Elora, gadis desa berusia 21 tahun, terpaksa meninggalkan kampung halamannya demi menyelamatkan nyawa sang ayah yang membutuhkan biaya operasi besar. Berbekal tekad dan keberanian, ia melangkah ke hiruk-pikuk kota besar, hanya untuk menemukan bahwa dunia baru ini menyimpan gelapnya kenyataan. Di bawah bimbingan seorang wanita misterius yang dipanggil "Madam," Elora masuk ke dalam lingkaran pekerjaan malam—jalan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Di balik pakaian tertutupnya, tersembunyi kecantikan yang memikat sekaligus luka batin yang perlahan menggerogoti dirinya. Namun, kehidupannya berubah ketika ia bertemu Reyhan, seorang pria tampan dan ambisius dengan masa lalu yang kelam. Reyhan, yang awalnya hanya seorang klien, perlahan menjadi sosok yang membuat Elora mempertanyakan jalannya. Cinta yang mulai tumbuh di antara mereka menghadapi badai konflik: stigma, rahasia, dan pilihan hidup yang tak mudah. Ketika dunia malam mulai menariknya semakin dalam, Elora harus memutuskan—apakah ia akan tenggelam dalam gelap, ataukah berjuang untuk menemukan cahaya di tengah keputusasaan? Sebuah kisah tentang pengorbanan, cinta, dan perjuangan mencari kebahagiaan di dunia yang penuh godaan dan kegetiran.
View MoreElora berjalan pelan di sepanjang lorong sempit yang dipenuhi dengan bau asap rokok dan desahan musik keras yang terdengar menggema dari dalam klub. Malam itu, udara di luar terasa dingin, namun tubuhnya berkeringat. Hatinya berdetak cepat, lebih karena kegugupan daripada rasa dingin. Langkahnya yang gemetar tidak bisa ia sembunyikan, meskipun ia berusaha keras untuk terlihat tenang.
Kehidupan yang ia jalani sekarang bukanlah kehidupan yang ia impikan. Dulu, ia bermimpi menjadi seseorang yang berguna bagi orang tuanya, untuk suatu hari nanti kembali ke desa dengan kebanggaan di wajahnya. Tapi sekarang, semuanya telah berubah. Di hadapannya terbentang jalan yang gelap, dan Elora tahu bahwa sekali ia melangkah ke dalam dunia ini, tak ada jalan kembali.
Pintu yang ada di depan matanya terbuka dengan suara berderit. Di dalam, beberapa orang tampak sedang berbicara dengan pelan, sementara sebagian yang lain asyik dengan percakapan di meja bar. Keheningan yang ada membuat Elora merasa semakin terasing. Suara tawa dan obrolan yang tidak jelas hanya semakin membuatnya merasa seperti orang luar.
Di depan sebuah pintu besar, seorang wanita menunggunya. Wajahnya tampak serius, namun ada senyum tipis di bibirnya yang membuat Elora merasa lebih cemas. Wanita itu mengenakan gaun hitam ketat yang memamerkan tubuh langsingnya. Rambutnya tergerai dengan rapi, dan riasannya sempurna.
"Elora," kata wanita itu, suaranya dalam namun lembut, "Ayo masuk. Saatnya kamu mulai bekerja."
Elora menelan ludah, mencoba mengendalikan napasnya yang semakin berat. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya apakah ia sudah benar-benar siap untuk melangkah lebih jauh ke dunia ini. Namun, saat ia melihat wanita itu melangkah masuk, ia tahu bahwa tak ada pilihan lain. Ia harus mengikuti, meskipun hatinya merasa sangat berat.
Di dalam, ada beberapa orang yang duduk di meja besar, sebagian tampak sibuk berbicara, sebagian lainnya hanya diam. Elora merasa seolah-olah menjadi pusat perhatian, meskipun hanya sebentar. Ia tahu betul bahwa wajahnya—dengan kulit halusnya yang bercahaya dan tubuhnya yang ramping—terlihat sangat berbeda dibandingkan dengan perempuan-perempuan lain yang ada di sana.
