Share

Bab 2

Author: Abimana
"Tuan, saya salah!"

"..." Arjuna tampak bingung.

Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya.

"Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa."

"Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."

Apa?!

Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!

Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.

Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?

"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."

Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."

Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.

Bisa dilihat bahwa si pemilik tubuh sebelumnya sering memukul Daisha sehingga wanita ini trauma.

Arjuna mengatakan tiga kali berturut-turut bahwa dia tidak akan memukul Daisha, Daisha barulah berhenti memohon belas kasihan.

"Tuan, Anda ... tidak akan memukul saya?"

"Arjuna, Arjuna!"

Tepat ketika Arjuna hendak menjawab pertanyaan Daisha, panggilan mendesak tiba-tiba terdengar dari luar pintu.

Daisha, yang sedang berlutut di lantai, dengan cepat berdiri guna membukakan tirai pintu untuk Arjuna.

"Terima kasih!" Arjuna mengangguk kecil pada Daisha, lalu berjalan melewatinya, keluar.

Daisha, yang berada di belakang Arjuna, memandang pria itu dengan terkejut bercampur bingung untuk waktu yang lama.

Tuan tidak memukulnya, bahkan mengucapkan terima kasih kepadanya?

Apakah Tuan berubah setelah jatuh ke jurang?

Alangkah baiknya jika itu benar.

Daisha menampar dirinya sendiri dengan keras.

'Daisha, Daisha, jangan berkhayal.'

'Arjuna menjadi baik adalah hal yang mustahil.'

...

Ada tiga pria bertubuh kekar di halaman, masing-masing dari mereka sangat tinggi dan besar. Orang yang berdiri di paling depan tampak galak dan tak bisa disinggung.

Siapa orang-orang ini?

Arjuna ingin bertanya pada Daisha, tetapi malah menemukan bahwa Daisha tampak panik. Kedua tangan Daisha terkepal erat. Ketika pandangannya bertemu dengan Arjuna, ada tatapan sedih, mengeluh serta memohon dalam matanya.

Apa yang terjadi?

"Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa begitu lama baru keluar?" Pria itu menghampiri Arjuna, menunjukkan gigi kuningnya, kemudian dia menggoyangkan benda yang ada di tangannya. "Aku sudah membawa daging, arak dan orangnya."

Usai berbicara, tanpa menunggu reaksi Arjuna, dia langsung mengajak dua pria lainnya untuk masuk ke dalam rumah.

"Apakah aku akrab denganmu?"

Arjuna merasa tidak senang karena mereka masuk ke dalam rumahnya tanpa persetujuannya, apalagi mereka membuat istrinya ketakutan.

Mendengar kata-kata Arjuna, ketiga pria itu pun tertegun.

"Kamu .... Aish!" Pria bergigi kuning itu mengibas tangan dengan acuh tak acuh, lalu dia berkata kepada teman-temannya. "Kemarin dia jatuh ke jurang, sekarang otaknya masih bermasalah. Abaikan saja, kalian duduk dulu."

Selesai berbicara, pria bergigi kuning itu menoleh ke arah Daisha yang berdiri di balik tirai pintu, kemudian dia berteriak dengan keras. "Dasar wanita buta! Apakah kamu tidak melihat daging dan arak yang aku bawa? Cepat masak! Kamu begitu tidak inisiatif, aku seharusnya menyuruh Arjuna untuk menjualmu!"

Daisha yang berada di balik tirai pintu pun gemetar.

Daisha berjalan keluar dari balik tirai pintu, wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca.

Setelah mengambil daging dan arak dari pria bergigi kuning, Daisha berjalan tertatih-tatih menuju dapur.

Kemarahan Arjuna melonjak. Apa hebatnya seorang pria menindas seorang wanita? Selain itu, wanita tersebut adalah istrinya.

Siapa pria ini sebenarnya? Dia datang tanpa diundang, bahkan menyuruh-nyuruh wanitanya.

"Aish!"

