Chapter: Bab 112Bab 112Gendon tertegun mendengar penuturan Maung Bodas. Jika pria tua itu benar-benar menargetkan nyawanya, maka itu hanya tinggal menunggu waktu sebelum dirinya benar-benar terbunuh. Gendon merasa gentar, tetapi dia tahu jika dirinya tidak memberikan perlawanan, maka kematian akan datang lebih cepat.Dia berpikir cepat, kakinya mengayun, menghantam tungku di sebelahnya.Blar!Pecahan tungku dan meja berhamburan ke segala arah. Gendon mengeluarkan pedang pemberian Surya Yudha dan langsung menyerang Maung Bodas dengan segenap kekuatannya.Gendon mengalirkan tenaga dalamnya ke pedang sebelum mengibaskannya ke arah Maung Bodas.“Badai pedang!” Puluhan bayang pedang perak meluncur deras ke arah Maung Bodas. Pria tua itu dengan lincah menghindari setiap bayangan pedang. Meski tenaga dalamnya tinggi, dia bertarung dengan hati-hati dan tidak membiarkan ada tambahan luka di tubuhnya.Sementara itu, Gendon tidak mengendurkan serang sedikit pun. Kibasan demi kibasan pedang terus dia lakukan.
Last Updated: 2025-10-17
Chapter: Bab 111Bab 111Begitu mendengar Ki Antasena menyebut ajian lumut, Surya Yudha mengerutkan keningnya, Dulu dia pernah mendengar tentang ajian ini, tetapi tidak pernah membayangkan jika akan bertemu dengan seseorang yang memiliki ajian tersebut.Berbeda dengan Surya Yudha atau Ningrum, Rengganis tidak mengetahui tentang ajian tersebut. Dia menatap Ki Antasena dengan penasaran.“Ajian Lumut? Apa itu?”Ki Antasena menghela napas pelan. Dia menatap Rengganis dan mulai menjelaskan dengan lembut.“Ajian lumut ini tidak seperti ajian lain yang akan musna h begitu pemiliknya mati. Dia akan menjerat pemiliknya dan memaksanya untuk terus hidup.”“Maksudnya?” tanya Rengganis, masih belum paham dengan penjelasan Ki Antasena. “Jika jasad tersebut terkena air, maka ia akan hidup lagi. Sulit untuk membunuh orang seperti ini.”“Bisa seperti itu? bukankah sebuah kehidupan atau kematian merupakan suratan takdir?” tanya Rengganis yang masih sulit percaya.Ki Antasena mengangguk. “Meski terdengar tidak m
Last Updated: 2025-10-16
Chapter: Bab 110Bab 110“Apa orang yang kau maksud adalah pemuda yang membawa budak-budak itu kemari?”“Iya, apa Eyang melihatnya?”“Anak itu sedang tidur, semalam suntuk dia membantuku.”Surya Yudha mengangguk pelan. “Dia yang membujuk Ki rangga agar menerimaku sebagai murid.”“Kau beruntung bertemu dengan orang seperti mereka.”Surya Yudha kembali mengangguk. jika dia tidak bertemu dengan Banyulingga, maka dia mungkin saja tidak akan pernah berjumpa dengan Tombak Matahari. Pertemuan tersebut benar-benar menguntungkannya.“Setelah kau sehat, pergilah ke lembah sunyi. Bagaimana pun, kau adalah murid Ki Rangga, ambil satu atau dua ilmu darinya sebelum kau pergi menjelajahi dunia.”“Baik Eyang.”“Untuk Rengganis dan Ningrum, kalian adalah adik kakak, meski belum resmi ada ikatan pernikahan, tetapi kalian harus saling menjaga, mengerti?”“Mengerti, Eyang,” jawab Rengganis dan Ningrum bersamaan.Surya Yudha menatap Ki Arya Saloka. “Eyang, bolehkah Gendon ikut denganku? Aku sudah berjanji kepadanya.”“Boc
Last Updated: 2025-10-16