"Ini adalah tempatmu," kata wanita itu, menunjuk ke sebuah sudut ruangan yang lebih sepi. "Kamu akan bekerja di sini malam ini. Tidak perlu khawatir, aku akan membimbingmu."
Elora hanya mengangguk, meskipun seluruh tubuhnya terasa gemetar. Wanita itu membawanya ke sebuah kursi, tempat Elora duduk dengan hati yang berdebar-debar. Keheningan itu semakin lama semakin berat, dan meskipun Elora berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya, kenyataannya adalah bahwa ia merasa lebih terjebak daripada sebelumnya.
Beberapa pria mulai mendekat, dan pandangan mereka membuat Elora semakin merasa cemas. Ia tahu apa yang akan terjadi malam ini. Ia tahu apa yang dimaksud dengan pekerjaan yang akan dilakoninya, meskipun baru kali pertama ia benar-benar berada di tengah-tengahnya. Sebuah suara memanggilnya, dan wanita itu mengisyaratkan agar ia berdiri.
"Ini adalah langkah pertama," kata wanita itu, "Jangan khawatir. Kamu akan terbiasa."
Dengan penuh ketegangan, Elora berjalan mengikuti wanita itu, yang tampaknya lebih tenang dari dirinya. Mereka menuju ke ruang belakang, tempat di mana klien-klien menunggu. Wanita itu membukakan pintu, dan di dalam, ada beberapa pria yang sudah menunggu. Mereka tidak terlalu muda, namun sikap mereka menunjukkan bahwa mereka sudah terbiasa berada di tempat seperti ini.
“Mulai malam ini, kamu akan melayani mereka,” kata wanita itu, berbicara dengan tenang namun jelas. "Tapi ingat, jangan biarkan mereka mengendalikanmu. Ini adalah pekerjaan, Elora, bukan tentang emosi. Jangan terjebak."
Wanita itu kemudian meninggalkan Elora, memberi kesempatan untuk berbicara dengan para pria itu. Saat pertama kali seorang pria duduk di depan Elora, pandangannya tidak bisa Elora hindari. Ada semacam kegelisahan dalam dirinya, namun di saat yang sama, ia tahu bahwa ia tidak bisa mundur. Pekerjaan ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan uang yang cukup untuk ayahnya.
Pria pertama itu tersenyum lebar, dan Elora merasakan matanya mengamati tubuhnya dengan tajam. Di dalam hati, ia berusaha untuk tidak merasa terganggu, berusaha untuk menjaga kendali. Tubuhnya, yang dulu hanya digunakan untuk bekerja keras di sawah, kini harus belajar untuk memberikan lebih dari itu. Ia tahu ini adalah bagian dari proses. Tidak ada jalan lain.
Begitu pria itu mendekat, Elora menutup matanya sejenak. Rasa takut dan cemas itu semakin menguat, tetapi ia memaksakan dirinya untuk tetap tenang. Dalam sekejap, ia merasa tangannya diraih, dan tubuhnya ditarik ke dalam dekapan pria tersebut. Bau alkohol menyengat dari napasnya.
Elora menundukkan kepala, mencoba mengalihkan perhatian. Ia tahu ia harus melakukan ini agar tetap bertahan, agar bisa mengumpulkan uang dan mengirimkan pengobatan yang dibutuhkan ayahnya. Seiring pria itu mulai meraba tubuhnya, Elora merasakan ketegangan yang tidak bisa dihindari. Meskipun ia mencoba menenangkan diri, pikirannya terus berputar pada satu hal—apakah ini adalah takdirnya? Apakah ia akan terus seperti ini?