Tepat ketika Arjuna hendak meledak, pria bergigi kuning itu melihat Daisha yang pincang, lalu dia tiba-tiba menghela napas. "Arjuna, apakah kamu tidak bisa bersabar sedikit? Sayang sekali kaki Alsava Keempat dipatahkan."

"Benar."

Dua orang yang ada di belakang pria bergigi kuning itu mengangguk, menunjukkan penyesalan.

Arjuna memandang ketiga pria itu dengan tatapan menyelidik. Didengar dari nadanya, penyesalan mereka tidak terdengar seperti bersimpati pada Daisha.

"Jangan berdiri di sini, ayo masuk dan duduk di dalam. Arjuna, kamu pasti belum pulih. Ayo, cepat duduk juga."

Pria bergigi kuning itu menarik Arjuna ke dalam rumah seolah dialah tuan rumahnya.

Arjuna duduk, kemudian dia memandang ketiga pria itu dalam diam. Dia harus mencari tahu dulu siapa pria-pria ini, serta tujuan kedatangan mereka.

Dia mencari memori dalam benaknya.

Dari ketiga pria ini, dia hanya mengenal ketuanya, yaitu pria bergigi kuning. Namanya Raditya Yudis, dia dan pemilik tubuh Arjuna sebelumnya adalah preman di desa.

Mereka memiliki kesamaan, yaitu sama-sama malas. Mereka hanya tahu makan, minum, mencari pelacur dan berjudi. Semua tanggungan rumah diserahkan kepada istri, bahkan mengeluh uang yang istri mereka hasilkan terlalu sedikit. Bila dalam suasana hati buruk, mereka akan memarahi dan memukul istri mereka. Kekerasan yang dilakukan adalah mematahkan tangan dan kaki.

Alasan Raditya dan pemilik tubuh Arjuna sebelumnya begitu liar adalah mereka yakin orang lain tidak akan menuntut mereka.

Apalagi lelaki di Kerajaan Bratajaya lebih sedikit ketimbang perempuan. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah laki-laki pun berkurang drastis karena perang dengan negara tetangga dan bencana alam. Banyak perempuan tidak bisa menikah meski usianya sudah cukup.

Situasinya genting. Setiap rumah sangat kekurangan makanan. Orang tua yang kejam akan mengusir anak perempuan mereka yang tidak dinikahi. Wanita yang cantik bisa menjadi wanita penghibur, sedangkan yang tidak cantik hanya bisa mengembara. Setiap tahunnya ada banyak perempuan yang mati kelaparan.

Anak perempuan yang tidak diusir dari rumah pun seringkali memilih bunuh diri karena takut menjadi beban keluarga.

Karena itu, Raja Bratajaya menurunkan sebuah titah.

Pemerintah kerajaan mengalokasikan istri. Selain yang dialokasikan, mereka juga mendorong pria untuk menikahi banyak wanita. Orang yang menikahi lebih dari tiga wanita akan diberi imbalan.

Hadiah dari raja yang awalnya satu tael perak ditambah menjadi sepuluh tael perak, tetapi masih sedikit pria yang mau menikahi banyak wanita.

Saat ini, ekonomi kurang baik, semua orang menjalani kehidupan dengan susah. Siapa yang mau menambah istri?

Jumlah laki-laki sedikit, sedangkan Arjuna dan Raditya telah menikah lebih dari tiga orang. Seandainya mereka digugat ke pemerintah daerah, pemerintah daerah hanya akan memberi mereka sanksi sebagai formalitas.

Raditya melihat ke arah pintu lalu bertanya, "Arjuna, di mana Alsava Ketiga dan yang lainnya? Hari ini tidak ada di rumah?"

"Alsava Ketiga?"

Dan yang lainnya?

Jangan-jangan, istrinya tidak hanya satu?

"Tunggu." Raditya menggelengkan kepalanya. "Arjuna, jangan-jangan kepalamu benar-benar bermasalah setelah jatuh ke jurang?"

Mata Arjuna membelalak. "Apakah kamu bisa bicara? Kepalamu yang bermasalah!"

