Share

Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda
Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda
Author: Rednis

1. Akhir Hayat

Author: Rednis
last update Last Updated: 2023-12-25 19:01:27

Senandung Jazz mengalun menemaniku berkendara di bawah bulan purnama. Jariku mengetuk setir mobil mengikuti tempo. Sesekali aku ikut bernyanyi dengan menjiwai seolah aku penyanyi terkenal yang sedang berduet dengan penyanyi Jazz berbakat, meski aku tahu betul nada tinggiku lebih cocok untuk mengusir rakun liar dibanding didengar orang-orang.

Aku tidak peduli, yang penting aku bisa menunjukkan suasana hati yang sedang kurasakan kini. Radio mobil aku kencangkan hingga mengalahkan rintik hujan yang mengetuk semua bagian sisi mobil. Kilatan petir juga tak aku hiraukan. Aku terlalu bahagia, tidak seperti cuaca sendu di malam ini.

Aku baru saja memenangkan Grand Wills Award. Acara bergengsi untuk para penulis yang sudah cukup lama menggeluti bidang kepenulisan sepertiku.

(“Sudah kita dengarkan bersama perhelatan Grand Wills Award yang banyak dinantikan oleh penulis dan jurnalistik.”)

Senyum terukir di wajah ketika aku mendengar pembawa siaran sedang mengulas kembali acara beberapa jam yang lalu.

(“Ada yang menarik. Kita mendapatkan nama baru untuk pemenang Best Book of The Year, yaitu Jovian Timothy Ray atau nama penanya J.T Ray dengan buku berjudul “Ethereal Redemption: Leo’s Pursuit of Justice.” Sebuah cerita fantasi yang melegenda dan berhasil membuat para pembacanya terlena dengan alur cerita yang menarik. Menggambarkan perjalanan Leo dalam mencari keadilan dengan nuansa gaib, mencerminkan upayanya untuk mendapatkan kembali hak-haknya dan memperbaiki kesalahan yang terjadi dalam hidupnya.”)

Aku tersenyum semakin lebar saat penyiar mempromosikan buku juaraku. Aku menoleh ke belakang sekilas ketika lampu merah. Tumpukan bunga dan hadiah-hadiah dalam bungkus kado. Beberapa mainan plastik kucing ditunjukkan untuk tiga anak kembarku.

Aku meraih  mainan plastik tiga kucing yang bergandengan tangan. Mainan ini cukup kecil, seukuran genggaman tanganku. Tapi tampak menarik karena ketiganya bisa melepas gandengan tangan dan bisa memasangkannya kembali.

“Ethan, Nathan, Ryan ulang tahun hari ini. Mereka pasti suka mainan ini,” gumamku seraya menggenggam mainan kucing plastik itu.

Aku tidak menyangka hadiah membanjiri tanganku setelah aku mengatakan di atas podium saat memberikan ucapan terima kasih pada penggemar serta ulang tahun ke-6 anak kembarku. Mereka bertiga pasti bangga memiliki ayah sepertiku.

Penulis fantasi yang namanya tengah naik daun. Ratusan ribu eksemplar buku telah tersebar di penjuru kota dan aku dengar sampai lintas benua.

Oh, aku merasa seperti di atas awan.

Lampu hijau menyala. Aku kembali menancapkan gas. Kali ini aku melajukan mobil lebih cepat agar anak-anakku tidak terlalu lama menunggu. Aku sudah minta pengasuh harian mereka untuk tidak menidurkan mereka di tengah malam ini dulu. Tapi kalau mereka sudah mengantuk, tidak apa.

Jalan kanan-kiriku semakin lengang. Tinggal melewati jembatan yang melintasi sungai, sudah sampai di kawasan rumahku. Aku menekan gas semakin dalam saat melihat jembatan itu.

“Gelap sekali.” Aku baru sadar bahwa lampu jembatan itu mati. Aku hanya mengandalkan lampu mobil saat melintasi jembatan.

Tiba-tiba muncul dari tepi pembatas jembatan seseorang dengan jas hujan hitam dan tudung yang menutup kepala. Sebelum aku sempat menekan klakson, orang itu tiba-tiba melempar sebuah batu dan memecahkan kaca mobil di hadapanku.

Aku spontan membanting setir ke kiri.

Brak!

Pembatas jembatan yang rapuh seketika hancur saat ditabrak oleh mobil dengan laju cepat. Tapi aku masih sempat menginjak rem. Bagian depan mobil condong ke arah sungai yang mengalir deras, bagian belakang melayang-layang menahan bagian depan agar tak jatuh.

Jantungku berpacu cepat. Dadaku naik turun. Aku lepas sabuk pengaman mobil dan bergerak ke kursi bagian belakang dengan sangat hati-hati.

Aku tertegun melihat pelaku yang melempar batu tadi berdiri di belakang mobil. Dia mendorong mobil ke arah sungai.

