Beranda / Romansa / Sang Luna Terakhir / Bab 4: Menyerah

Share

Bab 4: Menyerah

Penulis: ID Johnson
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:08:22
Ellie

"Baiklah, Ayah. Beri tahu aku tentang sayembara ini," kata Ellie sambil berjalan memasuki kantor yang dipakai bersama dengan ayahnya. Ayahnya sedang duduk di balik mejanya, selembar kertas besar yang dicoreti gambar-gambar terbentang di depannya. Ellie tahu ayahnya lebih suka menuangkan pikiran dengan gambar, daripada tulisan, jadi Ellie berpikir ini pasti gambaran umum untuk sayembara itu.

Wajah Michael berbinar mendengar perkataan Ellie itu. "Benarkah?" tanyanya. "Kau benar-benar ingin mendengarnya?"

"Jangan buat aku meragukannya, Ayah," kata Ellie sambil memberikan tatapan tajam yang selalu dikatakan ayahnya mirip dengan tatapan ibunya, Lilly.

"Tidak, tidak, tentu saja tidak," katanya tergagap ketika Ellie mendekat dan berdiri di sampingnya sembari menunduk agar dia bisa melihat rencana yang sudah disusunnya itu. "Rencananya sangat sederhana. Nanti akan ada tiga perlombaan selama sepekan. Kita akan mengadakan makan malam yang menyenangkan, mungkin satu atau dua pesta dansa--"

"Ayah, aku sudah bilang tidak mau ada pesta dansa," ujar Ellie padanya.

"Bukan pesta dansa. Sekadar kumpul-kumpul. Tidak ada perayaan Dewi Bulan atau semacamnya. Hanya penampilan musik langsung, minum-minum, berdansa, hal semacam itu." Dia menatap Ellie, mata gelapnya melebar dengan riang. Ellie memiringkan kepalanya. "Supaya kau bisa lebih mengenal para pria itu," jelasnya.

"Apa bedanya jika aku lebih mengenal mereka?" tukas Ellie. "Jika aku ditetapkan akan menikahi pemenangnya, tidak ada gunanya bagiku mengetahui minat dan hobi pria itu, bukan?"

"Walaupun Ayah mengerti maksudmu, tidak ada salahnya jika kau sedikit lebih mengenal mereka semua. Terutama karena tujuan kedua kita adalah untuk membentuk persekutuan yang kuat dengan semua kawanan yang ikut berpartisipasi, bukan hanya pemenangnya."

Ellie tidak yakin berpikiran sama. Kebanyakan pria tak bisa menerima kekalahan. Dalam pengalamannya, dan sebagai mantan pelatih, dia sering menemui kejadian itu, kebanyakan pria tidak suka kalah. Dia terpikir ketiga teman mudanya, anak laki-laki yang sudah seperti saudara baginya, dan betapa mereka tak suka kalah dalam hal apa pun. Seth, Hans, dan Cane akan saling menjatuhkan kapan pun ada perdebatan mengenai siapa pemenang sebuah persaingan.

Namun, ayahnya ada benarnya. Jika dia bisa berteman dengan Alpha lainnya, mungkin itu akan memudahkan mereka yang tidak menang. Dia bisa saja menarik hati--bukan? "Baiklah, Ayah. Apa tiga perlombaan itu?" Dia sudah menebak-nebak berdasarkan sketsa ayahnya, namun untuk orang yang lebih suka menggambar daripada menulis, ayahnya tidak begitu pandai menggambar.

"Yang pertama perlombaan lempar kayu klasik," jelas Michael sambil menyeringai lebar. "Perlombaannya cukup sederhana. Masing-masing mereka akan diberi tiga kesempatan untuk mengambil kayu dan melemparkannya melintasi lahan terbuka. Orang yang melempar paling jauh, dialah pemenangnya."

Ellie harus meresapi penjelasan itu sejenak. Bayangan penebang hutan terlintas di pikirannya. "Baiklah," katanya perlahan. "Dan... apakah mereka dapat poin jika jatuh ke tempat lain, atau bagaimana cara penilaiannya?"

"Ayah belum begitu menetapkan aturannya, tapi ya, Ayah rasa begitu. Peringkat pertama akan mendapatkan sejumlah poin, katakanlah sepuluh, peringkat kedua delapan, dan seterusnya, sehingga siapa pun yang memiliki poin terbanyak di akhir sayembara akan berhak meminangmu."

