"Bagus!"Teriakan keras menarik perhatian orang tua berpakaian kuning itu. Dia menoleh ke arah suara tersebut, kemudian segera menemukan dua wajah yang familiar.Mereka adalah pasangan tua tadi.Pria tua itu bertepuk tangan sambil bersorak keras, wanita tua itu mengikutinya."Bagus!""Bagus!"Tepuk tangan meriah terdengar di luar Restoran Khazanah Rasa. Dengan pasangan tua itu memimpin, semua warga sipil di sekitar pun bertepuk tangan sambil bersorak.Setiap kali Amara tampil, para pejabat ini akan mulai mengumpulkan uang.Arjuna dituntun ke jalan kecil oleh lelaki tua berpakaian kuning. Dia tidak melihat pos pemeriksaan di jalan utama. Ada orang yang mengumpulkan uang di setiap pos pemeriksaan. Makin banyak uang yang diberikan, makin tinggi posisi yang bisa didapatkan dalam antrean.Dapat dikatakan jika mereka ingin masuk ke Restoran Khazanah Rasa, uang yang mereka keluarkan pada akhirnya tiga kali lebih banyak daripada uang masuk sebenarnya.Pakaian Arjuna kotor, petugas pemerintah t
"Memang tidak masuk akal. Membuat banyak orang membuang-buang uang, harus dihukum!""Wali kota!" Anggoro menoleh, memerintahkan wali kota yang ada di sampingnya. "Segera perintah agar semua uang musik penonton yang tidak dapat masuk Restoran Khazanah Rasa hari ini dikembalikan."Anggoro melirik Arjuna dengan ekor matanya, kemudian meninggikan suaranya. Dia tampak sangat tegas. "Dalam hal ini, Kepala Pengadilan Tinggi lalai dalam tugasnya. Dia akan segera dipenjara, nasibnya akan diputuskan kemudian.""Yang Mulia."Arjuna menatap Anggoro dengan senyuman."Aku selalu adil dalam pekerjaanku. Siapa pun yang salah, tidak peduli seberapa tinggi atau rendah jabatannya, dia akan dipenjara." Anggoro berkata dengan sangat bangga. Dia melihat Arjuna tersenyum sehingga mengira Arjuna puas dengan penanganannya.Arjuna mengacungkan jempol. "Yang Mulia benar-benar hebat. Berbohong kepada atasan, menipu bawahan. Ketika atasan datang, semua orang dimasukkan ke dalam penjara. Ketika atasan pergi, semua
Disa menoleh sambil menggertakkan giginya. Dia bertanya dengan suara tidak jelas. "Apa?"Dia hendak meninggalkan Arjuna, melarikan diri terlebih dahulu.Arjuna yang membual, jadi dia harus menerima konsekuensinya sendiri. Disa tidak mau membantunya menanggung beban.Lagi pula, Arjuna memiliki banyak barang yang dapat membuktikan identitasnya. Jika orang-orang ini menyentuhnya dan barangnya jatuh, prefek Kota Harmonika akan datang untuk melindunginya.Kemudian prefek akan mengundang Arjuna masuk ke Restoran Khazanah Rasa."Oh ya!" Mata Disa berbinar. "Kenapa aku tidak kepikiran?""Kepikiran apa?"Entah mengapa, Arjuna merasa gelisah."Aku beri tahu ya!" Disa tiba-tiba berteriak, "Partitur itu ada padanya. Dia sendiri yang mengubahnya. Dia selalu merasa bahwa partiturnya adalah yang paling unik di dunia.""Dia yang memaksaku untuk mengatakan kata-kata tadi.""Disa ...."Arjuna menatap Disa dengan mata terbelalak dan penuh kebingungan, tetapi Disa hanya menjulurkan lidahnya, kemudian berk
"Entahlah siapa yang beruntung untuk melihat wajah asli Nona Amara tahun ini.""Kalau aku bisa melihatnya, aku rela mati.""Hei, tahukah kamu? Dalam dua tahun terakhir, salah satu orang beruntung yang melihat Nona Amara meninggal, satunya lagi menjadi gila.""Aku rela mati atau menjadi gila kalau aku bisa melihat wajah asli Nona Amara dan mendengarkannya bermain alat musik untukku."Saat berjalan, Arjuna mendengar banyak percakapan yang membuat bulu kuduk berdiri, kata-kata itu diucapkan oleh beberapa pemuda.Arjuna mendengarkan dengan saksama, kemudian sudah mengetahui apa yang terjadi.Ketika Amara memainkan alat musik, dia selalu mengenakan kerudung di kepalanya, tidak pernah menunjukkan wajahnya.Setiap tahun, dia akan memilih pendengar yang beruntung untuk datang ke rumah saljunya. Dia akan melepas cadarnya, memperlihatkan wajah aslinya, kemudian memainkan sebuah lagu untuk pendengar yang beruntung itu secara langsung.Menurut legenda, wajah asli Amara sangat memukau, seperti peri
Saat dia berbicara, lelaki tua berpakaian kuning itu menyambar daun emas dari tangan pasangan tua itu."Hei, kenapa kamu menyambar barang orang lain?" Pasangan tua itu cemas. "Daun emas ini diberikan oleh anak itu untuk meminta kami menjagamu.""Jadi, apakah kalian menjagaku?"Pasangan tua itu tertegun mendengar pertanyaan itu."Sekarang aku sudah bangun, tidak perlu dijaga, jadi daun emas ini milikku." Setelah mengatakan itu, lelaki tua berpakaian kuning mengeluarkan sepotong perak dari sakunya. Dia melemparkannya ke pasangan tua itu. "Nah, inilah yang pantas kalian dapatkan. Berhenti mengomel, hati-hati dengan tinjuku."Pria tua berpakaian kuning itu tidak mengangkat tinjunya, tetapi alat musiknya. Pasangan tua itu begitu takut sehingga mereka tidak berani mengatakan apa pun.Pria tua berpakaian kuning itu merasa puas, dia menimbang daun emas di tangannya, kemudian meniupnya. "Sepertinya asli, lupakan saja. Demi daun emas ini, aku tidak akan perhitungan dengan anak itu."Sambil berse
Arjuna memelotot, lalu berkata dengan serius. "Kalau tanganmu gatal, tahan saja. Jadi orang harus beradab dan sopan, tidak boleh menggaruk di depan orang lain.""Oke." Disa dengan melas meletakkan tangannya di belakang punggungnya, meraih tangan Ayumi.Wajah Ayumi memerah.Bukan malu, tetapi tidak nyaman dicubit."Bung, sini, sini!" Setelah masuk ke lembah, orang tua berpakaian kuning itu menuntun Arjuna ke jalan setapak yang terjal dan berlumpur."Meskipun jalan ini agak sulit untuk dilalui, hanya ada sedikit orang dan jalannya dekat. Sekarang kita sedikit kesulitan, nanti kita bisa ke Restoran Khazanah Rasa sebelum yang lain, bisa mengambil posisi yang bagus."Arjuna melihat sepatunya yang sudah berlumuran lumpur.Baiklah. Demi mendengarkan musik dewa, tidak masalah jika sepatunya sedikit kotor.Arjuna dan yang lainnya tiba di Restoran Khazanah Rasa dengan cepat. Ketika mereka tiba, hari memang masih pagi, tidak banyak orang yang mengantre untuk masuk.Namun ....Tepat ketika Arjuna