu; ini tentang memastikan masa depanmu aman.”Elora menatapnya, wajahnya memancarkan kebingungan. “Langkah lebih besar? Apa maksudmu, Arman?”Arman menoleh, mata cokelatnya yang hangat kini dipenuhi kekhawatiran. “Madam bukan orang sembarangan. Dia punya koneksi, orang-orang yang siap melakukan apa saja untuk menuruti perintahnya. Kalau kita terus seperti ini—hanya bertahan dan menunggu mereka pergi—aku takut situasi akan semakin buruk. Kita harus melawan, atau setidaknya memutuskan hubunganmu dengan mereka secara resm

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 20

    Hari-hari berikutnya penuh dengan gejolak dalam hati Elora. Meskipun ia merasa semakin jauh dari dunia lama yang begitu kelam, bayang-bayangnya terus menghantui setiap langkahnya. Setiap panggilan, setiap pesan yang datang dari masa lalunya, membuatnya terombang-ambing antara harapan dan ketakutan. Tapi Arman, yang selalu hadir di sisi Elora, menjadi satu-satunya alasan ia bisa terus bertahan.Suatu pagi, Elora duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Pekerjaan baru yang ia coba jalani—sebagai kasir di sebuah toko buku kecil—belum cukup menghilangkan rasa kosong yang terkadang menghantui. Keputusannya untuk meninggalkan dunia malam terasa benar, tetapi kenyataan itu sulit diterima sepenuhnya. Ia merasa seperti perempuan yang terlahir kembali, tetapi tidak tahu bagaimana cara hidup dalam dunia yang baru.Arman datang, duduk di sampingnya dengan senyuman lembut, mencoba memberi ketenangan. "Gimana hari pertama di pekerjaan baru? Ada yang sulit?" tanya Arman, mat

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 19

    Part 19Hari-hari setelah kejadian itu terasa lebih berat bagi Elora. Meski Arman selalu ada untuknya, dunia yang terus berputar di sekitar kehidupannya sebagai pekerja seks komersial tidak bisa begitu saja ia lupakan. Setiap malam, saat ia melangkah ke ruang itu, ia merasa ada beban yang lebih besar yang harus ia pikul—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Arman yang kini semakin terlibat dalam hidupnya. Ia merasa terperangkap dalam dua dunia yang saling bertentangan, dan meskipun ia mencoba untuk menolak kenyataan itu, ia tahu ia tidak bisa lari darinya.Suatu malam, setelah bekerja, Elora pulang dengan langkah lesu, merasa kelelahan fisik dan mental. Saat pintu apartemennya terbuka, ia mendapati Arman sudah menunggunya, duduk di sofa dengan ekspresi khawatir. Matanya menatap Elora dengan penuh perhatian, seolah-olah ingin mengetahui apa yang telah terjadi padanya malam ini.Elora melepaskan tasnya dengan terburu-buru, lalu duduk di samping Arman, menggenggam erat tan

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 18

    Part 18Hari-hari setelah percakapan itu terasa berbeda bagi Elora dan Arman. Meskipun mereka belum sepenuhnya mengerti ke mana arah hubungan mereka, ada perasaan yang semakin kuat dan lebih mendalam di antara mereka. Elora merasa seolah-olah untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar melihat dirinya—selain tubuh yang sering digunakan dan dilihat hanya sebagai objek. Arman, di sisi lain, merasa semakin terikat padanya, meskipun dalam hatinya masih ada keraguan akan masa depan mereka. Mereka berdua tahu bahwa hidup mereka dipenuhi dengan tantangan, tetapi ada sesuatu yang mengikat mereka untuk terus berjalan bersama.Namun, meskipun kedekatan itu semakin nyata, dunia tempat Elora bekerja tidak bisa dihindari begitu saja. Malam-malamnya masih dipenuhi dengan klien yang datang dan pergi, dan meskipun ada Arman di sisinya, Elora tak bisa sepenuhnya melupakan apa yang terjadi setiap malam. Ia merasakan perasaan yang campur aduk—antara rasa bersalah, marah pada dirinya sendiri, n