Raditya segera menjawab, "Kalau kepalamu tidak bermasalah, kenapa kamu tidak ingat Alsava Ketiga? Bukan hanya melupakan Alsava Ketiga, kamu bahkan memperlakukan Alsava Keempat si pincang dengan baik."

Istri keempat, pincang?

Maksud Raditya seharusnya Daisha yang sedang sibuk di dapur.

"Apakah kamu mengerti sopan santun? Nama istriku adalah Daisha, bukan si pincang!"

"Lihat, lihat," kata Raditya dengan semangat, seolah tebakannya benar. "Kamu masih mengatakan kepalamu tidak bermasalah. Kamu biasanya paling tidak menyukai Alsava Keempat. Kamu merasa dia terlalu kurus sehingga tidak bisa melakukan pekerjaan berat di ladang. Kalau bukan karena Alsava Ketiga dan yang lainnya, kamu sudah lama menceraikan dan membuangnya."

"Oh!" seru Raditya. Dia tiba-tiba ber-"oh" ria, kemudian menunjuk Arjuna dan menggodanya. "Aku sudah tahu kenapa kamu mengundang kami ke sini hari ini. Karena Alsava Ketiga dan yang lainnya tidak ada di rumah. Kamu takut padanya."

Ingatan tersebut benar-benar tidak ada di benak Arjuna.

Alsava Ketiga

Raditya terus menyebut Alsava Ketiga.

Apakah dia itu kakaknya Daisha? Apakah dia juga istrinya Arjuna? Wanita seperti apakah dia?

"Lupakan saja, jangan bicarakan Alsava Ketiga. Mari kita bahas urusan penting." Raditya menoleh kepada dua pria yang dia bawa. "Bagaimana? Aku tidak membohongi kalian, bukan? Daisha itu ...."

"Tuan ...."

Suara lembut Daisha menyela kata-kata Raditya. Dia membawa sebuah meja kecil masuk, di atas meja terdapat tiga lauk yang baru saja dia masak.

Daisha berjalan dengan susah payah karena harus membawa meja dengan kaki yang tidak bagus. Dia berusaha melindungi makanan yang ada di atas meja itu.

Arjuna buru-buru berdiri, kemudian mengambil meja kecil dari Daisha. "Aku saja."

Daisha tertegun. Ada tatapan bingung dan sedikit terharu dalam manik hitamnya.

Arjuna tidak hanya tidak marah karena gerakannya lambat dalam menyajikan makanan, tetapi juga berbicara dengan sopan dan mengambil inisiatif untuk membantunya.

Dia ... tampak sangat berbeda dari biasanya.

"Kulitnya putih mulus, wajahnya juga cantik. Kamu benar, Raditya, dia memang wanita cantik yang langka. Sayangnya, kakinya dipatahkan. Kalau tidak ...."

Raditya menatap Daisha. Dua pria lainnya juga memandang Daisha dengan tatapan tak senonoh.

Meskipun Arjuna tidak pernah berpacaran di zaman modern, dia tidak bodoh. Hari ini, beberapa orang tersebut datang untuk Daisha.

Apakah pemilik tubuh Arjuna sebelumnya tidak diberi otak saat lahir? Bisa-bisanya dia berteman dengan pria-pria yang mengincar istrinya.

Arjuna menatap tiga pria yang ada di depannya dengan tatapan dingin.

"Pergi!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (7)
goodnovel comment avatar
Alesta
BAgussbqguss
goodnovel comment avatar
hans
***** bagus lanjut broo
goodnovel comment avatar
Heri Eeng
ok...sangat menarik
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 3

    Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 4

    "Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain."Buk!""Beranikah aku menghajarmu?""Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan."Buk!""Berani atau tidak?""Buk!""Berani atau tidak?"Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.Kenapa sekarang ...."Buk, buk, buk!" Arjun

