Bayi laki-laki atau perempuan?Disa berbalik, kemudian menatap Arjuna dengan penuh tanya.Uh ....Arjuna tertegun.Dia hanya memikirkan keselamatan Daisha dan anak sehingga tidak memerhatikan apakah anak itu laki-laki atau perempuan."Bukankah kamu akan tahu setelah lihat sendiri?"Arjuna sekali lagi memusatkan perhatiannya pada Daisha yang masih memiliki bayi dalam perutnya."Daisha, bayinya belum keluar. Ayo, dorong lebih keras, dorong lebih keras."Arjuna memberi semangat sambil menekan lembut perut Daisha dan mendorong ke bawah.Inilah yang diajarkan ibunya, seorang bidan, saat membantu anjingnya melahirkan.Bila kepala janin belum keluar, tekan perut bagian bawah agar janin meluncur ke bawah. Setelah kepala janin keluar ....Sementara Arjuna dan Daisha sibuk dalam proses persalinan, Disa juga dengan hati-hati membuka selimut."Anak laki-laki, itu anak laki-laki!"Suara Disa yang bersemangat terdengar melengking tinggi."Benarkah?" Tulip, Anggrek dan pembantu lainnya berkumpul di s
"Arjuna sudah keluar."Entah karena mereka masih takut dengan kata-kata Arjuna sebelumnya atau bukan ....Setelah Arjuna keluar dari kereta, orang-orang itu otomatis berhenti."Tidak perlu takut padanya. Dia hanya menakut-nakuti orang. Kita begitu banyak orang, bagaimana mungkin kalah dari ....""Siu!"Arjuna tiba-tiba mencabut tusuk mutiara yang ada di kepala Disa.Irwan tidak berani menyelesaikan kata-katanya. Dia bersembunyi di belakang pelayannya seperti pengecut. Arjuna telah membutakan salah satu matanya, dia takut Arjuna akan membutakan mata keduanya.Arjuna turun dari kereta, memegang tusuk mutiara sambil berjalan menuju Irwan selangkah demi selangkah."Arjuna." Irwan berpura-pura tenang. Dia berteriak dengan arogan di belakang pelayan. "Kamu ingin menggunakan trik yang sama untuk menyakiti mataku lagi? Aku beri tahu, jangan bermimpi. Ada begitu banyak orang yang menonton sekarang. Kalau kamu berani melakukannya, aku akan menuntutmu dan membuatmu menderita di penjara.""Arjuna,
"Yang Mulia, kerajaan kita sangat kekurangan laki-laki.""Sekurang apa?""Dari seratus orang, populasi laki-laki kurang dari dua puluh orang. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perempuan dewasa yang bunuh diri karena tidak dinikahi. Kalau hal ini terus berlanjut, fondasi kerajaan mungkin akan tidak stabil.""Sebarkan perintah ini. Mulai sekarang, setiap wilayah di kerajaan ini akan mengalokasikan pernikahan. Kalau ada orang yang bersedia menikahi lebih dari tiga wanita, dia akan diberi imbalan.""Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi.""Dalam tiga tahun, populasi laki-laki di kerajaan ini harus lebih banyak dari perempuan."...Arjuna Kusumo bangun karena terganggu oleh suara tangisan.Matanya terbuka, dia pun mendapati dirinya berada di sebuah rumah asing.Di sebelah Arjuna terdapat seorang wanita muda yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya."Jangan menangis lagi, berisik sekali!"Mendengar suara Arjuna, wanita itu segera menyeka air matanya seb
"Tuan, saya salah!""..." Arjuna tampak bingung.Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya."Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa.""Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."Apa?!Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.Bisa dilihat bahwa
Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar
"Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain."Buk!""Beranikah aku menghajarmu?""Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan."Buk!""Berani atau tidak?""Buk!""Berani atau tidak?"Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.Kenapa sekarang ...."Buk, buk, buk!" Arjun
"Siu!""Set!" Sebuah anak panah tertancap di panel pintu.Arjuna menatap anak panah yang berjarak nol koma sekian sentimeter darinya dengan mata terbelalak. Dia merasa seperti baru selamat dari bencana. Jika anak panah itu meleset sedikit saja ....Siapa?Siapa yang begitu berani?!Seorang wanita yang tinggi dan cantik tiba-tiba muncul di depan Arjuna."Kak Disa!"Sebelum Arjuna bereaksi, Daisha sudah menghampiri wanita itu.Kak Disa.Disa Alsava?Dalam ingatan Arjuna, Disa adalah kakak kandung Daisha, istri Arjuna yang lain.Arjuna mengamati Disa dengan cermat.Tingginya diperkirakan sekitar 170 sentimeter. Tinggi ini dianggap super tinggi pada zaman kuno.Parasnya mirip dengan Daisha, tetapi juga berbeda.Wajah Disa lebih tegas daripada Daisha, tubuhnya lebih berisi, warna kulitnya mendekati warna gandum, ditambah dengan tinggi badannya, dia memberi kesan lancang dan seksi.Mungkin karena lari cepat, wajah Disa memerah, butiran keringat menetes dari dahinya, dadanya naik turun, pakai