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 17

    Part 17Beberapa minggu berlalu, dan kehidupan Elora dan Arman mulai terbentuk dalam pola yang tidak lagi sepenuhnya dipenuhi dengan keraguan. Meskipun mereka belum sepenuhnya mengerti bagaimana hubungan ini akan berkembang, keduanya mulai merasa bahwa mereka saling melengkapi dalam cara yang tak terduga. Tidak ada kepastian tentang masa depan mereka, tetapi ada ketenangan dalam kebersamaan yang tumbuh di antara mereka, meskipun di dunia yang penuh dengan bayang-bayang.Elora kini lebih sering menghabiskan waktu di luar tempat kerjanya, mencoba mencari ruang untuk dirinya sendiri. Keberadaan Arman membuatnya merasa seolah ada harapan, sebuah rasa aman yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Namun, ada saat-saat di mana ia merasa takut, terjebak dalam bayangan masa lalunya yang kelam. Semua keputusan yang ia buat, termasuk menerima hubungan ini, selalu datang dengan rasa takut akan kehilangan kendali atas hidupnya.Arman, di sisi lain, semakin tenggelam dalam perasaan yang tak dapat ia

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 16

    Part 16Hari-hari setelah itu terasa seperti perjalanan yang penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Meskipun Elora dan Arman berusaha untuk melanjutkan hidup mereka, setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih berat. Mereka berdua tahu bahwa ada banyak hal yang belum mereka pahami tentang satu sama lain, namun di tengah kebingungan itu, ada satu hal yang jelas—hubungan mereka telah berubah. Entah itu menjadi lebih kuat atau lebih rapuh, hanya waktu yang akan menjawabnya.Di siang hari, Elora mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, berusaha menenggelamkan diri dalam rutinitas yang biasa ia jalani. Namun, pikirannya selalu kembali pada Arman. Setiap kali ia melihat pria itu, ia merasa seolah ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa nyaman yang aneh setiap kali mereka berbicara, namun juga ada ketegangan yang terus menguar di udara di antara mereka.Sementara itu, Arman juga berjuang dengan perasaannya sendiri. Ia tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia me

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 15

    Part 15Keesokan harinya, Elora terbangun dengan kepala yang berat dan perasaan campur aduk. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela kecil ruangan tempat ia tidur terasa begitu asing. Matanya terpejam beberapa saat, mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Segera, ingatan itu kembali—momen yang hangat, yang penuh dengan ketegangan dan perasaan yang tak terucapkan. Dan di balik semuanya, ada satu hal yang mengganggu pikirannya: apa arti dari malam itu?Ia bangkit dari tempat tidur, perlahan. Tubuhnya terasa letih, namun pikirannya lebih lelah daripada itu. Ada pertanyaan yang menghinggapi benaknya—apakah ia melakukan hal yang benar? Apa yang sebenarnya ia cari dalam hubungan ini dengan Arman?Sementara itu, di luar, suara kehidupan kota sudah mulai kembali. Orang-orang sibuk dengan rutinitas mereka, dan Elora tahu bahwa hidupnya tidak bisa berhenti begitu saja hanya karena kejadian semalam. Namun, ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang telah berubah dalam dirinya. Meskipun ia berusaha

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 14

    Part 14Malam itu terasa panjang, penuh dengan keheningan yang dipenuhi dengan ketegangan. Elora dan Arman berjalan keluar dari rumah Madam setelah percakapan yang penuh tekanan. Di luar, udara malam terasa dingin, tetapi keduanya merasa lebih terperangkap oleh perasaan mereka yang bertabrakan di dalam hati. Mereka tidak mengatakan apa-apa saat berjalan, hanya mendengarkan suara langkah kaki mereka yang bergema di jalan sepi.Suasana di sekitar mereka begitu hampa, seperti mereka berjalan di tengah kekosongan yang tak terucapkan. Elora bisa merasakan ketegangan di udara. Arman tampaknya tidak jauh berbeda. Ia berjalan dengan kepala tertunduk, meski matanya sesekali menatap ke arah Elora.“Kenapa kamu tidak berkata apa-apa?” tanya Elora, suaranya pelan, seperti mencoba memecah keheningan yang menekan.Arman berhenti sejenak, memutar tubuhnya menghadap Elora. “Aku… aku hanya bingung, Elora. Semua ini begitu cepat, dan aku tidak tahu harus bagaimana. Aku ingin melindungimu, tapi aku juga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status