Share

Sang Menantu Perkasa
Sang Menantu Perkasa
Penulis: Abimana

Bab 1

Penulis: Abimana
"Yang Mulia, kerajaan kita sangat kekurangan laki-laki."

"Sekurang apa?"

"Dari seratus orang, populasi laki-laki kurang dari dua puluh orang. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perempuan dewasa yang bunuh diri karena tidak dinikahi. Kalau hal ini terus berlanjut, fondasi kerajaan mungkin akan tidak stabil."

"Sebarkan perintah ini. Mulai sekarang, setiap wilayah di kerajaan ini akan mengalokasikan pernikahan. Kalau ada orang yang bersedia menikahi lebih dari tiga wanita, dia akan diberi imbalan."

"Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi."

"Dalam tiga tahun, populasi laki-laki di kerajaan ini harus lebih banyak dari perempuan."

...

Arjuna Kusumo bangun karena terganggu oleh suara tangisan.

Matanya terbuka, dia pun mendapati dirinya berada di sebuah rumah asing.

Di sebelah Arjuna terdapat seorang wanita muda yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya.

"Jangan menangis lagi, berisik sekali!"

Mendengar suara Arjuna, wanita itu segera menyeka air matanya sebelum menoleh. "Anda sudah bangun, Tuan?"

Arjuna mengangkat kepalanya, menatap wanita itu.

Rambut wanita itu hitam legam, kulitnya mulus, matanya yang indah basah, berputar dengan gelisah. Gerak-geriknya penuh dengan kelembutan.

Pakaian linen yang kasar tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuhnya yang indah.

Sial!

Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah.

Sepanjang hidupnya, dia belum pernah melihat wanita yang begitu lembut nan cantik.

"Nona, kamu ...."

Melihat Arjuna menatapnya dengan lekat, rona merah pun muncul di wajah jelita wanita tersebut.

Namun, ada juga ketakutan dalam ekspresi wanita itu.

"Saya akan pergi mengambil air."

Usai berbicara, wanita itu berdiri, membuka tirai pintu, kemudian berlari keluar.

Melihat tirai pintu yang berkibar, Arjuna baru sadar.

Arjuna mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu dia menemukan bahwa bukan hanya tirai pintu yang compang-camping, tetapi seluruh rumah ini.

Di mana dia berada?

Ingatan yang asing dan berantakan muncul kembali.

Dia telah mengalami transmigrasi zaman.

Menjadi pria yang memiliki nama sama persis dengan dirinya.

Tempat ini disebut Kerajaan Bratajaya, sebuah kerajaan yang tidak dapat ditemukan dalam buku sejarah.

"Tuan!"

Suara wanita tadi.

Kali ini, dia masuk membawa sebuah baskom. Baskom itu sudah keropos.

"Tuan?"

Wanita itu menghampiri Arjuna dengan membawa baskom. Melihat Arjuna hanya diam, dia pun memanggil lagi dengan nada pelan. Lebih pelan dari panggilan sebelumnya.

Arjuna tidak menanggapi karena dia menemukan bahwa wanita ini tidak hanya cantik, tetapi suaranya juga sangat merdu.

Seperti mata air pegunungan yang menghantam batu, lembut tetapi memberi efek yang kuat.

Wanita tersebut mendekat lagi.

Saat ini, Arjuna menemukan bahwa kaki kanan wanita itu agak lemah.

Dia meletakkan baskom, lalu berjongkok, menarik lengan bajunya. Kedua tangan rampingnya pun muncul di depan Arjuna.

Ramping bukanlah pujian. Tangan wanita itu terlalu kurus hingga Arjuna merasa sedikit iba melihatnya.

Tiba-tiba, sentuhan lembut terasa dari pipi Arjuna, pandangannya sontak menjadi gelap.

Tubuh Arjuna bergetar, kemudian dia berdiri.

Wanita itu dibuat terkejut oleh reaksi Arjuna. Dia tersentak mundur sambil memegang handuk basah dengan erat.

"Apakah gerakan saya terlalu keras, Tuan?"

Saat berbicara, tatapan wanita tersebut tampak ketakutan.

Dia sepertinya sangat takut pada Arjuna.

...

Arjuna baru menyadari bahwa wanita itu hendak menyeka wajahnya tadi.

"Tidak, tidak," jawab Arjuna dengan buru-buru.

Bukannya wanita itu terlalu kasar, melainkan karena dia terlalu cantik sehingga Arjuna terpesona.

"Kalau begitu, silakan dudu, Tuan. Saya akan membersihkan Anda."

Setelah itu, wanita tersebut mendekat lagi. Dia mengangkat handuk hangat itu, lalu menyeka wajah Arjuna dengan pelan.