Chapter: Bab 109Bab 109Ki Arya Saloka duduk di samping cucunya dan memeriksa nadi pemuda itu. Aliran darah yang tenang, tanda jika tubuh pemuda itu sudah jauh lebih baik. Selain itu, Ki Arya Saloka juga memeriksa Cakra milik Surya Yudha yang masih tersegel.“Bagus, meski kau tidak memiliki tenaga dalam, tetapi kau sudah memiliki sesuatu yang jauh lebih kuat dibanding dengan tenaga dalam.”Ki Arya Saloka melirik muridnya. “Gendon.”“Ya, Guru.”“Pergilah, periksa keadaan orang-orang itu, aku tidak ingin ada satu pun yang terabaikan. Ajak juga Candrika.”Wajah Gendon berubah murung dan Ki Arya Saloka menyadari perubahan ekspresi muridnya itu. “Kenapa wajahmu seperti sedang sembelit begitu?”“Itu Guru, Gendon penasaran sama yang mau guru omongin bareng Den Bagus.”Mata Ki Arya Saloka menyipit, satu tatapan itu membuat Gendon ketakutan. “Iya deh, Gendon ngga penasaran lagi. Lagian nanti kan Gendon bisa tanya ke Den Bagus hehehe.”“Gendon,” tegas Ki Arya Saloka yang membuat Gendon terkekeh.“Iya Guru, Gen
Last Updated: 2025-10-15
Chapter: Bab 108Bab 108Sinar matahari pagi menerobos celah jendela dan mengenai wajah Surya Yudha. Ia mengerjap pelan, tubuhnya terasa lebih segar dibanding semalam. Saat kesadarannya benar-benar kembali, pandangannya tertuju pada dua wanita di sampingnya.Surya Yudha terperanjat, Ningrum dan Rengganis tidur di sisinya, mengapit dirinya dari kanan dan kiri. Keduanya tampak kelelahan.“Kenapa mereka tidur di sini? Kenapa Gendon tidak memberikan mereka kamar?”Surya Yudha mencoba menggerakkan tubuhnya yang sedikit kaku. Punggungnya masih sedikit nyeri meski tidak separah semalam. Surya Yudha masih menahan napas, bingung bagaimana harus keluar dari situasi canggung tersebut. Namun, sebelum dia sempat bergerak, Rengganis membuka matanya. Gadis itu terdiam sebentar dan tersenyum manis kepada Surya Yudha.Tak lama berselang, Ningrum juga membuka matanya. Dia juga menampilkan senyuman yang tidak kalah manis.“Selamat pagi,” ucap Ningrum seraya bangkit.“Selamat pagi.”Surya Yudha tercengang, tidak percaya
Last Updated: 2025-10-15
Chapter: Bab 107Bab 107Ningrum dan Rengganis tidak bisa membantah ucapan Gendon. Dari awal mereka bertemu Surya Yudha, mereka sudah tau jika Surya Yudha tidak mungkin dimiliki oleh satu orang saja. Gendon menatap Candrika yang masih diam di ambang pintu.“Dek Candrika, tolong kamu awasi mereka ya, jangan sampe mereka berantem lagi, gaswat nanti kalo mereka berantem terus.”Candrika mengangguk pelan. “Kau mau ke mana?”“Bantu guru, kasihan guru dari tadi bikin obat ngga berhenti.”“Aku ikut.”“Dek Candrika di sini aja, ngawasi mereka berdua. Ntar kalo berantem terus jewer aja kuping mereka hihihi.”Candrika mendengus. “Kau ingin membunuhku?”“Eh, jangan marah dong. Gendon Cuma becanda.”“Becandamu ngga lucu, Ndon.”Gendon terkekeh. “Jangan marah dong, Dek Candrika kalo marah tambah cantik soalnya, nanti Gendon malah ngga fokus kerja karena mikir Dek Candrika terus.”Pemuda itu berbalik dan pergi dengan langkah cepat. Candrika menghembuskan napas pelan dan duduk di kursi panjang di tengah ruangan. Ren
Last Updated: 2025-10-14
