Setelah menempu perjalanan selama satu jam, Devano akhirnya tiba di sebuah gedung yang cukup besar.
Di depan gedung tersebut terlihat tulisan yang sangat besar, yaitu Horizon Solution Group.
Sebuah gedung megah dan juga sangat mewah. Buat Devano, dia sama sekali tidak mengira bahwa perusahaan tersebut sekarang adalah miliknya.
Dengan perasaan tidak menentu, Dia berjalan masuk ke lobi gedung tersebut.
Dia melihat banyak orang datang memasuki gedung dengan menggunakan akses masuk masing- masing, sungguh pemandangan yang sangat luar biasa buat Devano.
Pada waktu dia tiba di depan lobi gedung, dia secara tidak sengaja sebuah mobil mewah keluaran Eropa berhenti tepat tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Devano melihat pasangan muda baru saja keluar dari mobil tersebut. Mereka menggunakan pakaian yang cukup rapi dan juga mewah.
Seorang lelaki tampan keluar dari mobil dengan langkah elegan. Dia tersenyum sambil membukakan pintu untuk seorang perempuan yang terlihat sangat cantik dan juga menawan.
Devano tentu saja terkesima melihat hal tersebut, meski dia sebenarnya sudah biasa melihat orang kaya, tapi entah mengapa kali ini dia melihat sesuatu yang berbeda.
"Hai, Bajingan! Apa yang sedang kau lihat?" bentak lelaki berjas mewah kepada Devano.
Mendengar bentakan tersebut, Devano sangat terkejut.
"Lah malah bengong begitu. Apa matamu tidak diberi pelajaran yang benar? Sungguh berani menatap dengan cara seperti ini!" ucap sang lelaki berjas mewah itu sambil mendorong Devano hingga terjatuh. "Apa aku harus mencongkel matamu itu!"
Orang- orang mulai menatap ke arah keributan. Meski begitu, tidak ada yang berniat membantu Devano sama sekali.
Justru sebaliknya mereka menatap ke arah Devano dengan tatapan penuh penghinaan.
Dunia memang tidak bisa diukur dengan pakaian, tapi pakaian mampu membuat orang melihat dengan cara berbeda. Mata memang selalu membutakan dengan apa yang dilihatnya, sehingga manusia banyak tertipu oleh karenanya.
Beberapa petugas keamanan mendatangi Devano dengan tatapan penuh kecurigaan.
"Kalian singkirkan pengemis ini di depan gedung ini. Dia hanya akan menjadi pemandangan yang tidak baik buat Horizon Solution Group!" seru sang lelaki yang ternyata seorang mitra penting dari Horizon Solution.
"Baik, Pak Handerson. Kami akan segera mengusir dan sedikit memberikan pelajaran kepada pemuda yang tidak tahu diri ini."
Beberapa petugas keamanan segara menarik tangan Devano. Dia diperlakukan seperti seorang penjahat yang baru saja melakukan tindakan kejahatan.
"Tunggu dulu! Apa salah diriku, sehingga kalian berani melakukan tindakan seperti ini?" tanya Devano yang membuat beberapa petugas keamanan yang memegang dirinya menjadi tertawa.
"Kesalahan dirimu adalah berani memandang wanita dari mitra penting dari perusahaan Horizon Solution. Apa sekarang kau sudah tahu di mana letak kesalahan dirimu," ucap petugas keamanan dengan suara meremehkan.
Devano sangat kesal karena selalu diperlakukan dengan cara tidak sopan seperti ini. Baju yang dia kenakan sekarang sudah kotor. Meski dia tahu bahwa pakaian tersebut memang tetap tidak bisa dipandang bagus, tapi itu adalah pakaian terbaik yang di miliki.
"Apa memandang tidak boleh? Aku hanya kebetulan saja melihat dia lewat di depan mataku. Apa itu sebuah kesalahan?" seru Devano dengan suara terdengar kesal.
"Sekarang kau mau pergi dari area perkantoran kami atau akan bawa ke kantor polisi dengan tuduhan mengganggu ketertiban di kantor kami," ancam petugas keamanan dengan suara terdengar sangat kesal.
