Share

Bab 12

Author: Abimana
Arjuna dengan jelas merasakan tangan Disa sedikit gemetar.

Menoleh, dia melihat butiran keringat di dahi Disa.

Melihat Arjuna menoleh, Disa segera menyesuaikan ekspresinya, berpura-pura berani.

Reaksi Disa membuat Arjuna merasa geli.

"Itu harimau, tidak memalukan kalau kamu takut. Aku juga takut."

Arjuna memegang erat tangan Disa. "Tetap dekat denganku, jangan sok hebat, jangan masuk terlalu dalam. Kita lihat saja sekeliling apakah ada kelinci liar, burung pegar, dan sejenisnya. Setelah berhasil menangkap satu atau dua ekor, kita langsung pulang. Jangan serakah."

Karena ada harimau di Gunung Harimau, orang yang datang hanya sedikit. Arjuna dan Disa dengan cepat memburu tiga burung pegar dan seekor kelinci.

"Siu!"

Keterampilan memanah Disa sangat bagus, dia mendapatkan seekor kelinci lagi.

"Dapat lagi, dapat lagi!" Disa dengan gembira berlari untuk memungut kelinci itu.

"Disa, kembali ...."

"Aum ...."

Suara Arjuna ditutupi oleh auman harimau.

Seekor harimau tiba-tiba melompat keluar di depan mereka. Matanya tertuju pada Arjuna dan Disa.

Disa refleks mengangkat busur yang ada di tangannya.

"Jangan bergerak!" teriak Arjuna kepada Disa.

Rerumputan di belakang harimau itu bergerak.

Setidaknya ada dua ekor harimau di depan mereka, termasuk satu ekor yang mereka lihat sekarang.

"Jangan takut, jangan bergerak." Arjuna menenangkan Disa sambil mengamati kondisi harimau dengan cermat.

Baik dia maupun Disa datang ke Gunung Harimau untuk pertama kalinya, jadi mereka tidak mengetahui situasi di gunung ini. Saat ini, sepertinya mereka telah masuk ke wilayah perburuan harimau.

Untung saja mereka tidak terlalu sial. Perut harimau itu sedikit membuncit, jadi ia bukan harimau yang sedang lapar. Ia seharusnya baru saja makan.

Ia bergegas keluar hanya nalurinya untuk melindungi makanan.

"Disa, lakukan apa yang aku katakan." Arjuna merendahkan suaranya agar tidak membuat harimau kesal. "Turunkan tanganmu, jangan menatapnya, lalu melangkah mundur secara pelan-pelan."

Setelah melarikan diri dari harimau, Arjuna akan membawa Disa segera meninggalkan Gunung Harimau.

Walau ada banyak hewan dan makanan di Gunung Harimau, nyawa mereka lebih penting.

"Kalau aku tidak mendapatkan hewan buruan, maka aku tidak bisa menukar beras di kota. Nanti kamu ...."

Disa terdiam sejenak, lalu dia segera mengusulkan, "Bagaimana kalau aku masuk sendiri ke Gunung Harimau. Langkahku sangat pelan, harimau-harimau itu seharusnya tidak akan menyadari keberadaanku."

"Kembalilah!" Arjuna meraih Disa. "Aku tidak ingin di saat aku baru mengalami transmigrasi, biniku langsung mati satu."

"Transmigrasi? Bini mati satu? Siapa itu bini?" tanya Disa sambil menatap Arjuna dengan penuh tanda tanya.

"Bini itu kamu, transmigrasi adalah .... Aish! Aku jelaskan sekalipun, kamu tidak mengerti. Biar aku yang berpikir saja soal makanan."

Arjuna dan Disa mengelilingi gunung lain beberapa kali. Jangankan hewan, tumbuhan saja sangat sedikit.

Hewan-hewan sudah diburu hingga nyaris punah, sedangkan pohon-pohon besar ditebang dan diangkut ke kota untuk dijual sebagai kayu bakar.

Kemarin mereka hanya makan sedikit, pagi ini mereka melakukan perjalanan jauh. Saat ini mereka tidak hanya lapar, tetapi juga haus.

"Minumlah sedikit air." Disa memberikan air kepada Arjuna.

"Terima kasih!" Tangan Arjuna yang menerima air tiba-tiba membeku di udara.

"Aku belum meminum airnya." Disa mengira Arjuna mempermasalahkan bekas air liurnya.

