author-banner
Rana Semitha
Rana Semitha
Author

Novels by Rana Semitha

Pendekar Tombak Matahari

Pendekar Tombak Matahari

Surya Yudha, Jenderal muda Kerajaan Nara Artha, pernah berdiri di puncak kejayaan. Namun, ketika kekuatannya tersegel, tahta dan wibawanya runtuh seketika. Ia terpaksa meninggalkan dunia yang pernah digenggamnya, berkelana demi menemukan Mengkudu Emas—satu-satunya tanaman legendaris yang diyakini mampu membangkitkan kembali tenaga dalamnya. Di tengah perjalanan yang penuh ujian, sebuah keajaiban pun menyapanya. Sumber energi baru mengalir deras dalam tubuhnya, mengubah Surya Yudha menjadi salah satu sosok terkuat di Tanah Majapura. Dan takdir memberinya lebih dari sekadar kekuatan—sebuah pusaka agung, Tombak Matahari, kini berada di tangannya, siap menuntun langkahnya menuju medan laga berikutnya.
Read
Chapter: Bab 146
Bab 146“Kau benar-benar tega?”“Lagian Den Bagus ngeselin, ngeledekin Gendon terus.”“Kalian sedang bertarung dengan Tedung Sukma, beraninya kalian mengalihkan perhatian!”Surya Yudha menoleh dan tertawa sinis. “Hahaha … kalian sudah meracuniku, tapi bahkan belum bisa menyentuh ujung jubahku. Untuk apa aku begitu serius?”Penyerang itu mendengus dan mengangkat tangannya, sebuah pedang muncul di tangannya.“Wah, kalian memiliki cincin penyimpanan? Benar-benar di luar dugaan.”Tidak ada yang menanggapi Surya Yudha, tetapi satu demi satu dari mereka mulai mengeluarkan pedang dari cincin penyimpanan, dan hal itu tentu saja membuat Surya Yudha tertegun.“Kenapa? Terkejut?” ejek salah satu anggota Tedung sukma saat melihat keterkejutan di wajah Surya Yudha.Gendon yang melihat itu juga hanya bisa menelan ludahnya dengan kasar, tidak heran jika organisasi seperti Tedung Sukma bisa melenyapkan keluarganya dengan sangat mudah, sumber daya yang dimiliki kelompok tersebut tidak main-main. Gendo
Last Updated: 2025-11-27
Chapter: Bab 145
Bab 145Aura yang keluar dari tombak di tangan Surya Yudha begitu berat, menekan gerakan setiap orang di dalam ruangan ini, kecuali Surya Yudha dan Gendon. Semenjak sumber energi di dalam tubuhnya meningkat dan dia memahami Niat Tombak, Surya Yudha bisa mengatur aura tombaknya, dan dia selalu menggunakan itu untuk menekan para lawannya.“Apa … apa ini? Kenapa tubuhku sulit bergerak?”Surya Yudha tersenyum dingin. “Ini adalah aura tombak. Kalian pasti tidak mengetahuinya, kan?”Meski wajah mereka tertutup topeng, Surya Yudha begitu yakin jika mereka terkejut dengan apa yang baru saja dia katakan. Ini adalah aura tombak, tidak banyak pendekar yang bisa mengeluarkan aura senjata karena harus didukung dengan banyak hal. Tenaga dalam yang tinggi, kualitas senjata tingkat atas dan kepercayaan diri penggunanya, di mana jika ada satu hal saja yang hilang, maka aura tombak tidak akan bisa keluar.Surya Yudha memutar tombaknya beberapa kali, menciptakan siluet matahari berwarna emas dari putar
Last Updated: 2025-11-27
Chapter: Bab 144
Bab 144Surya Yuda terkekeh mendengar ucapan Tumenggung Wanayasa. “Untung saja kau bertemu denganku sekarang, jika kau bertemu denganku yang dulu, kepalamu sudah pasti terlepas dari leher.”“Keluargamu pasti berkuasa, tetapi ini adalah Jalu Pangguruh. Kau tidak bisa sembarangan membunuh di empat ini.”“Apa yang tidak mungkin? Bahkan Raja saja tidak berani mengusik kedua guruku, untuk apa aku takut? Terlebih lagi apa yang aku lakukan adalah karena kalian sudah berbuat kejahatan.”“Apa kau pikir pasar budak sesederhana itu? Asal kau tahu saja, kelompok ini tidak sesederhana itu. Kau akan menyesal, Surya Yudha.”“Tidak perlu mengkhawatirkanku, cukup pikirkan dirimu sendiri.”Pemuda itu bangkit dan menatap Tumenggung Wanayasa dengan tatapan tajam. “Jika aku mendapat gangguan lagi di sini, percayalah, aku tidak akan membunuhmu, tapi aku bersumpah akan meratakan kediamanmu.”“Kau mengancamku?”“Tidak, ini bukan ancaman, ini sumpahku.”Setelah mengatakan itu, Surya Yudha berbalik dan mening