Disa tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Dia menurunkan anak panah dari busur panah, menggenggamnya dengan erat sambil memelototi Arjuna dengan tajam.Arjuna juga merasa marah saat mendengarnya. Jangankan Disa, dia saja ingin rasanya mencekik Arjuna yang sebelumnya.Daisha perlahan menurunkan tangannya yang terentang. Cahaya dalam matanya meredup sedikit demi sedikit. Disa benar, mereka belum pernah merasakan kehidupan yang nyaman sejak menginjakkan kaki di rumah ini.Dia sering bertanya-tanya, apakah mati lebih baik daripada hidup?"Dik Daisha, menyingkirlah." Disa mendorong Daisha ke samping, kemudian mengarahkan busur dan anak panahnya ke arah Arjuna lagi."Ah!" Daisha menutup matanya, dia tidak berani melihat.Sekitar tiga detik berlalu."Kamu ...."Disa tertegun melihat Arjuna yang mencekal tangannya di hadapannya."Bagaimana, bagaimana kamu ...." Disa berbicara dengan tidak jelas.Bagaimana Arjuna tiba di depannya dan mencengkeram tangannya? Bagaimana dia memiliki kecepatan sepert
"Arjuna sudah keluar."Entah karena mereka masih takut dengan kata-kata Arjuna sebelumnya atau bukan ....Setelah Arjuna keluar dari kereta, orang-orang itu otomatis berhenti."Tidak perlu takut padanya. Dia hanya menakut-nakuti orang. Kita begitu banyak orang, bagaimana mungkin kalah dari ....""Siu!"Arjuna tiba-tiba mencabut tusuk mutiara yang ada di kepala Disa.Irwan tidak berani menyelesaikan kata-katanya. Dia bersembunyi di belakang pelayannya seperti pengecut. Arjuna telah membutakan salah satu matanya, dia takut Arjuna akan membutakan mata keduanya.Arjuna turun dari kereta, memegang tusuk mutiara sambil berjalan menuju Irwan selangkah demi selangkah."Arjuna." Irwan berpura-pura tenang. Dia berteriak dengan arogan di belakang pelayan. "Kamu ingin menggunakan trik yang sama untuk menyakiti mataku lagi? Aku beri tahu, jangan bermimpi. Ada begitu banyak orang yang menonton sekarang. Kalau kamu berani melakukannya, aku akan menuntutmu dan membuatmu menderita di penjara.""Arjuna,
Bayi laki-laki atau perempuan?Disa berbalik, kemudian menatap Arjuna dengan penuh tanya.Uh ....Arjuna tertegun.Dia hanya memikirkan keselamatan Daisha dan anak sehingga tidak memerhatikan apakah anak itu laki-laki atau perempuan."Bukankah kamu akan tahu setelah lihat sendiri?"Arjuna sekali lagi memusatkan perhatiannya pada Daisha yang masih memiliki bayi dalam perutnya."Daisha, bayinya belum keluar. Ayo, dorong lebih keras, dorong lebih keras."Arjuna memberi semangat sambil menekan lembut perut Daisha dan mendorong ke bawah.Inilah yang diajarkan ibunya, seorang bidan, saat membantu anjingnya melahirkan.Bila kepala janin belum keluar, tekan perut bagian bawah agar janin meluncur ke bawah. Setelah kepala janin keluar ....Sementara Arjuna dan Daisha sibuk dalam proses persalinan, Disa juga dengan hati-hati membuka selimut."Anak laki-laki, itu anak laki-laki!"Suara Disa yang bersemangat terdengar melengking tinggi."Benarkah?" Tulip, Anggrek dan pembantu lainnya berkumpul di s
Arjuna melepas mantelnya, kemudian dengan cepat mengikatnya ke dua sisi kereta, sambil memberi instruksi kepada Disa yang berdiri diam."Jangan kaget atau bingung. Masuklah ke rumah sekarang, keluarkan pakaian kecil dan selimut yang telah disiapkan Daisha. Minta Dafodil untuk merebus beberapa panci air. Minta Tulip untuk memotong kelambu yang baru dicuci menjadi beberapa bagian agar aku bisa menggunakannya sebagai kain kasa. Kemudian minta Anggrek untuk menaruh gunting di atas api untuk memanaskannya hingga merah, lalu bawakan semuanya kepadaku.""Aku pergi sekarang juga."Pada saat ini, tidak ada gunanya bertanya apakah Arjuna bisa membantu melahirkan bayi.Tak lama kemudian.Disa membawa setumpuk pakaian kecil dan selimut.Tulip membawa setumpuk kain kasa yang terbuat dari kelambu.Anggrek membawa beberapa pasang gunting yang membara.Dafodil memimpin beberapa pembantu lainnya, membawa baskom berisi air mendidih dari rumah."Daisha."Arjuna membantu Daisha yang pingsan untuk bangun.
