Meskipun dia menghabiskan setiap hari dalam sanjungan para pria, Amara belum pernah melihat pemandangan penuh cinta dan kasih sayang semanis itu.Amara curiga dirinya salah lihat sehingga dia berbalik untuk melihat lagi.Arjuna membantu Disa menyingkirkan rambutnya, adegan Disa tersenyum manis pada Arjuna kebetulan terlihat oleh Amara.Sial!Amara dengan cepat memalingkan wajah, lalu menepuk dadanya beberapa kali.Bisa-bisanya itu benar.Apakah benar-benar ada pasangan yang begitu saling mencintai di dunia ini? Seorang pria benar-benar bisa bersikap begitu lembut kepada istrinya?Bukankah Arjuna itu bajingan yang tidak bisa dimaafkan?Ayumi melihat Arjuna sudah bangun dari depan pintu. Dia dengan cepat berlari ke kamar, mengambil sisa bubur yang ada di kamar, berlari ke dapur, memanaskannya, kemudian membawanya kembali ke kamar."Bubur datang.""Berikan kepadaku." Disa segera mengambil bubur dari tangan Ayumi."Terima kasih atas kerja kerasmu." Arjuna mengangguk pada Ayumi."Sama-sama.
"Dasar pria biadab, hanya ingin hidup sendiri." Amara menunjukkan sikap cemooh terhadap kekukuhan Arjuna."Arjuna, memang ada anak-anak di luar. Mereka sudah lapar selama sehari. Tidak masalah berbagi sebagian kepada mereka."Dewata Pedang Kuning juga merasa perilaku Arjuna agak tidak pantas.Arjuna tidak segera membalas perkataan Dewata Pedang Kuning. Dia memberi isyarat kepada Disa untuk memapahnya berdiri."Tetap tidak boleh."Arjuna, yang duduk bersandar dalam pelukan Disa, bersikeras dengan pernyataannya sendiri.Sebelum dia koma kemarin, dia mendengar Disa dan yang lainnya mengatakan bahwa ada longsoran salju di luar.Penginapan adalah bangunan kayu tiga lantai, sedangkan Restoran Khazanah Rasa setinggi lima lantai. Keduanya luas. Jika runtuh bersamaan, di zaman kuno tidak ada alat penggali modern, entah akan memakan waktu berapa lama bagi orang-orang di luar untuk menyelamatkan mereka. Bisa saja sepuluh bulan.Sekarang ada longsoran salju pula, penyelamatan benar-benar sulit dil
"Ayumi, Tuan sudah kehilangan banyak darah dan sekarang sangat lemah. Cepat buatkan makanan."Disa memerintahkan Ayumi."Baik, Nyonya!"Ayumi berjalan keluar sambil membawa granat. Dia pergi ke dapur untuk mencari makanan. Jika Amara dan para pembunuh wanita lainnya berani menghentikannya, dia akan meledakkan mereka.Entah kenapa.Setelah melihat Ayumi pergi mencari makanan, Amara tiba-tiba menjadi bersemangat. Dia bangkit dari lantai."Kembali!"Dewata Pedang Kuning segera mengarahkan pedang ke Amara."Aku tidak akan pergi!"Di balik cadar, sepasang mata besar yang indah itu kembali hidup.Namun, tatapannya tampak aneh.Amara duduk di kursi, lalu berkata dengan santai. "Apa kamu tidak mendengarnya tadi? Arjuna harus makan sesuatu. Aku ini ...."Amara terdiam.Matanya benar-benar indah.Dewata Pedang Kuning, yang telah berkeliling dunia dan melihat berbagai wanita cantik di dunia saja, merasa bahwa mata Amara adalah satu-satunya di dunia.Dia benar-benar cantik.Sayangnya ... dia adala
Arjuna mengerti keterkejutan Disa dan yang lainnya, tetapi dia tidak punya energi ekstra untuk menjelaskannya sekarang."Setelah esnya meleleh, ganti dengan yang baru. Jangan takut aku kedinginan. Terus ganti sampai lukanya berhenti berdarah."Setelah mengucapkan begitu banyak kata berturut-turut, Arjuna merasa sangat lelah dan ingin memejamkan mata.Namun ....Arjuna menggertakkan giginya, bertahan.Dia belum boleh tidur."Sekalipun aku tertidur, kehilangan kesadaran, kamu harus tetap memberiku air hangat yang telah disiapkan Ayumi. Tapi jangan lebih dari dua sendok setiap suap. Suap setiap setengah batang dupa sekali."Jika kehilangan terlalu banyak darah, mudah mengalami syok. Jadi, harus mengisi kembali cairan tepat waktu.Namun, tidak boleh minum banyak air sekaligus, karena minum banyak air akan menyebabkan penurunan volume darah yang tajam. Tubuhnya sekarang dalam kondisi sangat lemah. Minum banyak air dapat dengan mudah menyebabkan gangguan air dan elektrolit, kemudian meningka
"Kamu ...." Arjuna menatap Amara. Dia terlalu lemah, butuh waktu lama untuk lanjut berbicara. "Yakin aku tak bisa bertahan hidup?""Memangnya kamu pikir kamu masih bisa hidup?"Suara Amara sangat bagus. Arjuna, yang berbaring di tempat tidur, tersenyum tipis.Suara yang begitu bagus malah mengucapkan kata-kata yang begitu dingin dan kejam.Bagus!Arjuna tidak akan mati apa pun yang terjadi."Jika aku tidak mati, kamu ...." Arjuna berhenti sejenak sebelum berbicara lagi. "Harus beri tahu aku apakah liontin giok itu milikmu.""Setelah kamu berhasil bertahan hidup baru bahas," ujar Amara dengan datar.Arjuna mengatur napasnya untuk waktu yang lama sebelum menunjuk lehernya. "Terima kasih."Dia mengatakannya kepada Dewata Pedang Kuning.Dewata Pedang Kuning telah menggunakan kekuatannya untuk menutup luka Arjuna, mengurangi jumlah pendarahan. Jika tidak, sekalipun Arjuna tidak mati sekarang, dia akan koma."Sama-sama!" Dewata Pedang Kuning cemberut. Dia benar-benar tidak terbiasa dengan uc
Dewata Pedang Kuning mengabaikan kata-kata Amara. Dia berjalan cepat dengan Arjuna di punggungnya, menarik Amara dari kasur, kemudian melemparnya ke luar."Nona, Nona!" Khalisa berlari masuk dengan dua pembantu. Mereka memapah Amara yang dilempar oleh Dewata Pedang Kuning."Oh, sial!" Khalisa menunjuk Dewata Pedang Kuning sambil mengumpat. "Kamu mengambil tempat tidur nonaku dan melemparnya ke luar. Apakah kamu tidak takut disambar petir?"Dewata Pedang Kuning mengernyit.Wanita tua ini benar-benar berisik."Bu Khalisa, aku baik-baik saja. Tuan terluka parah. Sudah sepantasnya memberinya tempat tidur."Kata-kata Amara menyelamatkan nyawa Khalisa.Duduk di kursi, Amara masih tampak seperti peri.Matanya yang besar menunjukkan tatapan sinis ketika melihat Dewata Pedang Kuning yang sibuk menyelamatkan Arjuna di kasur.Sibuklah.Semua usaha hanya akan sia-sia.Tidak ada obat dan terjebak, dewa pun tidak akan bisa menyelamatkannya."Hei, di mana obatmu?" tanya Dewata Pedang Kuning kepada Di