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 5

    "Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 6

    Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 7

    Setelah Disa keluar, Daisha membawa makanan Arjuna yang baru dimakan setengah ke luar."Tuan, saya sudah memanaskan kembali makanannya, makanlah."Setelah itu, Daisha meletakkan makanannya, berbalik lalu keluar.Setelah meninggalkan ruang utama, Daisha memanggil Disa untuk makan malam.Dua bersaudari itu tidak makan di ruang utama. Mereka berjalan ke dapur, kemudian masing-masing memegang sebuah piring.Arjuna duduk, lalu melihat nasi di depannya sambil tersenyum tak berdaya. Mau makan saja penuh liku-liku.Sambil tersenyum pahit, Arjuna mengangkat pandangannya. Ekspresi menderita Daisha dan Disa yang menelan makanan di dapur pun tertangkap oleh Arjuna.Begitu berpikir bahwa mereka hanya makan dedak atau sayuran liar, Arjuna tidak punya selera untuk makan.Dia awalnya ingin mengajak mereka untuk makan bersama, tetapi mengingat nasi yang ada di atas meja sisa sedikit, serta Daisha yang takut pada dirinya ...."Plak!"Arjuna membanting sendok ke atas meja.Seperti dugaannya, Daisha yang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 8

    Arjuna tentu mendeteksi keraguan Daisha. Dia tersenyum sembari berkata, "Jangan khawatir, tuanmu ini bisa masak."Di zaman modern, Arjuna terlahir dalam keluarga miskin. Dia pernah melakukan semua pekerjaan rumah.Daisha masih bergeming.Arjuna ... tersenyum padanya.Apakah dia sedang bermimpi?"Daisha, Daisha, Daisha."Setelah Arjuna memanggilnya sebanyak ketiga kalinya, Daisha baru sadar."Se ... segera!" Daisha yang terburu-buru sedikit merona.Setengah dari daging yang dibawa Raditya hari ini adalah lemak.Pada zaman itu, daging berlemak lebih mahal dibandingkan daging tanpa lemak.Arjuna memotong daging berlemak sedikit demi sedikit, kemudian menggorengnya dengan minyak di dalam panci.Begitu aroma minyak keluar dari panci, Daisha yang sedang menyalakan api diam-diam menelan air liur.Disa, yang berdiri di dekat kusen pintu, juga tidak bisa menahan diri.Harum sekali.Karena sudah setahun tidak makan daging, perut kedua kakak beradik itu merasa menderita.Dagingnya tidak banyak, l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 9

    "Tuan, apakah Anda menjatuhkan sesuatu?" tanya Daisha dengan lembut sembari mengekori Arjuna."Aku sedang mencari .... Ketemu, ketemu!"Arjuna berbalik dengan gembira, ada dua benda hitam di tangannya.Benda itu adalah ....Kotoran?Kotoran!Dua bongkahan kotoran besar, kotoran sapi yang berwarna hitam dan kering."Arjuna." Disa memanggil Arjuna dengan nama lagi. Dia melindungi Daisha. "Apa yang ingin kamu lakukan lagi?"Tangan Daisha menggenggam ujung pakaian Disa, matanya yang seperti bintang penuh ketakutan, napasnya bahkan memburu.Bulan lalu, Arjuna kalah berjudi. Dia terbangun karena kedinginan di tengah malam, lalu dia melampiaskan kemarahannya pada Daisha. Dia memarahi Daisha yang tidak bisa membuat perapian, kemudian menyeret wanita itu ke dapur, memaksanya memakan jerami.Jangan-jangan sekarang Arjuna akan dan memasukkan kotoran sapi ke dalam mulutnya?"Arjuna, kalau kamu menindas adikku lagi, aku akan membunuhmu!"Disa berteriak dengan marah, dia tampak tidak takut mati.Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 10

