Share

Bab 2

Author: Rana Semitha
last update Huling Na-update: 2024-02-20 13:08:32

Sebuah kabut putih keluar dari mulut Bai Hu. Pria itu mendesah pelan sebelum akhirnya mengangguk. "Benar."

Pandangan Bai Hu menerawang ke depan, menatap awan putih yang jauh di atas sana. "Saat itu aku menemukanmu di dasar jurang."

Bai Hu menunduk, mengambil sesuatu dari lengan jubahnya. Itu adalah sebuah belati yang memiliki relief naga berwarna hitam. Terlihat agung dan mengesankan. "Aku menemukan ini di tubuhmu."

Wang Jiang menerima belati tersebut dan menariknya. Di bagian badan belati terlihat dua karakter yang dibaca 'Wang Jiang'. Bai Hu berpikir jika itu adalah miliknya sehingga memanggil pemuda itu dengan nama Wang Jiang.

Entah mengapa, Wang Jiang merasa jika separuh jiwanya berada di belati itu. Sebuah rasa kepemilikan muncul begitu saja saat dia melihat belati itu.

"Aku ... aku merasa jika ini adalah barang berharga yang aku miliki."

"Jika kau merasa demikian, sangat mungkin jika namamu adalah Wang Jiang."

Wang Jiang mengangguk. Pandangannya jatuh pada Bai Hu. "Setelah aku sembuh, apa Kakek akan mengusirku dari tempat ini?"

"Jika kau ingin tinggal di sini, aku tidak akan keberatan." Bai Hu menghentikan kalimatnya, menarik napas panjang dan menembuskan napasnya pelan. "Namun, jika kau ingin pergi, aku tidak akan menahannya."

"Aku tidak akan pergi." Pemuda itu menjawab tanpa berpikir. Dia sudah merasakan kebaikan hati Bai Hu, sebelum dia membalas budi, dia tidak akan pergi.

"Tidak perlu memikirkannya sekarang. Ingatanmu masih belum pulih. Siapa yang tahu jika kau merupakan orang penting di sebuah tempat?"

Wang Jiang tidak membantahnya, dia hanya mengangguk.

***

Hari terus berganti, bulan mulai berlalu. Sudah lima bulan berlalu sejak Wang Jiang tersadar. Pemuda itu terlihat sehat seperti manusia normal lainnya, hanya saja banyak meridiannya yang hancur dan membuatnya tidak bisa menggunakan kemampuan beladiri.

Setiap harinya, Wang Jiang selalu membantu Bai Hu. Dia juga mengikuti pelatihan karena sudah menjadi anggota Sekte Bangau Putih.

Meski berlatih setiap hari, tetapi tidak banyak perubahan yang terjadi. Hal itu membuat anggota muda Sekte Bangau Putih sering menghinanya sebagai sampah. Seperti sekarang, sekelompok pemuda menghajarnya dan mengoloknya sebagai sampah.

Wang Jiang tidak menghindar, lebih tepatnya tidak mampu. Meski fisiknya tidak lagi lemah, tetapi mereka menggunakan tenaga dalam yang membuat Wang Jiang tidak mampu berkutik. Jika dia melakukan perlawanan, mereka akan menyiksanya dengan lebih kejam.

Pemuda itu menggelepar kesakitan di tanah. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini. Jika dirinya tidak lemah, maka mereka tidak akan mengganggunya.

"Wang Gege, apa kamu baik-baik saja?" Sebuah suara selembut kelopak mawar bergema di telinga Wang Jiang.

Pemuda itu menoleh dan melihat seorang gadis berjalan mendekatinya dengan wajah cemas.

Wang Jiang mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja."

Dengan segenap kekuatannya Wang Jiang berusaha bangkit. Meski dadanya terasa sangat sakit, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi lemah itu kepada Mei Ling.

Sementara itu, Mei Ling yang sejak awal sudah menyadari luka itu segera mendekati Wang Jiang dan berniat membantunya.

"Sudah kukatakan, aku baik-baik saja!" tegas Wang Jiang.

Mei Ling tidak berhenti, dia terus mendekat dan membantu Wang Jiang berdiri.

Entah mengapa, tiba-tiba jantung Wang Jiang berdegup kencang. Setiap kali Mei Ling menyentuhnya, seperti ada aliran listrik yang menjalari tubuhnya.

"Kamu terluka, aku akan membantumu merawatnya."