Safira duduk di ruang tamu besar rumah keluarganya, mengamati ornamen-ornamen mewah yang menghiasi sekelilingnya. Dia adalah wanita muda berusia tiga puluhan, dengan rambut hitam panjang yang selalu rapi disanggul. Matanya yang tajam dan ekspresinya yang tenang menunjukkan kecerdasan dan ketegasan. Di hadapannya, duduk neneknya, seorang wanita tua dengan rambut putih yang terurai lembut. Neneknya, meskipun tampak lemah, memiliki aura otoritas yang tidak bisa diabaikan."Safira, sayang, nenek ingin membicarakan sesuatu yang penting," kata Ny. Amora dengan suara lembut namun tegas. Safira mengangguk, siap mendengarkan. "Perusahaan keluarga kita, Mega Rejeki, baru saja mengalami perubahan besar."Safira mengerutkan kening, merasa ada yang aneh. "Perubahan apa, Nek?""Nenek sudah menjual sebagian besar saham perusahaan kepada seseorang yang nenek percayai," jawab Ny. Amora, matanya bersinar dengan kilau yang tidak bisa dijelaskan.Safira terkejut. "Kenapa, Nek? Bukankah kita selalu menjag
Berita tentang perpindahan Perusahaan Mega Rejeki kepada pemilik baru langsung membuat semua orang menjadi terkejut. Banyak orang bertanya tentang kebenaran dan juga penyebab semua terjadi. Hal ini membuat banyak orang berspekulasi bahwa keluarga Amora sudah bangkrut. Bahkan ada yang berani memprediksi bahwa keluarga Amora akan menjadi gelandangan.Sungguh sebuah isu yang sama sekali tidak mengenakan telinga buat Amora dan keluarganya. Meski sudah berusaha menahan semua isu tersebut, tetap saja semua berjalan tanpa bisa terkendali sama sekali.Berita ini juga memberikan cerita bahwa pemilik baru masih sangat muda dan tentu saja sangat kaya. Hal ini membuat banyak orang kaya berharap bisa menjalin hubungan dengannya. Meski begitu, rahasia tentang siapa pria tersebut masih belum terbuka sama sekali.Melihat situasi yang seperti ini, banyak berharap bahwa mereka juga bisa menjalin hubungan bisnis dengan Perusahaan Mega Rejeki. Sebelumnya mereka enggan bekerja sama karena perusahaan terse
Mendengar tidak ada pilihan lain, kecuali menerima tawaran seorang investor, Amora hanya bisa menarik napas pendek. Dia tahu bahwa ada kemungkinan dia akan kehilangan posisi. Sebagai pemegang saham minoritas, maka tidak ada jalan lain, kecuali ikut dengan pemilik yang terbanyak. Tidak ada yang bisa dilakukan akan hal itu."Baiklah. Aku setuju dengan semua yang kau tawarkan. Apa prosesnya bisa dilakukan sekarang juga?" tekanan yang diberikan Bank Nagara membuat Amora sama sekali tidak bisa memilih. Dia pasti lebih baik menjual delapan puluh persen saham, dari pada dia harus kehilangan perusahaan secara penuh. Setidaknya dengan kehilangan delapan puluh persen saham, dia masih mempunyai kesempatan di masa yang akan datang.Amora duduk di kursi kantor yang empuk dengan perasaan campur aduk. Ruangan meeting yang mewah dengan dinding kaca yang memberikan nuansa kehebatan di masa lalu, terasa begitu menyesakkan hari ini. Di hadapannya terhampar berkas-berkas transaksi yang harus ia selesaika
Amora sama sekali tidak mampu berkata apa-apa. Dia sendiri baru saat ini tahu akan keuangan yang sebenarnya. Selama ini, dia hanya terpaku pada laporan keuangan yang selalu dibuat baik-baik saja oleh Carlos. Sekarang dia sudah tahu, tapi semua itu sudah terlambat sama sekali."Emang kita masih punya cadangan seberapa besar lagi?" tanya Amora dengan tatapan penuh kebingungan kepada manejer keuangan.Dengan suara terbata-bata, sang manejer keuangan menjawab, "Maaf Bu Amora. Pada saat ini, uang yang ada di rekening sudah tidak mungkin untuk kita pakai lagi.""Maksudmu?" tanya Amora dengan tatapan tajam, "jelaskan apa maksudmu bahwa uang di rekening sudah tidak bisa digunakan lagi?""Uangnya sudah habis. Pada saat ini, kita sudah sama sekali tidak bisa melakukan pembayaran hutang. Bahkan untuk biaya operasional saja, kita sudah tidak mampu lagi!""Apa?" ucap Amora dengan suara tertahan. "Berapa saham kita yang bisa dijual untuk menutup itu semua?""Sebelumnya saya menghitung sekitar empat
Amora memang tidak tahu harus berbuat apa. Dia sama sekali tidak mengira, jika kleputusan yang sulit harus dia ambil. Sungguh bukan sesuatu yang mudah, tapi pada saat ini, dia harus melakukannya. "Bu, apa ada cara lain yang bisa kita lakukan?""Apa kau mau menjual semua hartamu untuk digunakan membayar semua hutang jatuh tempoh?" tanya Amora kepada Carlos yang memang selama ini lebih dipercaya dari pada anak sulungnya.Carlos tentu saja langsung terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya. Dia tidak mau membuat sesuatu hal yang sangat merugikan. Dia memang tidak mau membuat Perusahaan Mega Rejeki diambil orang lain, tapi dia tidak mau sama sekali berkorban untuk perusahaan tersebut menggunakan hartanya.Pada saat semuanya masih terdiam dengan pikiran masing-masing, terdengar pintu dibuka dari luar. Seorang wanita yang merupakan asisten pribada Amora masuk dan mendekat."Maaf, Bu. di luar ada perwakilan dari Bank Nagara. Mereka mau bertemu dengan ibu terkait hutang jatuh
Amora memandang ke arah semua orang. Dia sama sekali tidak mengira, jika semua ini terjadi hanya karena ulah dari Handerson yang merupakan cucu kesayangannya. Dia selama ini selalu berusahaan mendapatkan sebuah kesenangan dan keuntungan, tapi kini, semua itu terasa lenyap di tangannya.Amora menekan telpon untuk menghubungi Handerson. Dia tidak bisa menerima berita begitu saja, kecuali langsung mendengar dari yang bersangkutan.Ketika telpon tersambung, Amora masih menahan kemarahannya. Dia bertanya dengan suara yang lembut dan tidak terlihat sedang menahan sebuah kemarahan sama sekali."Handerson, apa yang terjadi dengan Horizon solution? Aku baru saja mendengar bahwa kau bersikap tidak sopan yang membuat CEO yang baru di Horizon solution tersinggung dan memutus semua kontrak kerja sama kita. Sebenarnya siapa yang telah kau hina dan remehkan?"Handerson langsung terkejut mendengar pertanyaan nenek mertuanya tersebut. Dia sama sekali tidak mengira akan diberi pertanyaan seperti ini. D