Tubuh wanita itu mencondong ke depan Arjuna. Dia berdiri, sedangkan Arjuna duduk. Jarak antara mereka sangat dekat.

Pandangan Arjuna kebetulan berada di ....

"Sudah, Tuan. Sekarang saya akan membersihkan kaki Anda."

Untungnya sudah berakhir. Jika tidak, sebagai pria normal, akan sulit bagi Arjuna untuk tetap tenang.

Wanita itu memindahkan baskom ke kaki Arjuna, berjongkok, memegang kaki Arjuna, kemudian meletakkannya ke dalam baskom.

Begitu kaki Arjuna menyentuh air, gerakan wanita itu berhenti. Dia bertanya dengan nada lembut.

"Tuan, apakah suhu airnya pas?"

"Pas."

Setelah menerima jawaban Arjuna, wanita itu baru melanjutkan pekerjaannya.

Arjuna menunduk untuk mengamati wanita asing ini.

Dia memanggil Arjuna dengan "tuan" dan menyebut dirinya dengan "saya".

Ingatan dalam benak pemilik tubuh Arjuna sebelumnya tidak banyak, juga berantakan. Arjuna memejamkan mata untuk mengingatnya beberapa saat sebelum menemukan identitas wanita ini.

Dia adalah istri dari pemilik tubuh Arjuna yang sebelumnya, namanya Daisha Alsava. Dia adalah wanita yang lembut nan cantik seperti namanya.

Saat ini adalah dinasti di mana status laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Pemerintah kerajaan memberi istri kepada setiap lelaki.

Setelah perempuan menikah, dia harus memanggil suaminya dengan "tuan" dan menyebut dirinya dengan "saya" di depan suaminya.

Semua ini tidak penting, yang penting adalah ....

Rumahnya begitu bobrok, tetapi bisa-bisanya pemerintah kerajaan memberinya istri yang begitu cantik.

Jika hal ini terjadi di zaman modern ....

Ketika Arjuna menggelengkan kepalanya dan menghela napas, matanya secara tidak sengaja tertuju pada baskom.

Astaga!

Permukaan air memantulkan seorang pria dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tubuh kurus.

Jangan bilang ... pria yang tak sedap dipandang ini adalah dirinya yang sekarang?

Arjuna menggelengkan kepalanya.

Kepala dalam baskom juga bergerak.

!!!

Pria ini benar-benar pecundang.

Bisa-bisanya pemerintah kerajaan memberinya seorang istri bak peri!

Aneh sekali negara ini.

"Tuan, apakah tenaga saya pas?" Daisha meletakkan tangannya pada kaki Arjuna dan mulai membasuh kaki pria tersebut.

Ujung jari Daisha yang lembut mengusap dan memijat kaki Arjuna dengan pelan.

Rasanya seperti pita sutra yang melilit kulit, juga terasa seperti kecupan.

Arjuna menarik napas dalam-dalam.

Nyaman sekali ....

Selama dua puluh tahun lebih hidup di zaman modern, Arjuna hanya berhubungan dengan pria-pria di ketentaraan. Dia tidak pernah berpacaran.

Sekarang setelah mengalami transmigrasi zaman, dia seketika memiliki seorang istri bak peri.

Selain bersemangat, dia juga agak bingung.

Bagaimana dia harus berinteraksi dengan istri cantik ini?

Hm, hal ini benar-benar sebuah masalah.

Dia harus memikirkannya.

"Tuan, bisakah Anda menunggu sebentar?" tanya Daisha kepada Arjuna dengan nada lembut dan kepala terdongak.

"Kenapa?" tanya Arjuna secara refleks.

Begitu bertemu dengan tatapan Arjuna, Daisha segera menunduk, tidak berani menatap Arjuna. "Airnya sudah dingin, saya akan mengganti airnya."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Daisha buru-buru berdiri, seolah Arjuna akan memukul dan memarahinya jika dia bergerak dengan lambat.

Pada saat ini, potongan ingatan lain melintas di benak Arjuna.

Dulu, pemilik tubuh sebelumnya selalu mengganti beberapa baskom air ketika mencuci kaki. Dia akan melakukan kekerasan terhadap Daisha bila gerakan Daisha sedikit lambat.

Sstt ....

Bajingan sekali pemilik tubuh sebelumnya itu.

"Tidak perlu, tidak perlu," cegat Arjuna seraya melambaikan tangannya dengan cepat.

Kaki kanan gadis itu kurang bagus. Berjalan saja sulit, apalagi dia terus berjongkok untuk membasuh kaki Arjuna.