Chapter: Bab 53Bab 53“Kuil?” Mei Ling mengerutkan keningnya, tidak menyangka jika Qin Guan memiliki sisi religius seperti ini.Qin Guan mengangguk. Tatapannya melembut, seolah sedang menantikan sesuatu yang sangat dia rindukan. “Besok adalah tugas yang cukup berbahaya, aku ingin berdoa agar Dewa memberkatiku.”Setelah itu, Mei Ling tidak bertanya lebih jauh. Keduanya memacu kuda dengan lebih cepat. Kuil Bunga Matahari berada di puncak bukit Bunga Matahari.“Kita akan segera sampai,” ucap Qin Guan ketika mereka sampai di kaki bukit.“Kudanya tetap di sini?”Qin Guan mengangguk pelan. “Kita harus jalan kaki.”“Baiklah.”Kuda-kuda itu tidak bisa membawa mereka hingga puncak bukit. Mereka harus mengikat kuda itu di kaki bukit dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ada ribuan anak tangga batu yang tersusun begitu rapi. Qin Guan menggenggam tangan Mei Ling dan membawanya hingga puncak bukit.Ada kehangatan yang menjalar di hati Mei Ling. Sesuatu yang dia rasakan hanya jika sedang bersama Qin Gu
Last Updated: 2025-07-22
Chapter: Bab 52Bab 52Suara Bibi Guo bergetar, dia tidak menyangka jika pemuda yang selama ini menjadi langganannya adalah salah satu orang yang paling terkenal di Ibukota. Dia buru-buru bangkit dan memberi hormat.“Maaf karena kelancangan hamba.”Qin Guan menghela napas panjang. “Bibi Guo, apa-apaan ini? Duduklah.”Bibi Guo tidak bergerak dari tempatnya. Qin Guan akhirnya bangkit dan menyentuh pundak Bibi Guo. “Duduklah. Bersikaplah seperti biasa. Itu akan membuatku nyaman.”Bibi Guo tampak ragu. Dia masih menunduk karena takut dianggap tidak hormat. “Bagaimana bisa hamba melakukannya?”“Kenapa tidak?”“Anda adalah Jendral Pemberani, sosok yang sangat disegani oleh seluruh Rakyat Yin.”Qin Guan menarik napas panjang. Identitas Jendral Pemberani memang terlalu mengerikan untuk dibuka. “Kau mengatakan apa tadi? Jendral Pemberani? Nama kami memang sama, tetapi aku bukan dia.”“Be … benarkah?”Qin Guan mengangguk, berusaha meyakinkan. “Aku hanya orang biasa. Jangan berlebihan.”Suasana menjadi canggung
Last Updated: 2025-07-22
Chapter: Bab 51Bab 51Ekspresi Bibi Guo menjadi murung ketika Qin Guan bertanya tentang suaminya. Sejak enam bulan lalu, suaminya mengalami sakit keras dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Sudah banyak cara yang dia lakukan untuk menyembuhkan suaminya, termasuk berobat ke tabib-tabib terkenal di ibukota, tetapi tidak ada hasil yang terlihat. Kini usahanya hampir bangkrut dan suaminya masih belum pulih juga.“Bibi Guo, ada apa?”“Ini … Paman Guo sakit.”“Sakit? Qin Guan hampir tidak percaya. Paman Guo memiliki kemampuan beladiri yang cukup tinggi, tidak mudah bagi pendekar sepertinya jatuh sakit. “Sakit apa?”“Sampai saat ini, tidak ada yang tahu penyakitnya.”“Apa sudah dibawa ke balai pengobatan Ji Feng?”Bibi Guo mengangguk. “Sudah, tetapi mereka juga tidak tahu suamiku sakit apa. Penyakitnya sangat misterius.”Penyakit yang bahkan tidak diketahui obatnya oleh balai pengobatan Ji Feng, separah apa penyakit itu.Bubur di mangkok Qin Guan masih mengepulkan asap tipis yang mengeluarkan aroma m
Last Updated: 2025-07-12