Ellie menyadari detail semacam itu bisa diselesaikan nanti asalkan semua peserta tahu prosesnya akan seperti apa. "Baiklah. Sepertinya perlombaan kedua berpacu, benarkah?"

"Ya!" seru Michael. "Kita akan membuat rute di hutan, dan gampang saja, siapa pun yang lebih dahulu melewati garis finis mendapatkan poin terbanyak."

Seraya mengangguk, Ellie menunjuk ke gambar ketiga. "Lalu apa ini?"

"Perlombaan ketiga adalah pertarungan sederhana. Tapi Ayah rasa semua peserta harus saling melawan satu sama lain. Ayah harus mencari tahu bagaimana susunannya. "

"Dalam sosok manusia?" tanya Ellie.

"Tentu saja. Ayah rasa serigala tidak boleh dilibatkan dalam ketiga perlombaan ini. Pemenangnya adalah orang yang menunjukkan kemampuan rata-rata terbaik dalam ketiga aspek itu dengan sosok manusianya."

Ellie mengangguk. "Aku berharap Ayah bisa memasukkan komponen sepele atau semacam perlombaan keahlian," katanya, menyadari ayahnya memilih suaminya berdasarkan kekuatan besar, kecepatan, dan kemampuan bertarung. Semua hal itu penting sebagai seorang Alpha, tetapi di mata Ellie, ada komponen penting lainnya juga--seperti kecepatan berpikir, kecerdasan, dan kepeduliannya kepada kawanannya.

"Hei, kalau kau ingin menerima keputusan Dewi Bulan, kita bisa menjalankan cara kuno dan mengadakan pesta dansa," kata Michael sambil mengangkat tangan seolah dia menyerah.

"Tidak, tidak, ini tidak masalah." Ellie rela melakukan apa saja agar bisa menghindari skenario Pesta Dansa Dewi Bulan. "Baiklah, Ayah. Selenggarakanlah," katanya, berharap dia tidak terdengar terlalu kalah.

"Ya!" kata Michael sambil mengepalkan tinju. Dia melompat dan mencium kepala Ellie. "Gadis kecil Ayah akan menikah!"

"Jangan terlalu senang dahulu, Ayah. Prosesnya masih panjang sebelum tujuan itu tercapai." Dia menepuk bahu ayahnya dan kemudian berbalik untuk keluar mencari udara segar dan sahabatnya. Shelby harus mendengar kabar ini secepatnya. Jika ada yang bisa memastikan bahwa dia tidak gila mau melakukan ini, orang itu adalah sahabatnya.

Saat dia berjalan keluar pintu, ayahnya mulai menyenandungkan musik pengiring pengantin, dan Ellie tanpa sadar menggelengkan kepala lagi.

Shelby persis berada di tempat yang diduga Ellie, duduk di luar di dek belakang rumah yang dia huni bersama orang tuanya, menyeruput limun dan mengagumi pemandangan hutan. Shelby suka bersantai seperti ini di sore hari, terutama setelah hari yang sangat melelahkan di ruang olahraga. Ellie duduk di sampingnya, menatap pepohonan besar yang berdaun hijau cerah, dan menjelaskan seluruh skenario itu kepada sahabat mungilnya. Shelby mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, hanya menyela untuk sesekali berseru, sampai Ellie selesai bercerita dan berkata, "Bagaimana menurutmu? Apa aku gila menyetujui rencana ini?"

"Tidak!" kata Shelby, kuncir rambut coklatnya berayun-ayun saat dia menggelengkan kepala. "Ini luar biasa! Aku turut berbahagia untukmu!" Dia mengulurkan tangan dan memegang tangan Ellie yang bertumpu pada lengan kursi Adirondack yang dia duduki. "Kau akhirnya akan menemukan Alpha-mu!"

"Kurasa begitu," kata Ellie, tidak yakin. "Aku hanya... aku tidak tahu. Bagaimana kalau dia pria brengsek yang sombong? Kau tahu bagaimana sifat beberapa Alpha ini. "

"Bagaimana jika dia pria idaman berotot besar dan bokong yang luar biasa?" balas Shelby, membuat mereka berdua terkekeh-kekeh. "Aku hanya berharap dia membuatmu setengah bahagia seperti Carl terhadapkku."

