Share

Bab 9: Hidup Berubah

Devano memandang platform yang telah lapuk dan nyaris jatuh. Dia meresakan perasaan yang berbeda, ditambah lagi bau apek yang hampir memenuhi semua ruang di rumah tersebut. Sepertinya di dalam rumah tidak sama sekali terkena sinar matahari, sehingga di dalam rumah menjadi lembab.

Entah mengapa? Sejak bertemu dengan pria yang merupakan utusan kekeknya tersebut, dia merasa berubah. Perasaan tidak nyaman di tempat yang begitu kumuh seperti ini. Dia merasa lebih baik mencari tempat tinggal yang lebih baik, apa lagi pria tersebut memberi tahu isi di dalam kartunya cukup besar dan lebih dari cukup untuk membeli sebuah rumah.

Biasanya dia tidak pernah memikirkan tentang ketidaknyamanan ini, tapi sekarang menjadi sangat berbeda. Ternyata memiliki uang membuat pemikiran seseorang menjadi berubah. Sebelumnya, dia hanya ingin bertahan hidup, tapi sekarang dia memiliki lebih dari sekedar hidup.

Dia sulit memejamkan mata, seakan semua kejadian yang baru saja dia alami adalah sesuatu yang mengubah semua panca indra yang dia miliki.

Sekarang, dia sudah tidak bingung dengan biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan ayah angkatnya, termasuk masa depannya.

Bahkan Devano mampu untuk memperbaiki rumah yang sudah banyak menampung yatim piatu ini. Dengan uang yang dia miliki, maka dia tentu saja tidak akan membiarkan rumah ini menjadi hancur, karena dia tidak ingin kehilangan kenangan yang telah menjadikan dirinya seperti saat ini.

Kehidupan memang sulit untuk ditebak, sebelumnya dia harus kehilangan pekerjaan dan merupakan hal yang terburuk buat dirinya, tapi semua itu menjadi tidak terlalu berguna, setelah dia tahu apa yang dia dapatkan selanjutnya. Seakan tuhan ingin menguji seberapa kuat dia menerima penderitaan. Puncaknya adalah hari ini. Devano merasa bahwa tuhan telah memberikan sebuah situasi yang berbeda. Dia sangat senang akan hal itu. Sebuah hadiah yang belum tentu didapatkan oleh siapa pun di dunia ini.

Selama ini, Devano memang selalu diperlakukan buruk karena dia bukan siapa-siapa. Bahkan pada saat bekerja di Hotel Mambo Kemilau, dia kerap mendapat perlakukan tidak menyenangkan dari atasannya atau pun dari rekan kerjanya.

Dia juga sering diminta membayar sejumlah uang, jika ingin tetap bekerja di hotel oleh atasannya. Hari ini semua itu seakan memberi tahu kepada dirinya bahwa dia sudah terbebas dari itu semua.

"Aku akan membuat perubahan mulai hari ini. Aku tidak akan membiarkan siapa pun merendahkan diriku. Aku adalah Devano Winoto merupakan orang yang beradab dan juga memiliki semua hal yang harus dimiliki!" gumamnya di dalam hati dengan sebuah senyuman mengambang di bibirnya.

Esok paginya, setelah bangun dari tidur Devano bergegas menuju ke kamar mandi. Dia merasa tubuhnya segar dan sehat melebihi dari biasanya. Dia mandi dan menggunakan pakaian terbaik yang dia miliki.

Yah, dia memang berencana untuk mendatangi Horizon Solution. Entah mengapa ada sesuatu yang terus mendorong dirinya untuk datang ke kantor tersebut.

Devano berjalan dengan langkah begitu percaya diri, meski dia belum sarapan apa pun. Dia berjalan dengan tergesa- gesa, karena di pagi seperti ini suasana di bus akan terasa sesak dan bisa-bisa dia tidak mendapatkan tempat.

Meski pagi ini termasuk cukup kesiangan buat dirinya. Biasanya pukul lima pagi, dia sudah keluar dari rumah untuk bekerja.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit.

Benar saja, pada waktu Devano tiba di halte bus, dia melihat penumpang sudah cukup banyak menunggu. Mau tidak mau dia harus mengantri untuk naik bus.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status