Seketika, orang yang menyerbu sambil membawa pisau dapur itu diam tak bergerak, seakan-akan dia dipaku di tempat.Niat membunuh yang tak tersamar di mata Arjuna membuat mereka bergidik.Pada saat ini, dia bukan manusia, dia adalah dewa kematian.Setiap kata yang diucapkannya penuh dengan aura mematikan.Arjuna menggendong Daisha sambil melangkah maju selangkah demi selangkah, sementara orang-orang yang mengelilinginya juga mundur selangkah demi selangkah.Tidak ada seorang pun yang berani menghentikannya."Jangan takut, dia hanya menakut-nakuti kita.""Hentikan dia, jangan biarkan dia keluar!"Irwan berteriak sampai tenggorokannya serak, tetapi orang-orang itu seakan tidak mendengarnya. Mereka mundur terus mundur.Roh jahat itu menakutkan saat keluar, tetapi Arjuna lebih menakutkan sekarang."Disa, cepat kendarai kereta ke gerbang utama."Tamael mengingatkan Disa.Pada saat ini, Arjuna telah berhasil keluar."Oh, aku akan segera pergi!"Disa melompat beberapa kali, kemudian menghilang.
Daisha yang ada di atas kasur makin melemah.Disa dan yang lainnya telah tertunda di luar begitu lama hingga ketuban Daisha pecah, sudah terlambat untuk menunggu bidan datang."Daisha, ayo."Arjuna menggendong Daisha, kemudian berjalan keluar.Terjadi kekacauan di luar gerbang kediaman Arjuna.Orang-orang mengepung rumah Arjuna dalam tiga lapisan. Disa dan Tamael yang ingin bergegas keluar, terhimpit oleh orang-orang yang menghalangi pintu. Disa bahkan tidak bisa mencabut anak panahnya.Karena orang-orang itu mendesak begitu erat hingga tidak ada ruang sama sekali.Mois mengirim banyak petugas pemerintah ke tempat, tetapi tidak peduli berapa jumlah mereka, mereka kalah banyak dari rakyat. Mereka terkepung dan tidak bisa bergerak sama sekali.Terdengar suara-suara pertengkaran, teriakan dan makian. Semuanya bercampur jadi satu."Ah!"Daisha sudah merasa sangat tidak nyaman, suara-suara itu membuatnya frustrasi.Dia berteriak sambil menutup telinganya.Akan tetapi, berteriak membuatnya l
"Astaga!""Dik Daisha!""Kak Daisha!"Disa dan Dinda bergegas masuk.Ayumi berusaha untuk membuka matanya yang tertutup.Pandangannya kabur."Tuan, maaf. Ayumi salah, Ayumi gagal melindungi Nyonya."Ayumi tidak hanya mengalami luka pada kedua matanya, tetapi punggungnya juga penuh luka.Darah mengalir di punggungnya, bercampur dengan Daisha."Siapa yang melakukannya? Siapa yang menyakiti Daisha dan anakku? Siapa yang melakukannya?!"Pada saat ini, Arjuna seperti singa yang mengamuk, api di matanya saja sudah cukup untuk membakar orang."Tuan, Nyonya Daisha tidak terluka, dia hanya terkejut. Dia akan segera melahirkan. Cepat ... kalau terlambat ...."Ayumi memuntahkan seteguk darah, jatuh ke lantai, kemudian kehilangan kesadaran sepenuhnya."Ayumi, Ayumi! Cepat, Disa, pergi cari tabib dan bidan!""Aku akan mencari tabib. Disa, kamu cari bidan saja," ucap Tamael."Oke!"Disa dan Tamael bergegas pergi.Arjuna menggendong Daisha. Pada saat yang sama, dia memberi instruksi dan mengajari Daf