Dengan penuh perhatian, Mei Ling memapah Wang Jiang menuju bawah pohon Prem yang sedang bermekaran. Pemuda itu duduk di bawah pohon Prem dan bersandar di batang pohon.

Mei Ling mengumpulkan dahan pohon Prem dan memotongnya sepanjang satu jengkal. Ranting-ranting itu dia ikat satu sama lain hingga terbentuk sebuah lembaran.

"Buka bajumu."

Wang Jiang membuang muka, menghindari tatapan Mei Ling. "Itu tidak perlu, aku baik-baik saja."

Mei Ling membuka ikatan jubah Wang Jiang. Pakaiannya yang tipis terbuka, menunjukkan tubuh Wang Jiang yang dipenuhi bekas luka.

Lembaran ranting Prem itu melingkari dada Wang Jiang. Mei Ling mengikatnya cukup kencang.

"Jangan protes. Jika tidak menggunakan ini, satu pukulan mereka bisa membuatmu berbaring di ranjang lagi."

Seperti biasa, Wang Jiang tidak pernah menang jika berdebat dengan Mei Ling.

"Terima kasih." Wang Jiang merapikan pakaiannya lagi.

"Apa yang kalian lakukan!" Sebuah suara menginterogasi terdengar keras di belakang mereka.

Mei Ling menoleh dan melihat seorang pemuda berjalan menghampiri mereka seperti serigala lapar yang menemukan mangsa. Itu terlihat buas.

"Hu Tang?"

Salah satu murid terbaik di generasi ini, Hu Tang. Bukan rahasia lagi jika sudah sejak lama Hu Tang memiliki perasaan terhadap Mei Ling.

"Sekumpulan sampah yang menjijikan."

Mei Ling meeasa tersinggung dengan ucapan pemuda itu. Meski dekat dengan Wang Jiang, tetapi dia tidak pernah melakukan sesuatu yang menjijikan dengan pemuda itu.

"Apa maksudmu?"

Hu Tang menyeringai. "Maksudku sudah jelas. Kalian sudah melakukan hal di luar batas. Aku melihat dengan jelas saat sampah itu merapikan pakaiannya."

"Apa pemikiranmu sedangkal itu?" Mei Ling mendengus. "Aku hampir tidak percaya jika kau adalah murid terbaik di generasi ini. Ucapanmu begitu bau seperti bangkai."

"Jaga ucapanmu!" Hu Tang mengangkat tangannya, menunjuk Mei Ling dengan marah. "Meski kau seorang wanita, aku tidak akan segan memukulmu."

Awalnya Wang Jiang hanya diam karena berpikir Hu Tang tidak akan menyakiti Mei Ling atas dasar rasa cinta. Namun, mendengar itu, ada bagian di hatinya yang merasa tidak terima.

Dengan berani Wang Jiang maju, tubuhnya yang tinggi besar menutupi tubuh Mei Ling yang ramping dan mungil. Suaranya tegas dan berwibawa, menggetarkan hati pendengarnya. Mereka yang jiwanya lemah akan bertekuk lutut di hadapan pemuda itu. "Aku ragu jika kau benar-benar pria."

Hu Tang mendengus. "Aku sedang tidak bicara denganmu."

"Aku juga tidak pernah ingin bicara denganmu. Bukan, aku tidak ingin memiliki urusan dengan orang rendahan sepertimu."

Wajah Hu Tang memerah saat mendengar ucapan Wang Jiang. Harga dirinya terluka ketika seseorang yang bahkan tidak memiliki dasar beladiri menghinanya. "Aku yakin kau akan menyesal!"

Hu Tang menarik pedangnya dan menyerang Wang Jiang. Meski ada aturan sesama anggota Sekte tidak boleh saling membunuh, tetapi dia hanya mendapat hukuman jika melumpuhkan seseorang.

Tanpa diduga oleh satu orang pun, Wang Jiang menarik pedang di pinggang Mei Ling dan menahan serangan Hu Tang.

Pemuda itu menoleh dan berbisik dengan suara hangat. "Mundurlah, jangan khawatir."

Mei Ling mengangguk dan melompat mundur. Meski mengetahui jika meridian Wang Jiang hancur dan kehilangan kemampuan beladiri, tetapi ada bagian di hatinya yang mempercayai pemuda itu.