Ellie berusaha untuk tidak membiarkan senyumnya memudar saat Shelby menyinggung tentang Carl kesayangannya. Meskipun dia ikut bahagia untuk Shelby dan Carl, Ellie berpikir dia tidak akan pernah menemukan "pasangan yang ditakdirkan" untuknya seperti Omega yang dikatakan Shelby yang telah membuatnya mabuk kepayang. "Siapa tahu, Ellie? Mungkin ini cara Dewi Bulan memastikan kau menemukan pasangan yang ditakdirkan untukmu!" seru Shelby setelah sepuluh menit membahas betapa menakjubkannya Carl.

"Entahlah," kata Ellie sambil mengangkat bahu. "Aku ikut senang untuk kalian. Sungguh. Tapi... kurasa aku tidak punya pasangan yang ditakdirkan, Shelby. Kurasa aku ditakdirkan untuk memimpin kawanan ini, dan itulah takdirku. Bukan cinta. Bukan... semua hal sentimental itu. "

Shelby mengerang dan menggelengkan kepalanya. "Kau salah, Ellie! Tunggu saja dan lihat nanti. Kau bisa memiliki segalanya. Kau bisa menjadi pemimpin kami dan memiliki kekasih hatimu. Aku yakin itu."

Ellie meraih tangan temannya dan meremasnya sambil tersenyum padanya, tetapi dia tidak betul-betul yakin. Bermimpi itu menyenangkan, tetapi menurut pengalaman Ellie, mimpi seperti itu tidak menjadi kenyataan. Dia selalu berlapang dada menerima itu, mengutamakan kawanan dalam hidupnya. Tetapi karena kini dia melihat yang dimiliki Carl dan Shelby, dia mau tak mau bertanya-tanya—apakah ada sesuatu yang lebih?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Luna Terakhir   Bab 20: Obrolan di Hutan

    River'Bajingan itu mengalahkanku.' River duduk di luar di teras belakang kabin tempat dia tinggal, memandang ke arah hutan, menyesap bir, mencoba mencari tahu bagaimana Blade berhasil mengalahkannya. Pasti ada sesuatu yang dia simpan atau ada di sakunya, tetapi River tidak dapat membuktikan apa pun, dan Beta Andrew mengklaim bahwa dia telah memeriksa semuanya dengan cermat sebelum, selama, dan setelah acara, dan tidak menemukan apa pun. Jadi... yang bisa dia lakukan hanyalah berusaha lebih baik lagi di acara berikutnya, yang akan diadakan lusa. Itu adalah perlombaan, dan River tahu dia tangkas. Selama Blade tidak menemukan cara untuk curang, River bisa menang. Jika itu masalahnya, dia setidaknya akan imbang dengan Blade untuk tempat pertama dalam pertarungan.Butuh banyak waktu bagi seseorang untuk mengalahkan River dalam pertarungan satu lawan satu. Blade benar-benar harus melakukan kecurangan untuk melakukannya.Setelah menghabiskan birnya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan

  • Sang Luna Terakhir   Bab 19: Melambungkan Kayu

    Ellie"Ada yang tidak beres," kata Ellie, mencondongkan tubuh ke ayahnya."Apa yang kamu bicarakan?" Michael bertanya, masih bersorak bersama dengan banyak orang pada lemparan luar biasa yang baru saja dilakukan Blade. "Itu adalah lemparan terjauh yang pernah aku lihat.""Ya, itu benar," Ellie setuju. "Sebuah lemparan yang lazim seperti lemparannya yang lain. Dan... dia bertingkah aneh."Michael menatap Ellie penuh tanya dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Sayang, aku tahu dia bukan favoritmu, tetapi jika dia menang, dialah pemenangnya. Kamu setuju untuk mengadakan turnamen ini, ingat? Kamulah yang tidak ingin Moon Goddess memilihkan atau memilih sendiri. Jangan protes sekarang jika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang kamu inginkan.""Protes?" Ellie mengulangi, matanya melebar. Dia tahu arah pembicaraan ayahnya. Ayahnya sama saja berkata, "Aku ingin kamu tahu bahwa aku mungkin tidak terlalu bersungguh-sungguh, tapi aku benar-benar marah kepadamu," nada yang serin