    Apa-apaan ini?Arjuna mengerutkan kening, lalu bertanya, "Disa, apa yang kamu bicarakan? Memangnya kalau aku yang mengangkat, pemerintah akan mengutus orang untuk menangkap Daisha?""Huh!" Disa mendengus. "Berpura-pura bodoh? Apakah otakmu benar-benar bermasalah?"Astaga!Arjuna kaget. Jadi, itu benar?Ingatan Arjuna yang sebelumnya sangat terbatas, dia benar-benar tidak mengingat hal ini.Aneh sekali negara ini, laki-laki tidak boleh bekerja?Tidak heran jumlah laki-lakinya sangat sedikit.Sebenarnya, pria di Kerajaan Bratajaya boleh bekerja keras. Selain itu, pria yang kuat juga dianggap keren.Namun, tidak normal jika Arjuna menenteng kotoran sapi, sedangkan Daisha kembali dengan tangan kosong.Laki-laki di Kerajaan Bratajaya bagaikan bangsawan, mereka merasa bahwa perempuan dilahirkan untuk melayani laki-laki. Jika Arjuna membawa sesuatu, sedangkan tangan Daisha kosong, perempuan itu pasti akan dihujat oleh penduduk desa, bahkan diadukan ke pemerintah oleh lelaki di desa. Pada saat

Pinakabagong kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 522

    "Arjuna sudah keluar."Entah karena mereka masih takut dengan kata-kata Arjuna sebelumnya atau bukan ....Setelah Arjuna keluar dari kereta, orang-orang itu otomatis berhenti."Tidak perlu takut padanya. Dia hanya menakut-nakuti orang. Kita begitu banyak orang, bagaimana mungkin kalah dari ....""Siu!"Arjuna tiba-tiba mencabut tusuk mutiara yang ada di kepala Disa.Irwan tidak berani menyelesaikan kata-katanya. Dia bersembunyi di belakang pelayannya seperti pengecut. Arjuna telah membutakan salah satu matanya, dia takut Arjuna akan membutakan mata keduanya.Arjuna turun dari kereta, memegang tusuk mutiara sambil berjalan menuju Irwan selangkah demi selangkah."Arjuna." Irwan berpura-pura tenang. Dia berteriak dengan arogan di belakang pelayan. "Kamu ingin menggunakan trik yang sama untuk menyakiti mataku lagi? Aku beri tahu, jangan bermimpi. Ada begitu banyak orang yang menonton sekarang. Kalau kamu berani melakukannya, aku akan menuntutmu dan membuatmu menderita di penjara.""Arjuna,

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 521

    Bayi laki-laki atau perempuan?Disa berbalik, kemudian menatap Arjuna dengan penuh tanya.Uh ....Arjuna tertegun.Dia hanya memikirkan keselamatan Daisha dan anak sehingga tidak memerhatikan apakah anak itu laki-laki atau perempuan."Bukankah kamu akan tahu setelah lihat sendiri?"Arjuna sekali lagi memusatkan perhatiannya pada Daisha yang masih memiliki bayi dalam perutnya."Daisha, bayinya belum keluar. Ayo, dorong lebih keras, dorong lebih keras."Arjuna memberi semangat sambil menekan lembut perut Daisha dan mendorong ke bawah.Inilah yang diajarkan ibunya, seorang bidan, saat membantu anjingnya melahirkan.Bila kepala janin belum keluar, tekan perut bagian bawah agar janin meluncur ke bawah. Setelah kepala janin keluar ....Sementara Arjuna dan Daisha sibuk dalam proses persalinan, Disa juga dengan hati-hati membuka selimut."Anak laki-laki, itu anak laki-laki!"Suara Disa yang bersemangat terdengar melengking tinggi."Benarkah?" Tulip, Anggrek dan pembantu lainnya berkumpul di s

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 520

    Arjuna melepas mantelnya, kemudian dengan cepat mengikatnya ke dua sisi kereta, sambil memberi instruksi kepada Disa yang berdiri diam."Jangan kaget atau bingung. Masuklah ke rumah sekarang, keluarkan pakaian kecil dan selimut yang telah disiapkan Daisha. Minta Dafodil untuk merebus beberapa panci air. Minta Tulip untuk memotong kelambu yang baru dicuci menjadi beberapa bagian agar aku bisa menggunakannya sebagai kain kasa. Kemudian minta Anggrek untuk menaruh gunting di atas api untuk memanaskannya hingga merah, lalu bawakan semuanya kepadaku.""Aku pergi sekarang juga."Pada saat ini, tidak ada gunanya bertanya apakah Arjuna bisa membantu melahirkan bayi.Tak lama kemudian.Disa membawa setumpuk pakaian kecil dan selimut.Tulip membawa setumpuk kain kasa yang terbuat dari kelambu.Anggrek membawa beberapa pasang gunting yang membara.Dafodil memimpin beberapa pembantu lainnya, membawa baskom berisi air mendidih dari rumah."Daisha."Arjuna membantu Daisha yang pingsan untuk bangun.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 519