Last Updated: 2025-11-27
Chapter: Bab 143
Bab 143Seorang pria dengan jubah hijau muda berdiri dengan wajah gusar. Keriputan di wajahnya menjelaskan jika usia pria tua itu tak lagi muda. Namun, tatapan matanya yang jernih, menandakan jika pria itu memiliki pemikiran yang cemerlang. Dia adalah Tumenggung Wanayasa, sosok terkuat di kota ini, bahkan di beberapa kota sekitar karena Wanayasa adalah yang paling besar.Surya Yudha tersenyum lebar. “Aku tidak menyangka Anda akan turun tangan secepat ini.”“Mereka hanya manusia biasa, sementara Anda adalah seorang ksatria, apa Anda tidak malu menyerang mereka?”“Malu? Untuk apa malu? Aku hanya membela diri, mereka yang menyerangku terlebih dahulu.”“Tetap saja. Anda menyerang pengawalku di kediamanku, aku tidak akan membiarkan Anda pergi Tanpa memberikan penjelasan yang memuaskan.”“Hahaha, pergi? Aku juga tidak memiliki niat untuk pergi dari sini. Justru, kedatanganku kemari adalah untuk meminta penjelasan darimu juga.”Surya Yudha berjalan mendekati Tumenggung Wanayasa. Pria tua it
Last Updated: 2025-11-21
Chapter: Bab 142
Bab 142Surya Yudha membawa mangkuk berisi sup ikan dan membawanya kepada Surya Yudha. “Bukannya aku tidak bisa bermesraan, tapi aku tidak terbiasa.”“Kau pikir aku akan percaya?”Gendon ikut menyahut, “Pas sama Dek Rengganis di saung itu apa hayo?”Surya Yudha melirik Gendon dengan tatapan tajam. “Tutup mulutmu.”“Tadi aja Gendon diem Den Bagus ngajak ngomong terus, giliran Gendon ngomong, Den Bagus minta Gendon diem, dasar payah.”Surya Yudha mendengus, tetapi tidak menjawab. Tangannya bergerak dan mulai menyuapi Ningrum sementara Gendon menyuapi Candrika. Keduanya tampak seperti pasangan serasi.“Gimana Dek Candrika, supnya enak?”“Aku tidak tahu, lidahku pahit.”“Oiya, tadi Gendon pake ramuan bratawali soalnya. Maaf ya, bikin lidah Dek Candrika jadi pahit.”“Tidak masalah, aku tetap suka. Apa pun makanannya, selama kau yang menyuapi, akan terasa nikmat.”“Gendon kok jadi meleleh begini ya? Ini kalo Dek Candrika ngga sakit begini, pasti udah Gendon peluk kenceng-kenceng.”“Kau mau
Last Updated: 2025-11-14
Chapter: Bab 141
Bab 141Begitu menyelesaikan urusannya dengan para penyusup itu, Surya Yudha kembali ke ruangan yang dia pesan. Di sudut ruangan, tampak Gendon yang sedang duduk di samping Candrika, menatap gadis itu dengan penuh kekhawatiran.Surya Yudha berjalan mendekat, menghampiri Gendon dan menepuk bahu sahabatnya itu.“Ndon.”“Ya, Den Bagus.”“Kau masih marah?”“Tidak.”“Lalu kenapa kau diam saja?”“Gendon lagi males ngomong aja.” Surya Yudha menghela napas panjang dan mengangguk. “Baiklah kalau begitu, aku tidak akan mengganggumu.”Surya Yudha lalu duduk di samping Ningrum dan menggenggam tangan gadis itu dengan lembut. Mata gadis itu mengerjap, Ningrum perlahan membuka matanya.“Surya, kau sudah kembali?”“Iya, bagaimana denganmu? Kau merasa lebih baik?”Ningrum mengangguk dan menoleh ke arah Candrika yang masih belum sadar. “Aku .. aku gagal menjaganya.”Surya Yudha meraih tangan Ningrum dengan lembut dan mengelusnya perlahan. “Tidak, kau tidak gagal, ini semua salahku.”Ningrum menggelen
Last Updated: 2025-11-14
Sang Naga Bumi

Sang Naga Bumi

Badai drama tak pernah reda, rakyatlah yang menjadi korbannya. Apakah nyawa hanyalah pion dalam permainan kekuasaan? Apakah nyawa hanya dianggap sebagai jembatan kemenangan? Rakyat bertanya-tanya, apakah arti nyawa mereka bagi para penguasa? Apa perjuangan mereka harus berakhir dengan kematian? Sang Naga Bumi bagai angin segar di tengah gersangnya keadilan.