Chapter: Bab 50Bab 50Langit Ibukota tampak cerah. Meski udara pagi begitu menusuk, tetapi suasana di sana tetap ramai. Di jalan pusat ibukota, Qin Guan dan Mei Ling menunggang kuda dengan santai. Tidak ada pengawalan secara langsung, tetapi demi menjaga keamanan mereka berdua, Lu Tao menempatkan beberapa penjaga yang mengawasi mereka dari jauh.“Aku sengaja membawamu pergi sepagi ini.”“Qin Gege ingin mengajakku sarapan?” tanya Mei Ling.Qin Guan mengangguk sekali. “Ada beberapa tempat yang sudah berdiri sejak beberapa dekade lalu, aku harus membawamu mencobanya … setidaknya satu.”Mei Ling menoleh, dia merasa penasaran. Juru masak di tempat Qin Guan begitu andal, setiap masakan yang mereka ciptakan memiliki rasa yang luar biasa. Namun, dengan standar yang begitu tinggi, Qin Guan masih berniat mengajaknya makan di luar meski di kediamannya ada sekelompok master kuliner.“Apa yang akan kita coba?”Qin Guan tersenyum dan menunjuk sebuah kedai sederhana di dalam gang sempit. Kedai itu jauh lebih seder
Last Updated: 2025-07-08
Chapter: Bab 49Bab 49Pintu terbuka perlahan, angin berembus membawa aroma bunga yang segar di tengah musim dingin yang menusuk. Mei Ling melangkah masuk, kedua kakinya melangkah dengan anggun, hampir tidak menimbulkan suara. Mantel bulunya yang berwarna putih membalut tubuhnya seperti rubah putih yang cantik.Pipi gadis itu sedikit memerah, entah kedinginan atau merasa canggung karena Qin Guan memanggilnya sepagi ini.Qin Guan duduk di dekat perapian, menyiram porselen putih dengan air mendidih. “Duduklah,” ucapnya dengan tenang.Dia membuka porselen itu dan memasukkan beberapa jenis teh ke dalamnya. Setiap gerakannya tampak anggun dan alami, seperti orang yang sudah bertahun-tahun mendalami jalan teh.“Qin gege, kau memanggilku?” Mei Ling duduk di seberang Qin Guan.Qin Guan mengangguk sekali. Gerakan kecil yang mengandung ketegasan. “Ada yang ingin aku bicarakan.”Mei Ling tidak berkata-kata, hanya diam, menunggu Qin Guan menyelesaikan ucapannya.“Besok aku akan pergi bertugas. Jika kau merasa c
Last Updated: 2025-07-07
Chapter: Bab 48Bab 48Langit di atas Ibukota mulai terang. Setelah terjadi penyerangan, tidak ada dari mereka yang tidur karena mendengar seluruh cerita perjalanan Qin Guan selama setahun terakhir.Wang Tian Xin menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Apa yang aku lalui tidak ada apa-apanya.”Qin Guan menggeleng. “Kau hebat versi dirimu sendiri. Jangan membandingkannya denganku.”Pandangannya beralih pada Wang Lingling yang tampak merenung. “Kau juga hebat, Lingling. Dunia ini keras, tetapi kau bisa melaluinya dengan baik.”Wang Lingling tidak menjawab, tetapi dia langsung memeluk Qin Guan begitu erat. Tidak ada kata-kata, hanya isak tangis yang tak begitu terdengar. Qin Guan menepuk punggung adiknya dan itu membuat Wang Lingling menangis semakin kencang.“Sudah pagi, sebentar lagi para pelayan akan datang.” Qin Guan memundurkan tubuhnya perlahan. Beberapa pelayan masuk membawa perlengkapan pribadi milik Qin Guan. Mereka berbaris rapi, begitu Lu Tao mempersilakan, mereka meletakkan bar
Last Updated: 2025-07-05