Seiring waktu, Elora mulai terbiasa. Hari demi hari, klien datang silih berganti. Beberapa dari mereka kasar, beberapa lebih lembut, namun semuanya memiliki satu tujuan yang sama—memuaskan hasrat mereka. Pada awalnya, ia merasa hampa, namun semakin ia terlibat, semakin ia menyadari bahwa dunia ini adalah dunia yang memanfaatkan tubuh untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Namun, setiap malamnya, Elora terus merenung. Apakah ia bisa terus menjalani hidup ini? Apakah ia akan terperangkap dalam rutinitas yang terus mengubah dirinya, yang perlahan mengikis bagian dari jiwanya yang dulu kuat? Tapi, sekali lagi, ia tahu bahwa ia tidak punya pilihan lain.
Satu-satunya yang ia miliki saat ini adalah tubuhnya, dan dunia ini, yang penuh dengan kegelapan dan godaan, tampaknya adalah satu-satunya tempat yang memberinya kesempatan.
Malam itu, Elora dan Arman berjalan pulang dengan langkah pelan. Tidak ada kata yang diucapkan di antara mereka. Elora masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. Konfrontasi dengan Madam terasa seperti membuka luka lama, tetapi juga seperti langkah pertama menuju kebebasan yang sebenarnya.Sesampainya di apartemen, Elora langsung duduk di sofa, tubuhnya terasa lemas. Arman duduk di sebelahnya, diam-diam memperhatikan wajah Elora yang terlihat lelah.“Kamu baik-baik saja?” tanya Arman akhirnya, suaranya lembut namun penuh perhatian.Elora mengangguk pelan, tetapi matanya tetap kosong. “Aku tidak tahu. Aku lega karena aku akhirnya berbicara langsung dengannya. Tapi aku juga takut, Arman. Kata-katanya… aku tahu dia tidak akan membiarkan ini begitu saja.”Arman meraih tangan Elora, menggenggamnya erat. “Aku ada di sini. Apapun yang dia rencanakan, kita akan hadapi bersama. Kamu tidak perlu merasa sendirian lagi.”Mata Elora mulai berkaca-kaca, tetapi ia menahan air matanya. “Terima kasi
Malam itu berlalu dalam ketegangan yang tidak mudah hilang. Setelah pria itu pergi, Arman membawa Elora masuk ke dalam apartemen, menutup pintu dengan tegas dan memeriksa semua pengunci. Ia tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, hanya berdiri diam, punggungnya menghadap Elora, seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.“Elora,” akhirnya ia berkata, suaranya rendah dan tegas, “kita harus mengambil langkah lebih besar. Ini bukan hanya tentang meninggalkan masa lalu; ini tentang memastikan masa depanmu aman.”Elora menatapnya, wajahnya memancarkan kebingungan. “Langkah lebih besar? Apa maksudmu, Arman?”Arman menoleh, mata cokelatnya yang hangat kini dipenuhi kekhawatiran. “Madam bukan orang sembarangan. Dia punya koneksi, orang-orang yang siap melakukan apa saja untuk menuruti perintahnya. Kalau kita terus seperti ini—hanya bertahan dan menunggu mereka pergi—aku takut situasi akan semakin buruk. Kita harus melawan, atau setidaknya memutuskan hubunganmu dengan mereka secara resm
Hari-hari berikutnya penuh dengan gejolak dalam hati Elora. Meskipun ia merasa semakin jauh dari dunia lama yang begitu kelam, bayang-bayangnya terus menghantui setiap langkahnya. Setiap panggilan, setiap pesan yang datang dari masa lalunya, membuatnya terombang-ambing antara harapan dan ketakutan. Tapi Arman, yang selalu hadir di sisi Elora, menjadi satu-satunya alasan ia bisa terus bertahan.Suatu pagi, Elora duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Pekerjaan baru yang ia coba jalani—sebagai kasir di sebuah toko buku kecil—belum cukup menghilangkan rasa kosong yang terkadang menghantui. Keputusannya untuk meninggalkan dunia malam terasa benar, tetapi kenyataan itu sulit diterima sepenuhnya. Ia merasa seperti perempuan yang terlahir kembali, tetapi tidak tahu bagaimana cara hidup dalam dunia yang baru.Arman datang, duduk di sampingnya dengan senyuman lembut, mencoba memberi ketenangan. "Gimana hari pertama di pekerjaan baru? Ada yang sulit?" tanya Arman, mat