Orang-orang di luar yang menggedor-gedor pintu berhamburan masuk, berkerumun. Suara jeritan kesakitan terus terdengar.Arjuna melangkah mundur begitu pintu terbuka. Dengan tangan di belakang punggungnya, dia melihat segalanya dengan tenang.Lebih dari sepuluh menit kemudian, kerumunan yang padat akhirnya terpisah. Beberapa orang yang terjatuh terluka parah. Keluarga mereka menggendongnya keluar sambil menangis."Arjuna, sialan kamu!""Kamu pasti sengaja!"Orang-orang itu mengalihkan kemarahan mereka kepada Arjuna.Arjuna merentangkan tangannya sambil berkata dengan polos. "Kalian yang mendobrak pintuku, menyuruhku keluar. Aku membuka pintu dan keluar sesuai perintah kalian. Kenapa dibilang aku sengaja?""..."Semua orang terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan Arjuna.Hal ini memang benar adanya.Mereka tidak pernah menyangka bahwa Arjuna akan membuka pintu sendiri. Kebanyakan orang akan berpikir untuk melarikan diri ketika mendengar kejadian seperti ini.Mereka tadi mendengar Tam
"Dasar bodoh."Arjuna mencolek hidung Daisha pelan. "Orang-orang itu tidak senang melihat kita punya anak, jadi mereka berkata begitu. Kamu malah memercayainya.""Tapi ...." Daisha masih tampak khawatir."Aku pernah melihat banyak orang hamil, tidak ada yang sebesar perutku. Selain itu ...."Melihat mata Daisha yang memerah, Arjuna merasakan sedih. Tanpa berpikir panjang, dia memegang wajah Daisha, kemudian mencium bibirnya.Emosi sensitif Daisha yang sedang hamil ditenangkan oleh Arjuna, ditelan di antara bibir dan giginya.Setelah beberapa saat.Arjuna dengan lembut membelai perut Daisha. "Tenanglah, jangan berpikir terlalu banyak. Ada lebih dari satu bayi di dalam perutmu, jadi tentu saja perutmu lebih besar daripada yang lain.""Benarkah?"Mata Daisha yang besar dan bagaikan bintang berbinar, bulu matanya berkedip-kedip.Hati Arjuna hampir meleleh saat melihatnya, dia mencium perut Daisha."Sungguh.""Kalau begitu ...." Daisha menatap perutnya dengan tatapan penuh kasih sayang khas
Malam itu, Bayu dan Irwan keluar dengan gembira menggunakan kereta.Begitu Bayu dan Irwan pergi, Ayumi masuk ke ruang kerja Arjuna."Tuan, seperti dugaanmu, Bayu mereka sudah keluar, ada tiga kereta."Arjuna berhenti menulis sejenak. "Oke, ikuti mereka.""Baik!" Ayumi menerima perintah itu, lalu pergi."Tunggu." Arjuna memanggil Ayumi. "Setelah meninggalkan kota, kurasa tiga kereta mereka akan berpisah. Jangan ikuti kereta mana pun, langsung pergi ke Gunung Kelana saja.""Tuan, apakah kamu curiga bahwa perjalanan mereka adalah ke Kuil Dewi?""Kemungkinan besar seperti itu."Hari itu di Kuil Dewi, Arjuna curiga bahwa keluarga Irwan memiliki hubungan dengan Kuil Dewi....Di kuil dewi."Konyol, benar-benar konyol!"Mendengarkan pernyataan Bayu, Sena terus menggelengkan kepalanya, dengan ekspresi jijik di wajahnya yang kelihatannya tenang.Ingin berdebat denganku? Kamu masih terlalu kecil.'"Pertapa, masalah ini sudah jelas sekarang. Kamu sudah boleh mengambil tindakan. Jangan berbelas ka