Read
Chapter: Bab 53
Bab 53“Kuil?” Mei Ling mengerutkan keningnya, tidak menyangka jika Qin Guan memiliki sisi religius seperti ini.Qin Guan mengangguk. Tatapannya melembut, seolah sedang menantikan sesuatu yang sangat dia rindukan. “Besok adalah tugas yang cukup berbahaya, aku ingin berdoa agar Dewa memberkatiku.”Setelah itu, Mei Ling tidak bertanya lebih jauh. Keduanya memacu kuda dengan lebih cepat. Kuil Bunga Matahari berada di puncak bukit Bunga Matahari.“Kita akan segera sampai,” ucap Qin Guan ketika mereka sampai di kaki bukit.“Kudanya tetap di sini?”Qin Guan mengangguk pelan. “Kita harus jalan kaki.”“Baiklah.”Kuda-kuda itu tidak bisa membawa mereka hingga puncak bukit. Mereka harus mengikat kuda itu di kaki bukit dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ada ribuan anak tangga batu yang tersusun begitu rapi. Qin Guan menggenggam tangan Mei Ling dan membawanya hingga puncak bukit.Ada kehangatan yang menjalar di hati Mei Ling. Sesuatu yang dia rasakan hanya jika sedang bersama Qin Gu
Last Updated: 2025-07-22
Chapter: Bab 52
Bab 52Suara Bibi Guo bergetar, dia tidak menyangka jika pemuda yang selama ini menjadi langganannya adalah salah satu orang yang paling terkenal di Ibukota. Dia buru-buru bangkit dan memberi hormat.“Maaf karena kelancangan hamba.”Qin Guan menghela napas panjang. “Bibi Guo, apa-apaan ini? Duduklah.”Bibi Guo tidak bergerak dari tempatnya. Qin Guan akhirnya bangkit dan menyentuh pundak Bibi Guo. “Duduklah. Bersikaplah seperti biasa. Itu akan membuatku nyaman.”Bibi Guo tampak ragu. Dia masih menunduk karena takut dianggap tidak hormat. “Bagaimana bisa hamba melakukannya?”“Kenapa tidak?”“Anda adalah Jendral Pemberani, sosok yang sangat disegani oleh seluruh Rakyat Yin.”Qin Guan menarik napas panjang. Identitas Jendral Pemberani memang terlalu mengerikan untuk dibuka. “Kau mengatakan apa tadi? Jendral Pemberani? Nama kami memang sama, tetapi aku bukan dia.”“Be … benarkah?”Qin Guan mengangguk, berusaha meyakinkan. “Aku hanya orang biasa. Jangan berlebihan.”Suasana menjadi canggung
Last Updated: 2025-07-22
Chapter: Bab 51
Bab 51Ekspresi Bibi Guo menjadi murung ketika Qin Guan bertanya tentang suaminya. Sejak enam bulan lalu, suaminya mengalami sakit keras dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Sudah banyak cara yang dia lakukan untuk menyembuhkan suaminya, termasuk berobat ke tabib-tabib terkenal di ibukota, tetapi tidak ada hasil yang terlihat. Kini usahanya hampir bangkrut dan suaminya masih belum pulih juga.“Bibi Guo, ada apa?”“Ini … Paman Guo sakit.”“Sakit? Qin Guan hampir tidak percaya. Paman Guo memiliki kemampuan beladiri yang cukup tinggi, tidak mudah bagi pendekar sepertinya jatuh sakit. “Sakit apa?”“Sampai saat ini, tidak ada yang tahu penyakitnya.”“Apa sudah dibawa ke balai pengobatan Ji Feng?”Bibi Guo mengangguk. “Sudah, tetapi mereka juga tidak tahu suamiku sakit apa. Penyakitnya sangat misterius.”Penyakit yang bahkan tidak diketahui obatnya oleh balai pengobatan Ji Feng, separah apa penyakit itu.Bubur di mangkok Qin Guan masih mengepulkan asap tipis yang mengeluarkan aroma m
Last Updated: 2025-07-12
Chapter: Bab 50
