Share

Bab 645

Author: Abimana
Pada sidang pagi hari ini, Bara adalah orang pertama yang berbicara.

Dia memegang giok, berdiri di tengah aula. "Paduka Kaisar, setelah Arjuna dinaikkan menjadi Wakil Menteri Keuangan, posisi Penentu Nasib Perbendaharaan Negara masih kosong. Perbendaharaan negara adalah fondasi dinasti kita. Semoga Paduka Kaisar segera memilih seseorang untuk mengisi kekosongan posisi tersebut."

"Kandidat Penentu Nasib Perbendaharaan Negara memang harus segera ditetapkan."

Begitu Dewi selesai berbicara, Bara mengeluarkan sebuah daftar dari lengan bajunya.

Hanya ada satu orang dalam daftar Bara. Setelah membaca nama yang tertera pada daftar, dia menambahkan, "Paduka Kaisar, aku sudah menunjukkan kandidat ini kepada Yang Mulia Perdana Menteri. Perdana Menteri juga merasa bahwa orang ini memiliki kemampuan dan memenuhi syarat untuk menjadi Penentu Nasib Perbendaharaan Negara."

Bara menyebut Yudha.

Dengan kata lain, dia tidak membiarkan Dewi membuat keputusan, melainkan hanya memberitahunya.

Yudha tidak me
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1020

    "Yang Mulia Perdana Menteri Kiri dan Pangeran telah meninggalkan kota, bukan kembali ke ibu kota, tapi menuju Lokalista."Lokalista adalah sarang para bandit."Kalau begitu kita harus pergi ke sana juga. Apakah Yang Mulia Perdana Menteri dan Pangeran menyuruh Bagas pergi juga?"Bagas adalah komandan Kota Phoenix yang memimpin garnisun kota.Kota Phoenix hanyalah sebuah kota di bawah ibu kota, seharusnya tidak memiliki komandan. Namun, karena merupakan kota perbatasan, kota ini memiliki garnisun dan kapten.Namun, populasi laki-laki Bratajaya sedikit, kota perbatasan yang miskin seperti Kota Phoenix bahkan lebih sedikit pasukannya. Ditambah lagi pertempuran sebelumnya dalam melawan Pasukan Kalima, Bagas hanya memiliki kurang dari tiga ratus orang di bawah komandonya sekarang.Rian berlari kembali ke rumah, mengambil sepatunya, memakainya sambil berjalan keluar. "Kita cepat menyusul!""Yang Mulia!"Pada saat ini, Bagas datang."Bagas?" Rian menatap Bagas dengan heran. "Kenapa kamu di sin

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1019

    Bangunan terbaik di kota itu sebenarnya istana tempat Raja Kalima tinggal sebelumnya, yang dibangun setelah Negara Kalima menduduki Kota Phoenix.Sebelumnya, Arjuna merasakan semua kesombongan dan kekuasaan sebagai Perdana Menteri Kiri. Yudha tak bisa mengganggunya sesuka hati.Sekarang, dia baru menyadari bahwa makin tinggi posisinya, makin berat tanggung jawabnya.Bratajaya masih sangat miskin dan sengsara.Melihat Arjuna yang murung, Pangeran Maruta tak berani mengajaknya minum atau bermain hompimpa. Dia duduk di samping, suara minumnya pun menjadi lebih pelan."Aish, ini benar-benar masalah besar."Pangeran Maruta yang setengah mabuk meletakkan kendi anggurnya, lalu bersandar di tembok kota."Arjuna, apakah menurutmu kita masih harus memberantas para bandit?""Kita tetap arus memberantas mereka," kata Arjuna tegas."Bagaimana dengan putra Rian? Dia sudah dilatih sejak kecil, sekarang dia sudah menjadi pemimpin bandit.""Rian sudah membunuh salah satu anaknya dengan tangannya sendir