Setelah Mei Ling berada cukup jauh darinya, Wang Jiang menghentakkan pedangnya. Dia memang tidak memiliki tenaga dalam, tetapi fisiknya cukup kuat.

Hanya mengandalkan kekuatan fisikinya, Wang Jiang berhasil membuat Hu Tang mundur beberapa langkah. Tidak berhenti di sana, Wang Jiang melakukan sebuah jurus yang rumit. Gerakannya tajam dan cepat seperti sudah menguasai jurus itu bertahun-tahun lamanya.

Mei Ling terpukau dengan langkah yang Wang Jiang lakukan. Itu tidak seperti gerakan dari Sekte Bangau Putih.

"Apa yang terjadi dengan sampah ini?"

Hu Tang kebingungan. Bagaimana pemuda yang selalu terlihat lemah bisa menggunakan jurus pedang serumit ini.

Trang!

Hu Tang menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk menghantam tubuh Wang Jiang. Meski Wang Jiang bisa menangkisnya, tetapi serangan itu terlalu kuat dan membuatnya terpental beberapa tombak.

"Berhenti!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sang Naga Bumi   Bab 51

    Bab 51Ekspresi Bibi Guo menjadi murung ketika Qin Guan bertanya tentang suaminya. Sejak enam bulan lalu, suaminya mengalami sakit keras dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Sudah banyak cara yang dia lakukan untuk menyembuhkan suaminya, termasuk berobat ke tabib-tabib terkenal di ibukota, tetapi tidak ada hasil yang terlihat. Kini usahanya hampir bangkrut dan suaminya masih belum pulih juga.“Bibi Guo, ada apa?”“Ini … Paman Guo sakit.”“Sakit? Qin Guan hampir tidak percaya. Paman Guo memiliki kemampuan beladiri yang cukup tinggi, tidak mudah bagi pendekar sepertinya jatuh sakit. “Sakit apa?”“Sampai saat ini, tidak ada yang tahu penyakitnya.”“Apa sudah dibawa ke balai pengobatan Ji Feng?”Bibi Guo mengangguk. “Sudah, tetapi mereka juga tidak tahu suamiku sakit apa. Penyakitnya sangat misterius.”Penyakit yang bahkan tidak diketahui obatnya oleh balai pengobatan Ji Feng, separah apa penyakit itu.Bubur di mangkok Qin Guan masih mengepulkan asap tipis yang mengeluarkan aroma m

  • Sang Naga Bumi   Bab 50

    Bab 50Langit Ibukota tampak cerah. Meski udara pagi begitu menusuk, tetapi suasana di sana tetap ramai. Di jalan pusat ibukota, Qin Guan dan Mei Ling menunggang kuda dengan santai. Tidak ada pengawalan secara langsung, tetapi demi menjaga keamanan mereka berdua, Lu Tao menempatkan beberapa penjaga yang mengawasi mereka dari jauh.“Aku sengaja membawamu pergi sepagi ini.”“Qin Gege ingin mengajakku sarapan?” tanya Mei Ling.Qin Guan mengangguk sekali. “Ada beberapa tempat yang sudah berdiri sejak beberapa dekade lalu, aku harus membawamu mencobanya … setidaknya satu.”Mei Ling menoleh, dia merasa penasaran. Juru masak di tempat Qin Guan begitu andal, setiap masakan yang mereka ciptakan memiliki rasa yang luar biasa. Namun, dengan standar yang begitu tinggi, Qin Guan masih berniat mengajaknya makan di luar meski di kediamannya ada sekelompok master kuliner.“Apa yang akan kita coba?”Qin Guan tersenyum dan menunjuk sebuah kedai sederhana di dalam gang sempit. Kedai itu jauh lebih seder

  • Sang Naga Bumi   Bab 49

    Bab 49Pintu terbuka perlahan, angin berembus membawa aroma bunga yang segar di tengah musim dingin yang menusuk. Mei Ling melangkah masuk, kedua kakinya melangkah dengan anggun, hampir tidak menimbulkan suara. Mantel bulunya yang berwarna putih membalut tubuhnya seperti rubah putih yang cantik.Pipi gadis itu sedikit memerah, entah kedinginan atau merasa canggung karena Qin Guan memanggilnya sepagi ini.Qin Guan duduk di dekat perapian, menyiram porselen putih dengan air mendidih. “Duduklah,” ucapnya dengan tenang.Dia membuka porselen itu dan memasukkan beberapa jenis teh ke dalamnya. Setiap gerakannya tampak anggun dan alami, seperti orang yang sudah bertahun-tahun mendalami jalan teh.“Qin gege, kau memanggilku?” Mei Ling duduk di seberang Qin Guan.Qin Guan mengangguk sekali. Gerakan kecil yang mengandung ketegasan. “Ada yang ingin aku bicarakan.”Mei Ling tidak berkata-kata, hanya diam, menunggu Qin Guan menyelesaikan ucapannya.“Besok aku akan pergi bertugas. Jika kau merasa c