Part 19Hari-hari setelah kejadian itu terasa lebih berat bagi Elora. Meski Arman selalu ada untuknya, dunia yang terus berputar di sekitar kehidupannya sebagai pekerja seks komersial tidak bisa begitu saja ia lupakan. Setiap malam, saat ia melangkah ke ruang itu, ia merasa ada beban yang lebih besar yang harus ia pikul—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Arman yang kini semakin terlibat dalam hidupnya. Ia merasa terperangkap dalam dua dunia yang saling bertentangan, dan meskipun ia mencoba untuk menolak kenyataan itu, ia tahu ia tidak bisa lari darinya.Suatu malam, setelah bekerja, Elora pulang dengan langkah lesu, merasa kelelahan fisik dan mental. Saat pintu apartemennya terbuka, ia mendapati Arman sudah menunggunya, duduk di sofa dengan ekspresi khawatir. Matanya menatap Elora dengan penuh perhatian, seolah-olah ingin mengetahui apa yang telah terjadi padanya malam ini.Elora melepaskan tasnya dengan terburu-buru, lalu duduk di samping Arman, menggenggam erat tan
Part 18Hari-hari setelah percakapan itu terasa berbeda bagi Elora dan Arman. Meskipun mereka belum sepenuhnya mengerti ke mana arah hubungan mereka, ada perasaan yang semakin kuat dan lebih mendalam di antara mereka. Elora merasa seolah-olah untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar melihat dirinya—selain tubuh yang sering digunakan dan dilihat hanya sebagai objek. Arman, di sisi lain, merasa semakin terikat padanya, meskipun dalam hatinya masih ada keraguan akan masa depan mereka. Mereka berdua tahu bahwa hidup mereka dipenuhi dengan tantangan, tetapi ada sesuatu yang mengikat mereka untuk terus berjalan bersama.Namun, meskipun kedekatan itu semakin nyata, dunia tempat Elora bekerja tidak bisa dihindari begitu saja. Malam-malamnya masih dipenuhi dengan klien yang datang dan pergi, dan meskipun ada Arman di sisinya, Elora tak bisa sepenuhnya melupakan apa yang terjadi setiap malam. Ia merasakan perasaan yang campur aduk—antara rasa bersalah, marah pada dirinya sendiri, n
Part 17Beberapa minggu berlalu, dan kehidupan Elora dan Arman mulai terbentuk dalam pola yang tidak lagi sepenuhnya dipenuhi dengan keraguan. Meskipun mereka belum sepenuhnya mengerti bagaimana hubungan ini akan berkembang, keduanya mulai merasa bahwa mereka saling melengkapi dalam cara yang tak terduga. Tidak ada kepastian tentang masa depan mereka, tetapi ada ketenangan dalam kebersamaan yang tumbuh di antara mereka, meskipun di dunia yang penuh dengan bayang-bayang.Elora kini lebih sering menghabiskan waktu di luar tempat kerjanya, mencoba mencari ruang untuk dirinya sendiri. Keberadaan Arman membuatnya merasa seolah ada harapan, sebuah rasa aman yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Namun, ada saat-saat di mana ia merasa takut, terjebak dalam bayangan masa lalunya yang kelam. Semua keputusan yang ia buat, termasuk menerima hubungan ini, selalu datang dengan rasa takut akan kehilangan kendali atas hidupnya.Arman, di sisi lain, semakin tenggelam dalam perasaan yang tak dapat ia
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments