Share

Part 5

Penulis: chocochips
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 06:48:40

Part 5

Hari-hari setelah keputusan itu terasa seperti beban yang semakin berat bagi Elora. Meskipun ia merasa ada secercah harapan di depan, kenyataannya dunia ini tak mudah untuk dilepaskan. Setiap malam, saat ia melangkah kembali ke dalam klub itu, ia merasa semakin terperangkap dalam permainan yang lebih besar dari dirinya. Meskipun Arman memberi janji akan ada jalan keluar, Elora tahu bahwa ia harus bertindak dengan hati-hati.

Semakin ia mendalami peranannya di dunia ini, semakin ia menyadari betapa kelamnya dunia yang telah mengurungnya. Madam, yang dulu tampaknya menjadi sosok yang memberi arahan, kini tampak lebih terisolasi dari Elora. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin retak. Madam lebih banyak menghabiskan waktu di balik layar, mengatur segala sesuatunya tanpa memberikan banyak perhatian pada Elora. Ia seperti tak ingin Elora terlalu dekat dengannya, atau bahkan mengetahui lebih banyak.

Namun, Elora tak bisa lagi terjebak dalam ketidakpastian. Ia tahu bahwa ia harus mengambil langkah lebih jauh, meskipun itu berarti berhadapan dengan risiko yang jauh lebih besar. Rencana yang dibicarakan Arman mulai membentuk gambaran yang lebih jelas di benaknya. Ia harus menggali lebih dalam, menemukan cara untuk membuka mata orang-orang di sekitar, menggoyahkan fondasi dunia yang sudah lama berdiri ini.

Malam itu, setelah satu sesi pelayanan, Elora dipanggil oleh Madam. Dengan perasaan was-was, Elora berjalan memasuki ruang pribadi yang sudah familiar baginya, sebuah ruang dengan lampu temaram dan atmosfer yang terasa berat. Madam duduk di kursi besar, memandang Elora dengan tatapan yang sulit dibaca.

“Kamu sudah mulai menunjukkan perubahan, Elora,” kata Madam dengan suara yang tenang namun penuh makna. “Aku bisa melihatnya. Tapi kamu harus ingat, dunia ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Kamu harus tahu tempatmu.”

Elora menelan ludah, merasakan ketegangan yang semakin memuncak. “Apa maksudmu?” tanyanya, berusaha mengendalikan ketakutannya.

Madam tersenyum tipis, seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Elora. “Kamu pikir bisa keluar dari sini begitu saja? Tidak ada yang mudah dalam dunia ini. Kamu harus berhati-hati. Kalau kamu terus menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok, kamu bisa jadi ancaman.”

Perkataan Madam seperti petir yang menyambar, menambah beban dalam pikiran Elora. Jika ia terus maju, jika ia melawan sistem ini terlalu terang-terangan, apa yang akan terjadi pada dirinya? Apa yang akan terjadi pada orang-orang yang terlibat dalam kehidupan malam ini? Elora merasa keringat dingin mulai membasahi tengkuknya.

“Apa yang harus saya lakukan?” tanya Elora dengan suara hampir tak terdengar.

Madam berdiri dan mendekat, menatap Elora dalam-dalam. “Cobalah untuk tidak terlalu melawan. Jangan terjebak dalam perlawanan yang tidak perlu. Aku bisa membantu kamu, Elora. Aku bisa memberimu jalan keluar, tetapi kamu harus bisa mengendalikan dirimu.”

Tapi kata-kata itu tak mampu menenangkan Elora. Ia merasa seperti terpojok, seolah-olah dunia ini tak memberinya pilihan selain menyerah atau terus terperangkap. Madam yang dulu tampak seperti pembimbing kini hanya memberi ancaman yang tak jelas, dan Elora merasa semakin bingung dengan arah hidupnya.

Pada malam yang sama, Elora kembali bertemu dengan Arman. Mereka berdua bersembunyi di balik pintu kecil yang terletak di sudut klub, jauh dari mata-mata yang mungkin mengintip. Arman menatap Elora dengan ekspresi serius.

“Ada sesuatu yang tidak beres dengan Madam,” kata Elora, masih terguncang dengan pertemuan tadi. “Dia mengancamku. Aku merasa semakin terperangkap.”

Arman menghela napas, seolah sudah menduga bahwa pertemuan dengan Madam akan berakhir seperti ini. “Madam bukan orang yang bisa kamu percayai sepenuhnya, Elora. Dia hanya ingin mempertahankan kendali atas dunia ini. Itu sebabnya dia ingin kamu tetap di sini, tetap menjadi bagian dari sistem. Jika kamu ingin keluar, kamu harus melakukannya dengan cara yang berbeda.”

“Cara yang berbeda?” Elora bertanya, merasa semakin kebingungan. “Apa maksudmu?”

“Madam ingin melihat apakah kamu benar-benar bisa keluar atau tidak,” jawab Arman. “Dia memberimu pilihan, tapi hanya untuk mengujimu. Sementara itu, aku dan orang yang aku wakili akan memberimu kesempatan yang nyata. Tapi kamu harus berpikir lebih cepat, lebih cerdas.”

Elora menatap Arman dengan mata penuh harapan dan kekhawatiran. “Tapi apa yang saya harus lakukan? Bagaimana saya bisa keluar dari sini tanpa menghancurkan semuanya?”

Arman menatapnya dengan penuh keyakinan. “Kamu harus menghadapinya dengan cara yang tak terduga. Menggoyahkan sistem ini bukan hanya tentang melawan. Itu tentang mengetahui apa yang harus diungkapkan dan kapan. Kadang, untuk keluar dari dunia seperti ini, kamu harus bisa bermain di dalamnya.”

Elora merasa semakin berat dengan keputusan yang harus diambilnya. Dunia ini sudah mengurungnya begitu lama, dan semakin ia berusaha untuk melawan, semakin dalam ia terjebak. Namun, Arman memberi janji—sebuah harapan yang mungkin tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Dengan langkah yang lebih mantap, Elora memutuskan untuk melanjutkan apa yang sudah ia mulai. Ia tak bisa mundur. Jika ia ingin bebas, ia harus bertindak dengan hati-hati, namun penuh keyakinan. Dunia ini mungkin bisa mengubahnya, tetapi ia juga bisa mengubah dunia ini dengan caranya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 22

    Malam itu, Elora dan Arman berjalan pulang dengan langkah pelan. Tidak ada kata yang diucapkan di antara mereka. Elora masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. Konfrontasi dengan Madam terasa seperti membuka luka lama, tetapi juga seperti langkah pertama menuju kebebasan yang sebenarnya.Sesampainya di apartemen, Elora langsung duduk di sofa, tubuhnya terasa lemas. Arman duduk di sebelahnya, diam-diam memperhatikan wajah Elora yang terlihat lelah.“Kamu baik-baik saja?” tanya Arman akhirnya, suaranya lembut namun penuh perhatian.Elora mengangguk pelan, tetapi matanya tetap kosong. “Aku tidak tahu. Aku lega karena aku akhirnya berbicara langsung dengannya. Tapi aku juga takut, Arman. Kata-katanya… aku tahu dia tidak akan membiarkan ini begitu saja.”Arman meraih tangan Elora, menggenggamnya erat. “Aku ada di sini. Apapun yang dia rencanakan, kita akan hadapi bersama. Kamu tidak perlu merasa sendirian lagi.”Mata Elora mulai berkaca-kaca, tetapi ia menahan air matanya. “Terima kasi

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 21

    Malam itu berlalu dalam ketegangan yang tidak mudah hilang. Setelah pria itu pergi, Arman membawa Elora masuk ke dalam apartemen, menutup pintu dengan tegas dan memeriksa semua pengunci. Ia tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat, hanya berdiri diam, punggungnya menghadap Elora, seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.“Elora,” akhirnya ia berkata, suaranya rendah dan tegas, “kita harus mengambil langkah lebih besar. Ini bukan hanya tentang meninggalkan masa lalu; ini tentang memastikan masa depanmu aman.”Elora menatapnya, wajahnya memancarkan kebingungan. “Langkah lebih besar? Apa maksudmu, Arman?”Arman menoleh, mata cokelatnya yang hangat kini dipenuhi kekhawatiran. “Madam bukan orang sembarangan. Dia punya koneksi, orang-orang yang siap melakukan apa saja untuk menuruti perintahnya. Kalau kita terus seperti ini—hanya bertahan dan menunggu mereka pergi—aku takut situasi akan semakin buruk. Kita harus melawan, atau setidaknya memutuskan hubunganmu dengan mereka secara resm

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 20

    Hari-hari berikutnya penuh dengan gejolak dalam hati Elora. Meskipun ia merasa semakin jauh dari dunia lama yang begitu kelam, bayang-bayangnya terus menghantui setiap langkahnya. Setiap panggilan, setiap pesan yang datang dari masa lalunya, membuatnya terombang-ambing antara harapan dan ketakutan. Tapi Arman, yang selalu hadir di sisi Elora, menjadi satu-satunya alasan ia bisa terus bertahan.Suatu pagi, Elora duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Pekerjaan baru yang ia coba jalani—sebagai kasir di sebuah toko buku kecil—belum cukup menghilangkan rasa kosong yang terkadang menghantui. Keputusannya untuk meninggalkan dunia malam terasa benar, tetapi kenyataan itu sulit diterima sepenuhnya. Ia merasa seperti perempuan yang terlahir kembali, tetapi tidak tahu bagaimana cara hidup dalam dunia yang baru.Arman datang, duduk di sampingnya dengan senyuman lembut, mencoba memberi ketenangan. "Gimana hari pertama di pekerjaan baru? Ada yang sulit?" tanya Arman, mat

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 19

    Part 19Hari-hari setelah kejadian itu terasa lebih berat bagi Elora. Meski Arman selalu ada untuknya, dunia yang terus berputar di sekitar kehidupannya sebagai pekerja seks komersial tidak bisa begitu saja ia lupakan. Setiap malam, saat ia melangkah ke ruang itu, ia merasa ada beban yang lebih besar yang harus ia pikul—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Arman yang kini semakin terlibat dalam hidupnya. Ia merasa terperangkap dalam dua dunia yang saling bertentangan, dan meskipun ia mencoba untuk menolak kenyataan itu, ia tahu ia tidak bisa lari darinya.Suatu malam, setelah bekerja, Elora pulang dengan langkah lesu, merasa kelelahan fisik dan mental. Saat pintu apartemennya terbuka, ia mendapati Arman sudah menunggunya, duduk di sofa dengan ekspresi khawatir. Matanya menatap Elora dengan penuh perhatian, seolah-olah ingin mengetahui apa yang telah terjadi padanya malam ini.Elora melepaskan tasnya dengan terburu-buru, lalu duduk di samping Arman, menggenggam erat tan

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 18

    Part 18Hari-hari setelah percakapan itu terasa berbeda bagi Elora dan Arman. Meskipun mereka belum sepenuhnya mengerti ke mana arah hubungan mereka, ada perasaan yang semakin kuat dan lebih mendalam di antara mereka. Elora merasa seolah-olah untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar melihat dirinya—selain tubuh yang sering digunakan dan dilihat hanya sebagai objek. Arman, di sisi lain, merasa semakin terikat padanya, meskipun dalam hatinya masih ada keraguan akan masa depan mereka. Mereka berdua tahu bahwa hidup mereka dipenuhi dengan tantangan, tetapi ada sesuatu yang mengikat mereka untuk terus berjalan bersama.Namun, meskipun kedekatan itu semakin nyata, dunia tempat Elora bekerja tidak bisa dihindari begitu saja. Malam-malamnya masih dipenuhi dengan klien yang datang dan pergi, dan meskipun ada Arman di sisinya, Elora tak bisa sepenuhnya melupakan apa yang terjadi setiap malam. Ia merasakan perasaan yang campur aduk—antara rasa bersalah, marah pada dirinya sendiri, n

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 17

    Part 17Beberapa minggu berlalu, dan kehidupan Elora dan Arman mulai terbentuk dalam pola yang tidak lagi sepenuhnya dipenuhi dengan keraguan. Meskipun mereka belum sepenuhnya mengerti bagaimana hubungan ini akan berkembang, keduanya mulai merasa bahwa mereka saling melengkapi dalam cara yang tak terduga. Tidak ada kepastian tentang masa depan mereka, tetapi ada ketenangan dalam kebersamaan yang tumbuh di antara mereka, meskipun di dunia yang penuh dengan bayang-bayang.Elora kini lebih sering menghabiskan waktu di luar tempat kerjanya, mencoba mencari ruang untuk dirinya sendiri. Keberadaan Arman membuatnya merasa seolah ada harapan, sebuah rasa aman yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Namun, ada saat-saat di mana ia merasa takut, terjebak dalam bayangan masa lalunya yang kelam. Semua keputusan yang ia buat, termasuk menerima hubungan ini, selalu datang dengan rasa takut akan kehilangan kendali atas hidupnya.Arman, di sisi lain, semakin tenggelam dalam perasaan yang tak dapat ia

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 16

    Part 16Hari-hari setelah itu terasa seperti perjalanan yang penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Meskipun Elora dan Arman berusaha untuk melanjutkan hidup mereka, setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih berat. Mereka berdua tahu bahwa ada banyak hal yang belum mereka pahami tentang satu sama lain, namun di tengah kebingungan itu, ada satu hal yang jelas—hubungan mereka telah berubah. Entah itu menjadi lebih kuat atau lebih rapuh, hanya waktu yang akan menjawabnya.Di siang hari, Elora mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, berusaha menenggelamkan diri dalam rutinitas yang biasa ia jalani. Namun, pikirannya selalu kembali pada Arman. Setiap kali ia melihat pria itu, ia merasa seolah ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa nyaman yang aneh setiap kali mereka berbicara, namun juga ada ketegangan yang terus menguar di udara di antara mereka.Sementara itu, Arman juga berjuang dengan perasaannya sendiri. Ia tidak bisa membohongi dirinya bahwa ia me

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 15

    Part 15Keesokan harinya, Elora terbangun dengan kepala yang berat dan perasaan campur aduk. Cahaya pagi yang masuk melalui jendela kecil ruangan tempat ia tidur terasa begitu asing. Matanya terpejam beberapa saat, mencoba mengingat apa yang telah terjadi. Segera, ingatan itu kembali—momen yang hangat, yang penuh dengan ketegangan dan perasaan yang tak terucapkan. Dan di balik semuanya, ada satu hal yang mengganggu pikirannya: apa arti dari malam itu?Ia bangkit dari tempat tidur, perlahan. Tubuhnya terasa letih, namun pikirannya lebih lelah daripada itu. Ada pertanyaan yang menghinggapi benaknya—apakah ia melakukan hal yang benar? Apa yang sebenarnya ia cari dalam hubungan ini dengan Arman?Sementara itu, di luar, suara kehidupan kota sudah mulai kembali. Orang-orang sibuk dengan rutinitas mereka, dan Elora tahu bahwa hidupnya tidak bisa berhenti begitu saja hanya karena kejadian semalam. Namun, ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang telah berubah dalam dirinya. Meskipun ia berusaha

  • Sang Kupu-Kupu Malam   Part 14

    Part 14Malam itu terasa panjang, penuh dengan keheningan yang dipenuhi dengan ketegangan. Elora dan Arman berjalan keluar dari rumah Madam setelah percakapan yang penuh tekanan. Di luar, udara malam terasa dingin, tetapi keduanya merasa lebih terperangkap oleh perasaan mereka yang bertabrakan di dalam hati. Mereka tidak mengatakan apa-apa saat berjalan, hanya mendengarkan suara langkah kaki mereka yang bergema di jalan sepi.Suasana di sekitar mereka begitu hampa, seperti mereka berjalan di tengah kekosongan yang tak terucapkan. Elora bisa merasakan ketegangan di udara. Arman tampaknya tidak jauh berbeda. Ia berjalan dengan kepala tertunduk, meski matanya sesekali menatap ke arah Elora.“Kenapa kamu tidak berkata apa-apa?” tanya Elora, suaranya pelan, seperti mencoba memecah keheningan yang menekan.Arman berhenti sejenak, memutar tubuhnya menghadap Elora. “Aku… aku hanya bingung, Elora. Semua ini begitu cepat, dan aku tidak tahu harus bagaimana. Aku ingin melindungimu, tapi aku juga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status