  • Sang Naga Bumi   Bab 48

    Bab 48Langit di atas Ibukota mulai terang. Setelah terjadi penyerangan, tidak ada dari mereka yang tidur karena mendengar seluruh cerita perjalanan Qin Guan selama setahun terakhir.Wang Tian Xin menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Apa yang aku lalui tidak ada apa-apanya.”Qin Guan menggeleng. “Kau hebat versi dirimu sendiri. Jangan membandingkannya denganku.”Pandangannya beralih pada Wang Lingling yang tampak merenung. “Kau juga hebat, Lingling. Dunia ini keras, tetapi kau bisa melaluinya dengan baik.”Wang Lingling tidak menjawab, tetapi dia langsung memeluk Qin Guan begitu erat. Tidak ada kata-kata, hanya isak tangis yang tak begitu terdengar. Qin Guan menepuk punggung adiknya dan itu membuat Wang Lingling menangis semakin kencang.“Sudah pagi, sebentar lagi para pelayan akan datang.” Qin Guan memundurkan tubuhnya perlahan. Beberapa pelayan masuk membawa perlengkapan pribadi milik Qin Guan. Mereka berbaris rapi, begitu Lu Tao mempersilakan, mereka meletakkan bar

  • Sang Naga Bumi   Bab 47

    Bab 47“Ada sesuatu yang mereka inginkan dari Qin gege.”Wang Tian Xin mengerutkan kening, begitu juga dengan Qin Guan yang kini merasa penasaran.“Apa? Apa yang mereka inginkan dariku?” Qin Guan penasaran. Dia tidak memiliki sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya.“Mereka dari dunia persilatan, jika yang mereka takutkan adalah posisi Qin gege sebagai seorang jendral, mereka akan menggunakan taktik kotor untuk menjatuhkannya.”Apa yang Wang Lingling katakan cukup masuk akal. Jika mereka benar-benar berada di pihak Putra Mahkota dan ingin menjatuhkan posisinya, mereka akan mencari cara untuk menghancurkan reputasinya, bukan malah menerornya setiap malam.Sial. Kenapa hal seperti ini malah baru dia sadari? Kenapa ketika suda jatuh banyak korban dia malah baru menyadarinya? Terlebih lagi, pemikiran ini tidak datang dari pikirannya sendiri.Wang Tian Xin kini menatap kakaknya dengan penasaran. “Sebetulnya, selama setahun menghilang, apa yang kau dapatkan, Ge?”Qin Guan terdiam.Meliha

  • Sang Naga Bumi   Bab 46

    Bab 46Pandangan Wang Tian Xin tidak lepas dari kakaknya. Sejak bertemu dengan Qin Guan pertama kali, baru kali ini dia melihat Qin Guan beristirahat dengan tenang. Ketika dia mengira jika malam itu akan dilalui dengan damai, dia salah besar.Hawa dingin tidak hanya berasal dari udara yang membekukan, tetapi juga karena aura pembunuh yang mengarah pada ruangan mereka. Dengan cepat, Wang Tian Xin menyambar tombak di sampingnya.“Jie, tetaplah di sini.”Wang Lingling tidak bertanya lebih jauh. Meski jarang menghabiskan waktu bersama, tetapi dia cukup memahami karakter adik bungsunya itu. Dia tidak banyak bicara dan mengawasi dari jauh.Pintu ruangan terbuka, Wang Tian Xin keluar dengan cepat meninggalkan ruangan tersebut. Tak lama berselang, suara denting senjata mulai terdengar.Dari celah jendela, Wang Lingling melihat pertarungan di dekat kamar Qin Guan.Satu.Dua.Tiga.Satu persatu musuh mulai tumbang, tidak mampu melawan Wang Tian Xin dan tombaknya. Gerakan pemuda itu ringan dan lu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status