Bab 50Langit Ibukota tampak cerah. Meski udara pagi begitu menusuk, tetapi suasana di sana tetap ramai. Di jalan pusat ibukota, Qin Guan dan Mei Ling menunggang kuda dengan santai. Tidak ada pengawalan secara langsung, tetapi demi menjaga keamanan mereka berdua, Lu Tao menempatkan beberapa penjaga yang mengawasi mereka dari jauh.“Aku sengaja membawamu pergi sepagi ini.”“Qin Gege ingin mengajakku sarapan?” tanya Mei Ling.Qin Guan mengangguk sekali. “Ada beberapa tempat yang sudah berdiri sejak beberapa dekade lalu, aku harus membawamu mencobanya … setidaknya satu.”Mei Ling menoleh, dia merasa penasaran. Juru masak di tempat Qin Guan begitu andal, setiap masakan yang mereka ciptakan memiliki rasa yang luar biasa. Namun, dengan standar yang begitu tinggi, Qin Guan masih berniat mengajaknya makan di luar meski di kediamannya ada sekelompok master kuliner.“Apa yang akan kita coba?”Qin Guan tersenyum dan menunjuk sebuah kedai sederhana di dalam gang sempit. Kedai itu jauh lebih seder
Last Updated: 2025-07-08
Chapter: Bab 49
Bab 49Pintu terbuka perlahan, angin berembus membawa aroma bunga yang segar di tengah musim dingin yang menusuk. Mei Ling melangkah masuk, kedua kakinya melangkah dengan anggun, hampir tidak menimbulkan suara. Mantel bulunya yang berwarna putih membalut tubuhnya seperti rubah putih yang cantik.Pipi gadis itu sedikit memerah, entah kedinginan atau merasa canggung karena Qin Guan memanggilnya sepagi ini.Qin Guan duduk di dekat perapian, menyiram porselen putih dengan air mendidih. “Duduklah,” ucapnya dengan tenang.Dia membuka porselen itu dan memasukkan beberapa jenis teh ke dalamnya. Setiap gerakannya tampak anggun dan alami, seperti orang yang sudah bertahun-tahun mendalami jalan teh.“Qin gege, kau memanggilku?” Mei Ling duduk di seberang Qin Guan.Qin Guan mengangguk sekali. Gerakan kecil yang mengandung ketegasan. “Ada yang ingin aku bicarakan.”Mei Ling tidak berkata-kata, hanya diam, menunggu Qin Guan menyelesaikan ucapannya.“Besok aku akan pergi bertugas. Jika kau merasa c
Last Updated: 2025-07-07
Chapter: Bab 48
Bab 48Langit di atas Ibukota mulai terang. Setelah terjadi penyerangan, tidak ada dari mereka yang tidur karena mendengar seluruh cerita perjalanan Qin Guan selama setahun terakhir.Wang Tian Xin menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Apa yang aku lalui tidak ada apa-apanya.”Qin Guan menggeleng. “Kau hebat versi dirimu sendiri. Jangan membandingkannya denganku.”Pandangannya beralih pada Wang Lingling yang tampak merenung. “Kau juga hebat, Lingling. Dunia ini keras, tetapi kau bisa melaluinya dengan baik.”Wang Lingling tidak menjawab, tetapi dia langsung memeluk Qin Guan begitu erat. Tidak ada kata-kata, hanya isak tangis yang tak begitu terdengar. Qin Guan menepuk punggung adiknya dan itu membuat Wang Lingling menangis semakin kencang.“Sudah pagi, sebentar lagi para pelayan akan datang.” Qin Guan memundurkan tubuhnya perlahan. Beberapa pelayan masuk membawa perlengkapan pribadi milik Qin Guan. Mereka berbaris rapi, begitu Lu Tao mempersilakan, mereka meletakkan bar
Last Updated: 2025-07-05
You may also like
Pendekar Romantis
Pendekar Romantis
Pendekar · mrd_bb
129.7K views
Pendekar Pedang Suci
Pendekar Pedang Suci
Pendekar · Khoirul N.
119.7K views
Kultivasi Awan Surga
Kultivasi Awan Surga
Pendekar · Klan Fang
92.2K views
RAHASIA KITAB RAJA IBLIS
RAHASIA KITAB RAJA IBLIS
Pendekar · Neet_Sensei
91.2K views
Pendekar Pedang Tanpa Tanding
Pendekar Pedang Tanpa Tanding
Pendekar · Iro Magenta
89.5K views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status