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1018

    Wajah Nyonya Tua He dipenuhi kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan."Bahkan karunia Tuhan pun tak mampu menahan kekejaman dunia ini. Saat putraku pergi menumpas bandit untuk kelima kali, para bandit itu memanfaatkan kesempatan untuk menyelinap ke kota. Cucu kembarku yang baru lahir pun di ...."Pada saat ini, wanita tua itu tercekat, bibirnya berkedut beberapa kali, tak mampu melanjutkan."Apakah cucu kembarmu dibunuh oleh para bandit itu?"Pangeran Maruta bertanya. Dia sudah tahu jawabannya tanpa wanita tua tersebut menjawab. Dia mengepalkan tinjunya yang besar erat-erat, buku-buku jarinya berderak."Tenanglah, aku akan membunuh semua pemimpin bandit itu.""Pangeran!"Ibunya Rian berlutut lagi. "Pasukan Negara Kalima sudah pergi. Tolong, kembalilah ke ibu kota.""Ada apa denganmu, wanita tua?" Pangeran Maruta murka."Kalian bilang banyak bandit adalah putra-putra penduduk desa ini. Aku tidak membunuh sembarang bandit, hanya pemimpin mereka. Apakah tidak boleh?""Pangeran!" Arjuna men

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1017

    "Wanita-wanita itu ingin membunuh seorang perdana menteri tingkat satu. Mereka itu sama dengan pengkhianat, kamu masih membela mereka?"Pangeran Maruta menendang Rian dengan marah.Rian bangkit, lalu berlutut di hadapan Arjuna, memohon untuk para wanita itu."Mereka terpaksa melakukannya. Putra-putra mereka berada di tangan para bandit. Banyak yang ditangkap di usia yang sangat muda. Mereka dipaksa menjadi bandit. Jika mereka tidak berlatih menjadi bandit, para pemimpin bandit akan membunuh ibu mereka."Begitu Rian mengucapkan kalimat tersebut, tempat itu dipenuhi tangisan.Meskipun Arjuna sudah bisa menebak jawabannya, mendengar kata-kata Rian secara langsung tetap mengejutkan.Para ibu yang takut anaknya mati, mencegah pemerintah mengirim pasukan untuk membasmi para bandit.Para putra yang takut ibunya mati, berlatih tanpa lelah untuk menjadi bandit yang handal.Harus diakui bahwa pemimpin bandit itu cukup cerdas."Itu salahmu!" Pangeran Maruta menendang Rian lagi. "Jika kamu mengiri

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1016

    "Aku mendengar semuanya dengan jelas. Kamu hanya menyuruh Rian untuk menumpas para bandit. Kenapa jadi menyakiti mereka ...."Pangeran Maruta tiba-tiba terdiam."Para bandit?!" seru Pangeran Maruta. "Jangan-jangan para bandit itu putra mereka?""Kurasa bisa jadi." Arjuna mengangguk."Mereka bukan bandit. Kalian, para pejabat tinggi, tahu apa?"Percakapan antara Pangeran Maruta dan Arjuna membuat emosi para wanita itu menggebu-gebu. Mereka mendorong dan menyikut para petugas pemerintah yang mengelilingi Arjuna dan Pangeran Maruta. Ketika mereka tidak bisa mendorong pria-pria itu, mereka pun hendak menusuk dengan pisau dan gunting mereka."Brak!"Pangeran Maruta melempar toples anggur ke lantai."Dasar sekelompok wanita gila! Aku tidak menunjukkan kekuatan, kalian pikir aku ini tak berdaya ya?!"Pangeran Maruta melangkah maju, lalu menendang beberapa wanita.Namun, tendangan yang diterima para wanita itu tidak membuat mereka jera.Sebaliknya, para wanita itu menjadi makin agresif. Mereka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 1015

    Seorang wanita tua berusia enam puluhan berdiri di depan Rian."Ibu, aku ada urusan mendesak. Tolong jangan ganggu aku," kata Rian dengan nada sedih.Orang yang menghentikan Rian untuk melawan para bandit tak lain adalah ibunya.Ibunya Rian melirik pisau di tangan Rian sambil berkata dengan nada dingin. "Bukankah urusanmu di kantor pemerintah? Kamu seorang pejabat malah membawa pedang. Memangnya kamu algojo atau tukang jagal?""Ibu, aku ada urusan mendesak. Pengawal, kemari!"Rian berkata, kemudian menoleh ke arah para petugas di belakangnya. "Bawa Nyonya Besar ke dalam.""Siapa yang berani menyentuhku?"Ibunya Rian segera mengeluarkan gunting, lalu mengarahkannya ke para petugas yang mendekatinya.Setelah para petugas berhenti, tidak berani bergerak maju, ibunya Rian segera mengarahkan gunting ke lehernya."Rian, jangan pikir aku sudah tua, maka jadi bodoh. Aku tahu kamu akan membunuh bandit. Bunuh aku dulu, baru langkahi mayatku.""Ibu, apa yang Ibu lakukan?" Wajah Rian dipenuhi rasa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status