Share

Bab 219

Penulis: Abimana
"Arjuna, Desa Kenari ada di depan."

Arjuna mendongak, lalu dia melihat sebuah desa yang luasnya dua kali lipat dari Desa Embun.

Rumah-rumah bata relatif sedikit di Desa Embun, tetapi rumah-rumah tersebut ada di mana-mana di Desa Kurnia. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Kurnia tidak hanya lebih besar dari Desa Embun, tetapi juga jauh lebih kaya daripada Desa Embun.

Di depan Desa Kurnia terdapat sebuah lapangan datar yang luas.

Arjuna memandang sebidang tanah yang luas itu dengan iri.

Dengan tanah yang begitu luas, bagaimana mungkin tidak kaya?

Saat berbelok memasuki desa, Arjuna jelas merasakan tubuh Bulan sedikit gemetar.

"Tante, jangan takut, ada aku."

Bulan berbalik, menatap pemuda yang berdiri di belakangnya.

Pria muda ini bukan lagi pria tak terurus yang dilihatnya setengah tahun lalu.

Sekarang dia berdiri tegak, matanya cerah, dia teguh dan kuat, juga tampak berwibawa.

Bulan tersenyum tenang. "Ada Arjuna, Tante tidak takut."

"Ayo kita masuk ke desa."

...

Tidak jauh di belakang Arjun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1018

    Wajah Nyonya Tua He dipenuhi kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan."Bahkan karunia Tuhan pun tak mampu menahan kekejaman dunia ini. Saat putraku pergi menumpas bandit untuk kelima kali, para bandit itu memanfaatkan kesempatan untuk menyelinap ke kota. Cucu kembarku yang baru lahir pun di ...."Pada saat ini, wanita tua itu tercekat, bibirnya berkedut beberapa kali, tak mampu melanjutkan."Apakah cucu kembarmu dibunuh oleh para bandit itu?"Pangeran Maruta bertanya. Dia sudah tahu jawabannya tanpa wanita tua tersebut menjawab. Dia mengepalkan tinjunya yang besar erat-erat, buku-buku jarinya berderak."Tenanglah, aku akan membunuh semua pemimpin bandit itu.""Pangeran!"Ibunya Rian berlutut lagi. "Pasukan Negara Kalima sudah pergi. Tolong, kembalilah ke ibu kota.""Ada apa denganmu, wanita tua?" Pangeran Maruta murka."Kalian bilang banyak bandit adalah putra-putra penduduk desa ini. Aku tidak membunuh sembarang bandit, hanya pemimpin mereka. Apakah tidak boleh?""Pangeran!" Arjuna men

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1017

    "Wanita-wanita itu ingin membunuh seorang perdana menteri tingkat satu. Mereka itu sama dengan pengkhianat, kamu masih membela mereka?"Pangeran Maruta menendang Rian dengan marah.Rian bangkit, lalu berlutut di hadapan Arjuna, memohon untuk para wanita itu."Mereka terpaksa melakukannya. Putra-putra mereka berada di tangan para bandit. Banyak yang ditangkap di usia yang sangat muda. Mereka dipaksa menjadi bandit. Jika mereka tidak berlatih menjadi bandit, para pemimpin bandit akan membunuh ibu mereka."Begitu Rian mengucapkan kalimat tersebut, tempat itu dipenuhi tangisan.Meskipun Arjuna sudah bisa menebak jawabannya, mendengar kata-kata Rian secara langsung tetap mengejutkan.Para ibu yang takut anaknya mati, mencegah pemerintah mengirim pasukan untuk membasmi para bandit.Para putra yang takut ibunya mati, berlatih tanpa lelah untuk menjadi bandit yang handal.Harus diakui bahwa pemimpin bandit itu cukup cerdas."Itu salahmu!" Pangeran Maruta menendang Rian lagi. "Jika kamu mengiri