Arjuna tidak merespons ucapan Disa, tetapi berkata dengan penuh semangat. "Hei! Di mana ada air, di situ ada ikan. Kita bisa menangkap ikan untuk dimakan. Kenapa aku tidak kepikiran? Di mana ada sungai atau danau, Disa?"

Arjuna yang dulu tidak pernah bekerja sejak kecil. Karena itu, dia tidak tahu di mana ada sungai atau danau.

"Ada danau di dekat sini, tapi pegunungan dingin sehingga danaunya membeku," jawab Disa.

"Membeku? Baguslah." Jika tidak membeku, sulit untuk menangkap ikan.

"Di mana? Cepat bawa aku ke sana!"

"Di ...." Disa sontak terdiam. "Kamu makan ikan?"

Bukan hanya Arjuna yang sebelumnya, tetapi Disa dan yang lainnya juga tidak suka makan ikan. Di sepenjuru Kerajaan Bratajaya, hanya orang berkuasa dan para pedagang yang suka makan ikan, tidak dengan rakyat biasa.

Orang zaman itu kekurangan minyak dan garam sehingga ikan tidak bisa digoreng. Biasanya rasa ikan menjadi pahit dan amis jika direbus dengan air biasa. Selain itu juga banyak tulang. Orang-orang lebih pilih makan sayuran liar ketimbang ikan.

"Tentu saja, ikan begitu enak, kenapa tidak?"

Arjuna punya banyak cara untuk memasak ikan dalam benaknya.

Disa benar-benar curiga ada yang salah dengan telinganya selama dua hari terakhir. Jika tidak, mengapa dia selalu mendengar kata-kata aneh dari mulut Arjuna?

Arjuna mengikuti Disa menuju danau.

Orang-orang di tempat ini tidak suka makan ikan sehingga ada banyak ikan di danau. Arjuna membuat lubang di permukaan es, kemudian menangkapnya tanpa menggunakan alat apa pun.

Arjuna menangkap sepuluh ekor ikan. Jika bukan karena sudah tidak bisa membawanya, dia masih ingin menangkap lebih banyak.

Setelah menangkap ikan, Arjuna menemukan tanaman apsintus di sekitar. Dalam kondisi kekurangan minyak dan garam, serta tidak ada jahe, tanaman apsintus adalah bahan ajaib untuk membuat ikan.

Saat mencari tanaman apsintus, Arjuna juga menemukan singkong liar, yaitu singkong inti kuning yang dapat dimakan dan tidak beracun.

Di tempat ini, sebagian besar singkong liar memiliki inti berwarna putih dan beracun sehingga masyarakat setempat tidak memakannya.

Singkong yang dapat dimakan mengandung banyak pati, serta protein, asam amino, vitamin dan gula.

...

Arjuna dan Disa masih jauh dari rumah ketika Daisha menghampiri mereka dengan tertatih-tatih.

Dia bergegas menuju Arjuna, tetapi tiba-tiba berputar ke arah Disa saat dia berjarak dua atau tiga meter dari Arjuna.

Daisha ingin sekali masuk ke dalam pelukan Arjuna, tetapi dia tetap tidak berani dan tidak bisa.

Perubahan dan kelembutan Arjuna adalah hal yang dia impikan, tetapi dia takut semuanya hanya mimpi.

"Kak Disa, kalian pergi ke mana saja?"

Daisha memeluk Disa dengan erat, air mata mengalir di wajahnya. Dia merasa kesal.

Tuhan tahu betapa paniknya Daisha ketika dia bangun dan tidak melihat Arjuna maupun Disa. Arjuna tidak pernah bangun lebih awal darinya. Daisha takut sekali Disa telah membunuh Arjuna tengah malam, lalu membawa pria itu pergi untuk dikubur pada pagi hari.

Arjuna tentu saja tidak tahu apa yang dipikirkan Daisha. Dia pikir Daisha khawatir dirinya menindas Disa.

"Daisha, jangan menangis lagi. Kakakmu baik-baik saja. Selain memegang tangannya saat pergi ke Gunung Harimau, aku tidak melakukan apa pun padanya."

Perspektif wanita terhadap masalah selalu berbeda dengan pria. Fokus Daisha hanya tertuju pada Arjuna yang memegang tangan Disa.

"Kak Disa, Tuan terus memegang tanganmu?" tanya Daisha dengan heran.

Disa, yang memiliki kepribadian galak dan selalu tomboi, tersipu. Dia menjawab dengan tidak jelas.