Kata-kata Arjuna mengejutkan Daisha. Mata besarnya yang berkaca-kaca dipenuhi ketakutan, bibirnya bergetar.

"Apakah Tuan merasa keterampilan saya buruk?"

"Tidak, keterampilanmu sangat bagus."

Arjuna segera menyangkal, tak disangka gerakannya terlalu berlebihan sehingga tangannya menyentuh Daisha.

Mungkin karena kakinya kurang bagus atau berjongkok terlalu lama, Daisha pun hampir terjatuh.

"Gawat!"

Tanpa memikirkan apa pun, Arjuna langsung memeluk Daisha.

"Ugh ...."

Daisha mengerang ketika dia jatuh ke dalam pelukan Arjuna.

Aroma segar yang manis menguar dari tubuh Daisha dan menggelitik hidung Arjuna.

Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah dengan nyaman.

Dia suka memeluk Daisha.

Karena Daisha adalah istrinya, maka Arjuna akan memanjakannya.

"Tuan." Daisha, yang berada di dalam pelukan Arjuna tampak panik. Wajahnya tiba-tiba memerah layaknya bunga mawar.

Arjuna terpana melihatnya.

Dia tidak tahu kalau wanita yang tersipu bisa secantik ini.

Harum tubuh Daisha masih menyelimut sekeliling.

Tanpa sadar, Arjuna mengulurkan tangannya ke arah kaki Daisha yang putih.

Begitu Daisha melihat Arjuna hendak menyentuh kakinya, wajahnya yang semula merona pun seketika memucat.

Bam!

Dia tiba-tiba berlutut di depan Arjuna.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Bangrepan Saputra
ya keren banget sumpah cerita nya
goodnovel comment avatar
Jum riani
mantap betul.. juosss...
goodnovel comment avatar
adhy9648
keren banget aku suka banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1062

    "Jangan-jangan kamu ...." Arjuna bangkit, lalu duduk di samping Amira. Tatapannya menjadi waspada saat dia menatap perut wanita itu yang sedikit membuncit. "Hamil?""Ya."Pipi Amira memerah, matanya yang menawan dipenuhi cinta keibuan. Dia kembali menggenggam tangan Arjuna, kemudian meletakkannya di perutnya. "Sudah tiga bulan lebih."Tiga bulan lebih yang lalu, Arjuna akan berangkat ke Kota Phoenix. Amira menempuh perjalanan ribuan mil ke ibu kota Bratajaya, ingin ikut dengannya.Arjuna tidak membiarkannya pergi. Sebelum pergi, mereka menghabiskan dua jam lebih di kereta kuda untuk menghibur Amira yang telah melakukan perjalanan sejauh ini.Bayi di dalam perut Amira pasti hadir sekitar waktu itu.Arjuna menundukkan kepalanya, lalu dengan lembut mencium perut Amira yang membuncit."Kamu sedang hamil, kita memang tidak boleh macam-macam."Saat Arjuna memakaikan Amira pakaian, tak disangka Amira malah meraih tangan Arjuna. Dia menarik tangan Arjuna ke atas hingga meletakkannya di payudar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1061

    "Untuk saat ini, memang hanya aku yang bisa menggunakan. Hendri." Arjuna menoleh ke Hendri lalu berkata, "Setelah makan, ikutlah denganku. Aku tidak familiar dengan jalan di Negara Surgajelita.""Baik, Yang Mulia," jawab Hendri dengan lugas untuk pertama kalinya."Pergi setelah makan?" Amira segera meraih tangan Arjuna. "Aku akan pergi bersamamu.""Tidak boleh."Arjuna langsung menolak, sikapnya tegas."Saat ini Negara Surgajelita sedang menghadapi bencana besar, kamu tidak boleh meninggalkan istana."Merasa dirinya sudah bersikap terlalu keras, Arjuna pun menambahkan kalimat lain."Baiklah, aku akan mendengarkanmu, Arjuna." Amira sedikit cemberut.Hendri tidak jauh lebih tua dari Amira. Dia telah menyaksikan Amira tumbuh dewasa. Untuk pertama kalinya, dia melihat Amira bertingkah seperti wanita pada umumnya.Saat ini, dia tahu dia telah sepenuhnya kalah.Arjuna bukan lebih hebat bertarung darinya, tetapi juga berkali-kali lipat lebih cakap dalam manajemen krisis.Bagaimana dia bisa di