    Seketika, orang yang menyerbu sambil membawa pisau dapur itu diam tak bergerak, seakan-akan dia dipaku di tempat.Niat membunuh yang tak tersamar di mata Arjuna membuat mereka bergidik.Pada saat ini, dia bukan manusia, dia adalah dewa kematian.Setiap kata yang diucapkannya penuh dengan aura mematikan.Arjuna menggendong Daisha sambil melangkah maju selangkah demi selangkah, sementara orang-orang yang mengelilinginya juga mundur selangkah demi selangkah.Tidak ada seorang pun yang berani menghentikannya."Jangan takut, dia hanya menakut-nakuti kita.""Hentikan dia, jangan biarkan dia keluar!"Irwan berteriak sampai tenggorokannya serak, tetapi orang-orang itu seakan tidak mendengarnya. Mereka mundur terus mundur.Roh jahat itu menakutkan saat keluar, tetapi Arjuna lebih menakutkan sekarang."Disa, cepat kendarai kereta ke gerbang utama."Tamael mengingatkan Disa.Pada saat ini, Arjuna telah berhasil keluar."Oh, aku akan segera pergi!"Disa melompat beberapa kali, kemudian menghilang.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 518

    Daisha yang ada di atas kasur makin melemah.Disa dan yang lainnya telah tertunda di luar begitu lama hingga ketuban Daisha pecah, sudah terlambat untuk menunggu bidan datang."Daisha, ayo."Arjuna menggendong Daisha, kemudian berjalan keluar.Terjadi kekacauan di luar gerbang kediaman Arjuna.Orang-orang mengepung rumah Arjuna dalam tiga lapisan. Disa dan Tamael yang ingin bergegas keluar, terhimpit oleh orang-orang yang menghalangi pintu. Disa bahkan tidak bisa mencabut anak panahnya.Karena orang-orang itu mendesak begitu erat hingga tidak ada ruang sama sekali.Mois mengirim banyak petugas pemerintah ke tempat, tetapi tidak peduli berapa jumlah mereka, mereka kalah banyak dari rakyat. Mereka terkepung dan tidak bisa bergerak sama sekali.Terdengar suara-suara pertengkaran, teriakan dan makian. Semuanya bercampur jadi satu."Ah!"Daisha sudah merasa sangat tidak nyaman, suara-suara itu membuatnya frustrasi.Dia berteriak sambil menutup telinganya.Akan tetapi, berteriak membuatnya l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 517

    "Astaga!""Dik Daisha!""Kak Daisha!"Disa dan Dinda bergegas masuk.Ayumi berusaha untuk membuka matanya yang tertutup.Pandangannya kabur."Tuan, maaf. Ayumi salah, Ayumi gagal melindungi Nyonya."Ayumi tidak hanya mengalami luka pada kedua matanya, tetapi punggungnya juga penuh luka.Darah mengalir di punggungnya, bercampur dengan Daisha."Siapa yang melakukannya? Siapa yang menyakiti Daisha dan anakku? Siapa yang melakukannya?!"Pada saat ini, Arjuna seperti singa yang mengamuk, api di matanya saja sudah cukup untuk membakar orang."Tuan, Nyonya Daisha tidak terluka, dia hanya terkejut. Dia akan segera melahirkan. Cepat ... kalau terlambat ...."Ayumi memuntahkan seteguk darah, jatuh ke lantai, kemudian kehilangan kesadaran sepenuhnya."Ayumi, Ayumi! Cepat, Disa, pergi cari tabib dan bidan!""Aku akan mencari tabib. Disa, kamu cari bidan saja," ucap Tamael."Oke!"Disa dan Tamael bergegas pergi.Arjuna menggendong Daisha. Pada saat yang sama, dia memberi instruksi dan mengajari Daf