  • Sang Luna Terakhir   Bab 18: Lomba Melempar

    RiverKesombongan Blade memuakkan. Saat River menyaksikan Alpha lainnya menguji berat balok kayu yang akan dia lempar ke tangannya, dia harus berusaha untuk tidak mengejek pria itu. Dia bertindak seolah-olah ada semacam ilmu untuk melakukan hal ini, beberapa teknik yang dia pelajari bertahun-tahun sebagai pelempar kayu ketika semua orang tahu tidak ada satu pun dari peserta turnamen yang memiliki banyak pengalaman dalam urusan melempar kayu melintasi padang rumput terbuka.Blade maju ke garis, dan Beta Andrew berteriak, "Lempar sesuka hati!" sambil berjalan mundur. River menahan tawa. Mereka berusaha sangat keras untuk membuat turnamen ini tampak resmi, seperti Olimpiade untuk siluman serigala, tapi itu semua agak konyol. Ulysses, yang berdiri di sebelah kanan River, kesulitan menahan tawa dan berpura-pura batuk, yang membuatnya tersedak.River memukul punggung Ulysses saat Blade berbalik dan memelototi mereka berdua. "Jangan coba-coba menggangguku!""Maaf," kata River untuk k

  • Sang Luna Terakhir   Bab 17: Turnamen Dimulai

    Ellie"Bagaimana kabarmu, sayang?" Ayahnya memanggil saat Ellie bertemu dengannya di lapangan tempat kontes pertama akan diadakan. Ellie dipenuhi dengan kegembiraan saat ayahnya merangkul lehernya. "Turnamen sebentar lagi dimulai dan akhirnya kamu ada di sini.""Baik, Ayah," katanya, sambil balas memeluk ayahnya. Jelas ayah Ellie bangga dengan turnamen yang dia adakan, dan dia telah melakukan segala sesuatunya dengan baik. Stan-stan dipadati oleh orang-orang yang siap untuk menyaksikan acara pertama, lempar kayu, seperti yang ayah Ellie sebutkan tadi. Sebagian besar dari penonton berasal dari kawanannya sendiri, tetapi Ellie juga melihat wajah-wajah yang tidak asing baginya di antara para tamu. Wajah ibu River menarik perhatiannya. Ellie melambai pada Patricia, yang selalu begitu baik, dan Patricia tersenyum dan balas melambai."Sekarang, aku mempersilakan Beta Andrew menjalankan kontes ini sehingga aku bisa menikmatinya bersama putriku yang cantik," jelas Michael.Di belakang

  • Sang Luna Terakhir   Bab 16: Kecemburuan

    RiverMengetahui bahwa Ellie ke luar untuk berlari bersama Ulysses pagi itu membuatnya merasa sedikit cemburu saat melihat Ellie pulang dari hutan bersama seorang Alpha yang tampan. River berada di lapangan turnamen, bersemangat dan datang awal, mempersiapkan acara pertama kompetisi. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari wanita yang menjadi tuan rumah kontes itu dan dia merasa persiapannya ternyata terasa lebih sulit daripada yang pernah dia pikirkan saat dia pertama kali menyetujui bujukan ibunya untuk mengikuti turnamen ini. Sekarang, melihat wanita jangkung berambut pirang itu dengan anggun berjalan bersama pria lain melintasi lapangan membuat otot-ototnya menegang dan matanya menyipit. Dia harus mengalihkan pandangannya.Padahal itu bisa jadi motivasi yang kuat. Kemenangan selalu menjadi kekuatan penyemangat bagi River, tidak peduli apa pun permainannya. Saat dia bermain kartu dengan teman satu kawanannya, bermain video game dalam tim, atau bermain basket dengan Beta-nya, dia

  • Sang Luna Terakhir   Bab 15: Berjalan-jalan dengan Teman

    Ellie"Apakah lari ini adalah ide darimu?" Ellie bercanda saat dia berjalan bersama Ulysses melewati hutan di pagi hari. Matahari baru saja terbit, dan indah sekali melihat warna-warna langit terpantul dari kilau embun di atas dedaunan musim gugur."Tidak, tidak," kata Ulysses. Mereka berjalan dengan kecepatan yang cukup cepat, tetapi mereka jelas tidak berlari. "Jika aku berlari, lututku akan bengkok, Ellie."Pernyataannya membuat Ellie tertawa. Senang rasanya mendengar Ulysses menyebut namanya seperti itu, seolah-olah mereka adalah teman lama. Sementara Ellie menghargai teman-teman yang dia miliki, "adik laki-lakinya" kadang-kadang agak tidak dewasa, selain itu, Shelby selalu ingin membicarakan Carl. Mengobrol dengan Ulysses terasa menyejukkan, bahkan jika napasnya tidak tersengal-sengal akibat latihan khusus ini, dia bahkan tidak merasa perlu melakukan peregangan setelah selesai."Jadi... apa yang membuatmu memutuskan untuk ikut turnamen gila ini?" Ellie bertanya saat mereka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status