"Benar-benar tidak disangka bahwa Tuan seorang pria bisa memasak. Selain itu ...."Johan melirik ibunya yang ada di samping, lalu dengan cepat dan pelan berkata, "Lebih enak dari masakan ibuku.""Dasar bocah!" Ibunya Johan menjewer telinga Johan, kemudian berkata dengan galak. "Apa katamu? Aku tidak akan memasak untukmu lagi!""Ibu, sakit, pelan-pelan. Aku salah, aku salah!" Johan berulang kali meminta maaf.Arjuna melihat sambil tersenyum.Di zaman modern, ibunya juga suka menjewer telinganya seperti ini.Bagaimana mungkin seorang ibu tega memukul anaknya? Ketika Johan mengatakan sakit, ibunya Johan langsung melepaskannya.Melihat Arjuna menatap mereka, ibunya Johan merasa sedikit malu. "Tidak boleh bicara saat makan. Maaf membuat Tuan melihat lelucon. Masakan Tuan memang lebih enak dari masakanku."Arjuna menggelengkan kepala lalu tertawa. "Bibi terlalu rendah hati, bagaimana mungkin masakanku lebih lezat dari masakanmu?""Aku bukan rendah hati." Ibunya Johan tampak serius. "Masakan
"Sebenarnya, nasi bisa dimasak dengan merendamnya dalam air selama setengah jam lalu meletakkannya di atas lempengan batu. Sayang sekali gosong di dalam tabung bambu."Melihat tabung bambu yang gosong, ibunya Johan juga tampak menyesal.Arjuna tidak mengatakan apa-apa, tetapi menyerahkan pisau kepada ibunya Johan."Tuan, jangan marah. Ibuku hanya sayang dengan makanannya." Mengira Arjuna marah, Johan buru-buru melindungi ibunya di belakangnya."Aku tidak marah. Membuang-buang makanan itu memang mubazir." Arjuna menggoyangkan pisau pendek di tangannya. "Berikan pisau ini kepada ibumu, minta dia membelah bambunya, maka kalian akan tahu."Ibunya Johan membelah bambu dengan ragu.Begitu bambu itu dibuka."Harum sekali, sepertinya aroma nasi.""Sepertinya benar. Aku belum pernah mencium aroma nasi seharum ini. Wangi dan manis. Siapa yang memasaknya? Apakah Nona Amara dan yang lainnya?""Nona Amara? Aroma nasi itu jelas berasal dari Arjuna sana."Banyak orang menyeka mata mereka berulang kal
Suara mendesis terdengar, lemak pada kulit ayam pun keluar.Seketika, aroma lemak memenuhi halaman.Orang-orang yang masih menunggu batu itu meledak pun mencium aroma lemak ayam.Meskipun mereka baru saja makan, mereka hanya makan nasi putih dengan acar kol yang direbus dalam air. Bagaimana mungkin rasanya bisa dibandingkan dengan lemak ayam?"Hmm ...."Banyak orang tak kuasa menahan diri untuk tidak mengendus. Bahkan orang-orang yang menertawakan Arjuna tadi pun berhenti bicara.Setelah menggoreng kulit ayam untuk menghasilkan lemak ayam, Arjuna pun memasukkan potongan ayam yang sudah dipotong tipis-tipis.Saat hampir matang, Arjuna mengeluarkan sebuah kotak kecil dari balik pakaiannya.Kotak kecil itu berisi garam, jintan, wijen, dan rempah-rempah lainnya.Ini adalah kebiasaan yang dikembangkan Arjuna di zaman modern.Setelah pensiun, dia pernah bekerja sebagai tentara bayaran untuk beberapa waktu.Karena tidak terbiasa dengan makanan yang disediakan, dia selalu menyimpan kotak kecil
"Siapa pun yang bicara sekarang, dialah orangnya," jawab Arjuna dengan acuh tak acuh."Lupakan, lupakan."Teman orang gila itu menghentikannya. "Untuk apa berdebat dengan orang bodoh? Kita lihat lelucon saja."Orang gila' itu melirik Dewata Pedang Kuning yang sedang mengistirahatkan matanya di bawah atap di kejauhan, akhirnya dia tidak berani mengganggu Arjuna."Jangan sampai aku melihatmu ketika sendirian, kalau tidak, aku akan menghajarmu sampai sekarat!""Aish!"Disa menggelengkan kepalanya, dasar orang bodoh yang malang.Karena Arjuna terlihat lembut, hal serupa sering terjadi.Menyelinap untuk menemui Arjuna sendirian.Alhasil malah lumpuh dan tidak berani mengatakan apa-apa. Bagaimanapun juga, sangat memalukan jika dilukai dan dilumpuhkan oleh seorang pelajar yang lemah."Oke, aku akan menunggumu."Tangan dan kakinya sudah lama tidak bergerak. Setelah luka di lehernya sembuh, Arjuna harus menggerakkan otot-ototnya."Wow! Dia memprovokasimu."Teman-teman si 'orang gila' mulai bers
"Tuan ...."Disa menatap Arjuna dengan sedih. "Sebaiknya aku memohon kepada Amara saja."Efek samping Arjuna mungkin parah, jadi mereka harus segera kembali, kemudian membuat makanan untuk Arjuna."Disa." Ekspresi Arjuna berubah dingin. "Apakah kamu pikir aku sedang bercanda? Cepat potong satu, lalu pulang bersamaku.""Maaf, Tuan."Disa langsung melakukannya. Dia masih tidak percaya bambu bisa digunakan sebagai panci. Dia berpikir dalam hati bahwa dia harus segera membawa Arjuna pulang, lalu membiarkan Dewata Pedang Kuning memeriksanya.Arjuna hanya melihat dalam diam. Bagaimana mungkin dia tidak tahu apa yang dipikirkan Disa?Percuma bicara banyak. Disa akan tahu setelah Arjuna menunjukkannya nanti.Setelah beberapa saat, Disa telah memotong bambu."Ayo cepat kembali. Suamimu akan membuatkan nasi bambu untukmu!"Saat teringat aroma nasi bambu, Arjuna merasa perutnya keroncongan, langkahnya pun dipercepat tanpa sadar.Terkadang keberuntungan orang memang begini.Hal-hal baik datang sil
Sepasang mata jernih di balik kerudung itu terkejut, tetapi segera kembali normal. Setelah bulu matanya bergetar pelan, Amara berkata dengan dingin."Aku sudah menawarkannya kepadamu, kamu yang tidak mau. Kita sudah impas. "Setelah mengatakan itu, dia pun berbalik, pergi tanpa ragu.Di tengah salju, Amara mengenakan jubah bulu merah, tampak samar dan menawan, sangat rupawan.Arjuna tak kuasa merasa emosional.Kecantikan Amara tak ada duanya di dunia.Amara harus membunuh Arjuna sekalipun mengorbankan nyawanya sendiri. Apakah dalang di baliknya adalah Yudha?Jika ....Ekspresi Arjuna menggelap, ada aura pembunuh yang kuat dalam tatapannya.Jika Yudha yang ada di balik Amara, maka liontin giok Amara adalah pemberian Yudha.Siapa pun yang menculik istrinya ....Dia pasti akan berakhir mati.Mati dengan mengenaskan."Tuan, Tuan."Disa memanggil Arjuna dua kali, Arjuna baru tersadar."Tuan, apa yang kamu pikirkan?""Tidak apa-apa, ayo." Arjuna menarik Disa, tetapi mendapati bahwa Disa tida