"Gunung Harimau terlalu berbahaya. Aku tidak tenang, jadi menggandeng tangannya. Ya, 'kan, Disa?"

"Siapa yang membutuhkan perlindunganmu?" Disa menyembunyikan wajahnya, kemudian berlari menuju rumah.

Arjuna terhibur. "Lihat, kakakmu sangat pemalu."

Sesampainya di rumah, Arjuna mengurung kelinci dan burung pegar. Hewan-hewan itu tidak bisa dimakan, jadi akan dijual ke kota untuk mendapatkan uang.

Setelah mengurung kelinci dan burung pegar, Arjuna langsung sibuk lagi.

Dia meminta Daisha pergi ke dapur untuk mengambil talenan, pisau, kemudian baskom berisi air.

Setelah menerimanya dari Daisha, Arjuna pun berjongkok dan mulai bekerja.

Dia membelah perut ikan, membuang empedunya, mengikis sisik, membersihkan isi perut ikan dengan tanaman apsintus, lalu menggunakan kayu bakar yang baru dibawa pulang untuk membakar dan memanggang ikan.

Disa dan Daisha menyaksikan dengan tercengang.

Arjuna bisa membersihkan ikan, gerakannya bahkan begitu terampil.

Apakah ini benar-benar Arjuna yang tidak pernah bekerja dan tidak memiliki pengetahuan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Suroso Kemis
mantap keren
goodnovel comment avatar
Mohammmed Ghufrooon
bagus lanjut
goodnovel comment avatar
King last
Bagus, menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 810

    Hari kedua setelah mereka berhubungan, Arjuna selalu menyuruh Disa meminum sup obat.Dia bilang kegiatan itu paling menguras energi. Orang seperti Disa yang berlatih seni bela diri harus segera mengembalikan energinya. Kalau tidak, akan terluka parah.Ketika meninggalkan ibu kota, Arjuna secara khusus membawa setumpuk ramuan.Disa ... sempat terharu lama."Ah, Arjuna!"Di dalam kereta, ada seekor kucing betina kecil yang marah.Ayumi hanya menoleh ke belakang sekilas, tidak membuat pernyataan apa pun.Dia sudah terbiasa dengan hal itu. Kali ini bukan pertama atau kedua kalinya kedua majikannya bertarung di dalam kereta. Lagi pula tidak peduli seberapa sengit pertarungan di awal, pada akhirnya ...."Ah ....""Cepat ...."Ayumi mengeluarkan dua genggam kapas dari sakunya untuk menyumbat telinganya.Kereta berguncang hebat untuk waktu yang lama sebelum hening.Ayumi menyerahkan dua teko air seperti biasa.Mereka berkeringat begitu banyak, jadi butuh air.Setelah "bertarung", Disa menjadi

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 809

    Selalu ada perpisahan.Ayumi mengangkat cambuk di tangannya, hendak mengemudikan kereta."Ayumi, tunggu sebentar."Nandar menyela, kemudian dia mengeluarkan sebuah pagoda. Pagoda ini berbeda dari yang pernah dilihat Arjuna.Pagoda ini bertatahkan emas dan batu giok.Nandar dengan hati-hati meletakkan pagoda itu di telapak tangan Arjuna, "Suamiku, kelak apa pun yang terjadi, selama kamu mengirim pagoda ini ke Negara Pulantara, seluruh Negara Pulantara akan mendukungmu.""Hal sepenting itu seharusnya bersamamu."Arjuna ingin menolak, tetapi Nandar marah. "Suamiku, kalau kamu tidak menerimanya, artinya kamu tidak menginginkan aku dan anak dalam perutku."Arjuna merasa bahwa semua istrinya memiliki kekurangan yang sama, yaitu keras kepala.Kereta Arjuna telah menempuh perjalanan jauh, tetapi Nandar masih enggan untuk pergi. Dia berdiri di tempat sambil melambaikan tangannya."Suamiku, jangan lupa bahwa kamu memiliki keluarga lain di Negara Pulantara. Di sini ada anakmu dan rakyatmu."Kata-