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1016

    "Aku mendengar semuanya dengan jelas. Kamu hanya menyuruh Rian untuk menumpas para bandit. Kenapa jadi menyakiti mereka ...."Pangeran Maruta tiba-tiba terdiam."Para bandit?!" seru Pangeran Maruta. "Jangan-jangan para bandit itu putra mereka?""Kurasa bisa jadi." Arjuna mengangguk."Mereka bukan bandit. Kalian, para pejabat tinggi, tahu apa?"Percakapan antara Pangeran Maruta dan Arjuna membuat emosi para wanita itu menggebu-gebu. Mereka mendorong dan menyikut para petugas pemerintah yang mengelilingi Arjuna dan Pangeran Maruta. Ketika mereka tidak bisa mendorong pria-pria itu, mereka pun hendak menusuk dengan pisau dan gunting mereka."Brak!"Pangeran Maruta melempar toples anggur ke lantai."Dasar sekelompok wanita gila! Aku tidak menunjukkan kekuatan, kalian pikir aku ini tak berdaya ya?!"Pangeran Maruta melangkah maju, lalu menendang beberapa wanita.Namun, tendangan yang diterima para wanita itu tidak membuat mereka jera.Sebaliknya, para wanita itu menjadi makin agresif. Mereka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1015

    Seorang wanita tua berusia enam puluhan berdiri di depan Rian."Ibu, aku ada urusan mendesak. Tolong jangan ganggu aku," kata Rian dengan nada sedih.Orang yang menghentikan Rian untuk melawan para bandit tak lain adalah ibunya.Ibunya Rian melirik pisau di tangan Rian sambil berkata dengan nada dingin. "Bukankah urusanmu di kantor pemerintah? Kamu seorang pejabat malah membawa pedang. Memangnya kamu algojo atau tukang jagal?""Ibu, aku ada urusan mendesak. Pengawal, kemari!"Rian berkata, kemudian menoleh ke arah para petugas di belakangnya. "Bawa Nyonya Besar ke dalam.""Siapa yang berani menyentuhku?"Ibunya Rian segera mengeluarkan gunting, lalu mengarahkannya ke para petugas yang mendekatinya.Setelah para petugas berhenti, tidak berani bergerak maju, ibunya Rian segera mengarahkan gunting ke lehernya."Rian, jangan pikir aku sudah tua, maka jadi bodoh. Aku tahu kamu akan membunuh bandit. Bunuh aku dulu, baru langkahi mayatku.""Ibu, apa yang Ibu lakukan?" Wajah Rian dipenuhi rasa

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1014

    Para bandit telah masuk ke kota, Rian malah bersikap seolah tidak ada apa-apa.Tadi wanita paruh baya itu mengatakan bahwa Rian adalah pejabat yang baik. Apakah dia takut mengatakan yang sebenarnya?Arjuna mengucapkan selamat tinggal kepada wanita paruh baya itu dan keluarganya, lalu pergi ke kantor pemerintahan Kota Phoenix.Di luar kantor pemerintahan, Arjuna sengaja melihat sekeliling.Memang ada beberapa pria yang mondar-mandir di luar kantor pemerintahan. Mata mereka sesekali melirik ke arah kantor pemerintahan Kota Phoenix.Tatapan para pria itu tajam, mereka sama sekali bukan warga biasa.Mereka pasti bandit yang disebutkan wanita paruh baya itu.Para bandit itu bahkan berjongkok di gerbang kantor pemerintahan.Sungguh berani!Arjuna melangkah masuk ke kantor pemerintahan."Yang Mulia Perdana Menteri Kiri!"Begitu melihat Arjuna, Rian langsung berlari.Arjuna melangkah maju. Ketika jaraknya kurang dari lima meter dari Rian ...."Klang!"Arjuna dengan cepat menghunus pedang seora

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1013

    "Yang Mulia, rotiku tidak semahal itu. Harganya tidak sampai satu tael perak," jawab wanita paruh baya itu dengan acuh tak acuh. Dia membungkus semua roti di kios, kemudian memberikannya kepada Arjuna.Arjuna mengira wanita paruh baya itu tidak mendengarnya dengan jelas, dia ingin mengulanginya.Namun sebelum dia sempat membuka mulut, wanita paruh baya itu berbicara lagi."Sebenarnya, roti-roti ini bahkan tidak seharga satu tael perak! Anak Muda, aku tidak membuat banyak roti hari ini." Wanita paruh baya itu tiba-tiba meninggikan volume suaranya."Anda masih mau? Kalau begitu tunggu sebentar. Aku akan pulang untuk membuatkan Anda sekeranjang lagi. Tidak bisa menunggu? Kalau begitu ikut aku saja."Mendengar hal ini, Arjuna langsung mengerti. Wanita paruh baya itu tahu alasannya, tetapi dia tidak berani berbicara langsung.Arjuna mengikuti wanita paruh baya itu. Setelah melewati banyak belokan, mereka segera tiba di utara kota.Lahan di utara kota itu miskin dan dihuni oleh orang-orang t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status