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 516

    Orang-orang di luar yang menggedor-gedor pintu berhamburan masuk, berkerumun. Suara jeritan kesakitan terus terdengar.Arjuna melangkah mundur begitu pintu terbuka. Dengan tangan di belakang punggungnya, dia melihat segalanya dengan tenang.Lebih dari sepuluh menit kemudian, kerumunan yang padat akhirnya terpisah. Beberapa orang yang terjatuh terluka parah. Keluarga mereka menggendongnya keluar sambil menangis."Arjuna, sialan kamu!""Kamu pasti sengaja!"Orang-orang itu mengalihkan kemarahan mereka kepada Arjuna.Arjuna merentangkan tangannya sambil berkata dengan polos. "Kalian yang mendobrak pintuku, menyuruhku keluar. Aku membuka pintu dan keluar sesuai perintah kalian. Kenapa dibilang aku sengaja?""..."Semua orang terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan Arjuna.Hal ini memang benar adanya.Mereka tidak pernah menyangka bahwa Arjuna akan membuka pintu sendiri. Kebanyakan orang akan berpikir untuk melarikan diri ketika mendengar kejadian seperti ini.Mereka tadi mendengar Tam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 515

    "Dasar bodoh."Arjuna mencolek hidung Daisha pelan. "Orang-orang itu tidak senang melihat kita punya anak, jadi mereka berkata begitu. Kamu malah memercayainya.""Tapi ...." Daisha masih tampak khawatir."Aku pernah melihat banyak orang hamil, tidak ada yang sebesar perutku. Selain itu ...."Melihat mata Daisha yang memerah, Arjuna merasakan sedih. Tanpa berpikir panjang, dia memegang wajah Daisha, kemudian mencium bibirnya.Emosi sensitif Daisha yang sedang hamil ditenangkan oleh Arjuna, ditelan di antara bibir dan giginya.Setelah beberapa saat.Arjuna dengan lembut membelai perut Daisha. "Tenanglah, jangan berpikir terlalu banyak. Ada lebih dari satu bayi di dalam perutmu, jadi tentu saja perutmu lebih besar daripada yang lain.""Benarkah?"Mata Daisha yang besar dan bagaikan bintang berbinar, bulu matanya berkedip-kedip.Hati Arjuna hampir meleleh saat melihatnya, dia mencium perut Daisha."Sungguh.""Kalau begitu ...." Daisha menatap perutnya dengan tatapan penuh kasih sayang khas

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 514

    Malam itu, Bayu dan Irwan keluar dengan gembira menggunakan kereta.Begitu Bayu dan Irwan pergi, Ayumi masuk ke ruang kerja Arjuna."Tuan, seperti dugaanmu, Bayu mereka sudah keluar, ada tiga kereta."Arjuna berhenti menulis sejenak. "Oke, ikuti mereka.""Baik!" Ayumi menerima perintah itu, lalu pergi."Tunggu." Arjuna memanggil Ayumi. "Setelah meninggalkan kota, kurasa tiga kereta mereka akan berpisah. Jangan ikuti kereta mana pun, langsung pergi ke Gunung Kelana saja.""Tuan, apakah kamu curiga bahwa perjalanan mereka adalah ke Kuil Dewi?""Kemungkinan besar seperti itu."Hari itu di Kuil Dewi, Arjuna curiga bahwa keluarga Irwan memiliki hubungan dengan Kuil Dewi....Di kuil dewi."Konyol, benar-benar konyol!"Mendengarkan pernyataan Bayu, Sena terus menggelengkan kepalanya, dengan ekspresi jijik di wajahnya yang kelihatannya tenang.Ingin berdebat denganku? Kamu masih terlalu kecil.'"Pertapa, masalah ini sudah jelas sekarang. Kamu sudah boleh mengambil tindakan. Jangan berbelas ka

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status