“Tunggu! Jangan—“

Aku buru-buru berpindah ke bagian belakang. Dan saat membuka pintu belakang, aku terkejut ada orang lain yang menahan pintu itu dari luar dengan jas hujan hitam yang sama. Aku mendorong pintu agar terbuka semakin lebar, namun waktuku tidak banyak.

Byurr!!

Punggungku menabrak bagian kaca mobil depan. Air menghantam masuk dari pintu belakang yang belum tertutup.

Aku tidak sempat mengambil udara. Air sudah menggulung isi mobil dan memaksa semuanya keluar. Aku tidak bisa melihat. Seluruhnya tampak gelap meski sudah coba membuka mata.

Masalah terbesarku, aku tidak bisa berenang.

Seluruh tubuhku terasa sakit. Aku memaksakan diri untuk bergerak ke permukaan dan berusaha mengambil beberapa napas di tengah-tengah aliran sungai yang deras. Tapi tubuh yang menegang justru terus membawaku turun. Tekanan akibat sungai yang dalam benar-benar menyulitkanku untuk mencapai permukaan.

Tiba-tiba saja kakiku kram. Terlalu sakit untuk digerakkan. Hulu sungai juga masih jauh dari tempatku berada. Aku tidak bisa melakukan apapun selain menahan napas. Berpegang pada sisa-sisa napas yang ada di paru-paru. Aku berusaha menahan napasku selama mungkin sampai ada yang menolongku.

Sampai napas di paru-paru habis, aku tidak menemukan siapapun.

Dada terasa sesak ketika terpaksa menarik napas. Sensasi seperti terbakar kurasakan saat tubuhku terisi oleh air. Semakin aku berontak, semakin kuat tekanan air ini menarikku ke bawah.

Aku tak kuasa menggenggam mainan kucing plastik di tanganku. Aku mulai mengantuk seiring banyaknya air yang masuk.

Apakah ini akhir hayatku?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda   59. Kepergian Mendadak

    Alat navigasi mengarahkanku pada sebuah rumah bercat kuning terang dan berlantai satu. Di depan rumah, terdapat area berumput yang rapi dan terawat dengan baik. Beberapa tanaman hias berwarna-warni diletakkan di sekitar area ini, menambah keindahan dan keceriaan taman. Sebuah jalur setapak kecil yang tersusun dari batu mengarah menuju pintu masuk utama rumah yang diapit oleh dua jendela. Di sekitar pintu masuk, terdapat beberapa pot tanaman yang dipajang dengan apik, memberikan kesan ramah dan menyambut bagi tamu yang datang. Cahaya lampu kecil yang terpasang di dinding atau tiang penyangga atap memberikan penerangan yang cukup pada malam hari.Aku mengirim pesan pada Mariana bahwa aku sudah sampai. Tidak berselang lama, aku melihat sosok wanita dengan pakaian tertutup berupa gaun panjang polos berwarna biru gelap keluar dari pintu. Dia juga tidak menunjukkan wajahnya ketika keluar dari rumah. Dia membuka pintu bagasi yang terletak tepat di samping rumah itu. Aku pun melajukan mobil u

  • Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda   58. Satu Opsi yang Terpilih

    “Tuan dan Nyonya Ray.”Aku melangkah ke keluarga kecil itu. Meskipun sebagian diriku berteriak untuk menghampiri Simon dulu, tidak bisa aku mungkiri bahwa keinginan terbesarku dalam menemui Ethan jauh lebih besar mengambil alih tubuhku.“Iya?” Ethan menoleh padaku. Seketika aku terpaku dengan manik biru lautnya dan matanya yang tampak begitu mengingatkanku akan mata Lindsey. Juga tahi lalat di dekat mata kiri yang menjadi tanda lahirnya. Ini benar Ethan, anak sulungku.“Oh, ya, sayang. Dia juniormu. Mau mewawancaraiku untuk tugas dia,” ucap Beatrice, yang membantuku tersadar dari lamunan singkat.“Benarkah?” Ethan menyunggingkan senyum. “Siapa namamu? Masuk angkatan tahun berapa?”“Marvin Alexander.” Aku ikut tersenyum, sambil mengingat-ingat tahun berapa Marvin baru masuk kuliah. “Saya angkatan tahun 2022.”“Oh, berarti sudah mau tingkat akhir ya,” kata Ethan dengan senyum sedikit memudar. “Silakan, wawancara istri saya,” lanjutnya sambil menggendong putri kecilnya dari pangkuan ibun

  • Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda   57. Pilihan Sulit

    Sangat sulit bagiku untuk menyembunyikan senyum di wajah ketika mendengar dari mulut wanita ini bahwa suaminya bernama Ethan Ray, juga mengira bahwa aku adalah junior dari jurusan yang sama dengannya. Meskipun sama-sama dari bidang pendidikan, tetapi materi yang kami ajari pastinya berbeda. Kimia dan Keolahragaan, jauh berbeda.“Oh, Ethan Ray? Saya pernah mendengar namanya,” ujarku seolah aku mengenalnya—meski aku memang mengenalnya, tetapi aku tidak tahu sosoknya ketika lulus dari universitas dan memiliki keluarga kecil.“Benarkah? Ah, ternyata ucapannya kalau dia terkenal selama di kampus bukanlah bualan,” kata Beatrice sambil tertawa pelan.Aku coba menanggapinya lagi, dengan sedikit kebohongan, “Ya. Namanya pernah saya baca di majalah dinding. Dia pernah berpartisipasi dalam lomba olahraga nasional, kalau tidak salah?”Beatrice mengangguk. “Iya. Dia pernah mewakili universitas di bidang panahan. Tetapi ya ... dia kalah saing dengan Nova of Arts University. Setidaknya dia dapat jua

  • Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda   56. Cucu dan Menantu

    Sebuah gedung satu lantai bercat putih. Kaca besar terpasang di sepanjang dinding sehingga dapat melihat aktivitas di dalamnya. Sebuah papan reklame bergambar kacamata yang di bawahnya terdapat tulisan ‘The Visionary’. Nama yang bagiku unik untuk sebuah toko kacamata.Ini kali kedua aku berkunjung, sedangkan Simon baru pertama kali, sehingga dia berkomentar, “Oh, toko kacamata biasa. Aku kira kau akan diarahkan ke toko kacamata eksklusif khusus keluarga orang kaya.” Begitu katanya ketika kami bertemu di depan pintu masuk setelah memarkirkan mobil masing-masing.“Ini rekomendasi dari Will,” jawabku sambil mengangkat bahu.Simon sedikit memiringkan kepala, untuk melihat ke mobil sedan hitam terparkir tak jauh di belakangku. “Will tidak ikut?”Aku menggeleng sambil melangkah masuk melewati pintu. “Sepertinya dia masih kesal. Selama di perjalanan tadi, kami diam saja. Dia juga menjawab singkat pertanyaanku. Seperti masih segan untuk mengobrol denganku.”Simon yang berjalan di sampingku cu

  • Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda   55. Rencana B

    Aku mendapat izin untuk menginap di ruangan Philip. Dalam keheningan malam yang terhampar di ruang rawat inap VIP ini, sentuhan musim gugur menyelimuti udara dengan kelembutan yang menenangkan. Cahaya bulan temaram memancar masuk melalui jendela besar, memperlihatkan bayangan lembut yang menari-nari di dinding kamar. Udara dingin musim gugur memeluk setiap sudut ruangan, menciptakan suasana yang cocok untuk merenung atau bersantai.Di pojok ruangan, lampu meja yang redup memancarkan cahaya keemasan, menyoroti kertas-kertas yang tersebar di atas meja kayu yang elegan. Aroma wangi dari lilin aroma terapi bergaung di udara, menciptakan suasana relaksasi yang sempurna. Di sofa panjang yang empuk, aku bergumam sendiri, membiarkan pikiranku melayang-layang ke tempat-tempat yang disebutkan oleh Philip dalam ceritanya. Dengan mata yang terpejam, aku merenungkan betapa jauh perjalanan hidupku telah membawaku, sambil menikmati kedamaian malam yang penuh inspirasi.Sekali lagi aku menjabarkan ru

  • Sang Legenda dalam Takdir Tuan Muda   54. Eksploitasi

    “Habis dari mana, Nak? Kok lama sekali?” Philip langsung bertanya padaku ketika aku baru saja membuka pintu ruangan tempatnya dirawat. Aku menutup pintu dulu sambil berpikir cepat alasan yang tepat dan logis untuk menjawabnya. Jawaban ke toilet tidak mungkin—meski memang itu kenyataannya—karena akan membuatnya semakin heran. Ada toilet di ruangan itu, tetapi aku memilih toilet umum di luar untuk apa? “Bertemu teman.” Hanya itu jawaban yang aku lontarkan ketika aku duduk di kursi sebelah tempat tidurnya. Philip menyunggingkan senyum. “Teman? Siapa? Simon? Avery? Khari? Laura? Oh bukan. Laura ‘kan calon istri masa depanmu.” Dia tertawa pelan di akhir. “Betapa inginnya Papa melihatmu menikahi perempuan idamanmu itu sebelum waktu Papa habis.” Pernyataan tersebut cukup buatku tertawa miris, mengingat aku bukanlah Marvin yang menyimpan rasa pada Laura. Sejujurnya, aku sendiri juga belum tahu akan menikah lagi atau tidak di kehidupan kedua ini. Pasalnya, belum ada yang aku suka—ralat. Ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status