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 808

    Ada kunang-kunang di Negara Pulantara pada musim ini.Lampu kunang-kunang menerangi seluruh kamar pengantin.Wangi bunga memenuhi ruangan, tirai pun berkibar.Para pelayan pun pergi dari ambang pintu. Nandar berjalan menuju Arjuna tanpa alas kaki selangkah demi selangkah.Saat Arjuna masih linglung, Nandar telah menghampirinya, dengan lembut memegang tangannya, lalu membuka bibir merahnya. "Suamiku, malam pertama sangat penting, jangan sia-siakan waktu yang menyenangkan ini.""Baiklah."Saat ini, tidak peduli siapa orangnya pasti akan menanggapi seperti ini.Arjuna membiarkan Nandar menggandengnya.Setelah mandi, sanggul tinggi di kepala Nandar telah dilepas.Rambut hitamnya berkibar tertiup angin, terus mengenai wajah Arjuna.Wangi yang tak terlukiskan melayang ke hidungnya dari rambut yang lembut itu.Arjuna tak dapat menahan diri untuk tidak menarik napas dalam-dalam.Wangi ini menyerbu setiap bagian tubuhnya. Perlahan, Arjuna merasakan panas yang tak dapat dijelaskan di tubuhnya, m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 807

    Dan semua terjadi begitu saja.Arjuna diseret ke harem oleh sekelompok pelayan, kemudian menggantinya dengan jas pengantin pria khas Negara Pulantara."Hei, gadis-gadis, pelan-pelan." Arjuna berkata dengan tergesa-gesa. "Pernikahan bukanlah lelucon. Aku akan membicarakannya dengan ratu kalian sebelum membuat keputusan menikah."Para pelayan telah berhenti, tetapi Disa mengambil jas pengantin pria dari para pelayan, kemudian langsung memakaikannya pada Arjuna."Bicara apa lagi? Jangan terlalu banyak berpikir. Ratu Nandar sangat lembut dan cantik. Kamu pasti tidak akan rugi kalau menikahinya. Cepat pakai, cepat pakai."Disa tidak bisa mengatasinya sendiri, jadi dia menarik Ayumi.Kedua wanita garang ini bekerja sama, Arjuna tidak punya pilihan selain memakainya.Disa sangat berharap Arjuna segera menikahi Nandar.Nandar cantik dan baik hati, Disa sangat menyukainya. Sebagai ratu Negara Pulantara, Nandar memiliki kekayaan dan pasukan.Meskipun tidak tahu apa gunanya sekarang, Disa merasa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 806

    Melihat Perdana Menteri berlutut, para menteri lainnya pun berlutut."Ratu Nandar!""Hidup Ratu!"Hehe.Arjuna yang melihat dari samping sangat senang.Dia menemani Permaisuri kembali hanya untuk membantunya menyelamatkan orang tuanya. Tak disangka Permaisuri langsung menjadi ratu dari Negara Pulantara.Ketika dia menghadapi para menteri Negara Pulantara, auranya benar-benar berbeda dari sebelumnya, seperti seorang ratu.Permaisuri ... sekarang tidak boleh memanggilnya permaisuri lagi, tetapi harus memanggilnya Ratu Nandar.Tiga hari setelah upacara penobatan Ratu Nandar.Sebagai kontributor utama penobatan ratu, kursi Arjuna tentu saja diatur paling dekat dengan ratu.Upacara penobatan berlangsung megah dan khidmat.Petugas upacara agung berdiri di panggung tinggi, mengumumkan dengan lantang. "Upacara penobatan resmi dimulai!""Woo ....""Woo, woo ...."Pria besar yang berdiri di bawah tembok istana meniup terompet."Moo.""Moo.""Moo."Gajah-gajah yang berbaris dalam satu baris menga

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 805

    "Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!""Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!""Siapa lagi yang ingin menyelamatkan Thura?!"Sang permaisuri bertanya tiga kali berturut-turut.Di aula perjamuan besar, tidak ada yang berani bergerak."Siapa pun ... yang berhasil menyelamatkanku, aku akan menjadikannya sebagai perdana menteri di Negara Pulantara yang dihormati banyak orang."Syarat Thura benar-benar cukup menggoda.Namun aula masih sepi, dan tidak ada yang berani bergegas.Begitu mereka maju, mereka akan langsung menjadi mayat hidup di bawah senjata Permaisuri. Jika kehilangan nyawa, apa gunanya menduduki jabatan perdana menteri?"Siapa ....""Dor, dor, dor!"Begitu Thura berbicara, Permaisuri kembali menembak tangan kirinya."Ah ...."Tangan lainnya hancur. Tidak peduli seberapa kuat mental Thura, dia tidak dapat bertahan lagi. Dia berguling-guling di lantai dan melolong kesakitan.Permaisuri mendekati Thura, membungkuk, lalu melihat kedua telapak tangan Thura yang telah me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status