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1060

    Karena tidak ada bahan mudah terbakar di sekitar kedua api tersebut, oksigen di pusat api telah benar-benar habis, api pun padam.Arjuna tidak ingin menjelaskan metode memadamkan api dengan api, karena meskipun dia menjelaskannya, orang-orang ini mungkin tidak akan mengerti."Ayah, kurasa Perdana Menteri adalah seorang dewa!"Suara kekanak-kanakan yang jelas bergema dari kerumunan."Aku juga berpikir begitu. Jika dia bukan dewa, bagaimana mungkin dia begitu baik? Dia tidak hanya bekerja bersama dengan kita saat menggali lubang tadi, tapi dia juga bekerja lebih efisien daripada kita.""Benar, dia bekerja dengan efisien, ramah kepada orang-orang biasa. Hanya dalam empat jam, secara ajaib memadamkan api. Yang Mulia pasti dewa."Orang-orang yang telah menggali terowongan di sekitar Arjuna berbicara sambil berlutut untuk memberi penghormatan kepadanya.Saat mereka berlutut, orang-orang di sekitar mengikutinya.Melihat orang-orang berlutut, para prajurit pun ikut berlutut.Akhirnya, para men

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1059

    "Jenderal Hendri, apakah kamu terima pertempuran di Kota Sudarana?" tanya Arjuna.Hendri membungkuk kepada Arjuna. "Yang Mulia Perdana Menteri tidak hanya dapat menciptakan granat yang mengerikan, tapi juga memiliki taktik yang luar biasa. Aku kagum, tapi ...."Hendri menatap Arjuna dengan dingin. "Bukankah tidak pantas Yang Mulia mengungkit masa lalu saat ini? Jika Yang Mulia benar-benar menginginkan pujianku, setelah api padam, aku bisa mengunjungi dan memuji Anda selama sepuluh hari, bahkan setengah bulan."Kata-kata Hendri terdengar sarkastis, tetapi Arjuna tidak menghiraukannya. Dia hanya tersenyum tipis."Baiklah, aku akan menunggumu di kediaman. Soal tidak pantas mengungkit masa lalu yang kamu bilang, aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku tidak hanya lebih hebat darimu dalam berperang, tapi aku juga ahli dalam memadamkan api."Lebih tepatnya, ini disebut serangan pengurangan dimensi, tetapi Arjuna menghindari penggunaan istilah itu karena dia takut orang-orang kuno ini tidak m

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1058

    Amira berjalan mendekat, lalu berdiri di samping Arjuna.Mata indahnya bersinar dingin.Dia datang untuk mendukung Arjuna.Benar saja.Suara-suara yang menyudutkan Arjuna tiba-tiba berhenti, orang-orang mengamuk tetapi tidak berani berbicara."Terima kasih, sayang."Arjuna menyengir.Rasanya sangat bahagia dilindungi dan dimanja oleh istri.Amira tidak mengerti apa arti "sayang", tetapi Arjuna tersenyum, artinya pasti sebuah pujian. Arjuna senang, begitu pula dirinya.Arjuna tetap diam. Orang-orang di sekitar yang takut pada Amira pun diam. Ratusan ribu orang berdiri di puncak gunung, tetapi begitu hening.Satu-satunya suara yang terdengar hanya suara angin dan derak api yang di kejauhan.Arjuna memegang tangan Amira sambil melihat api yang tak jauh darinya.Api sama sekali tidak mereda, malah makin besar.Seiring api makin dekat, atmosfer yang menyesakkan terasa. Puncak gunung yang sunyi mencapai puncaknya, banyak orang hampir meledak.Tiba-tiba!"Berubah, berubah!"Arjuna berteriak p

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1057

    "Dia ... dia itu Perdana Menteri!"Orang-orang yang mengenali Arjuna sangat terkejut."Dia adalah Perdana Menteri?""Perdana Menteri yang menyebabkan amukan Tuhan di Negara Surgajelita?""Diam! Kecilkan suaramu! Apakah kamu sudah bosan hidup?""Tidak apa-apa. Hari ini terlalu berangin. Aku tidak mendengar apa-apa." Arjuna tersenyum.Arjuna menatap para pemuda itu. "Kemarilah, aku akan mengajari kalian. Setelah itu, kalian bisa mengajar orang lain."Arjuna berbicara dengan rendah hati, sama sekali tidak ada gaya seorang pejabat.Pembawaannya yang santai membuat para pemuda lebih rileks.Arjuna mengajar satu demi satu kelompok.Dia mengajar sambil mempraktikkan. Selama mengajar, dia menggali jarak yang cukup jauh.Anak muda belajar dengan cepat. Setelah Arjuna mengajar, para pemuda menguasai tekniknya, kemudian mereka bubar untuk mengajari orang lain.Ketika dia tidak lagi butuh mengajar, Arjuna bergabung dengan orang-orang di sekitarnya untuk menggali."Pak, bukankah kalian disuruh beri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status