Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 019. DERU HATI FRISCA

Share

Bab 019. DERU HATI FRISCA

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-05 12:16:27

‘Duh..! Maafkan Bapak, Arum. Hasil penjualan bapak hari ini cuma 20 ribu rupiah. Belum bisa buat beli sepatu dan tas sekolahmu yang sudah sobek-sobek itu.

Sabar ya Nak. Bapak juga belum makan, kalau bapak makan. Nanti tak ada uang, yang bisa bapak bawa pulang buat ibumu masak besok.’

Elang pun ikut merasa trenyuh, mengetahui bisikkan hati bapak pedagang perabotan itu.

“Pak, nasi lagi seporsi ya. Pakai ayam bakar, tempe goreng dan sayur asem Pak,” ucap Elang, pada pemilik warung yang menatapnya sejenak karena heran.

Namun akhirnya di ambilkannya pesanan Elang, lalu diletakkannya di atas meja depan Elang.

Elang langsung membawa piring itu keluar sambil memesan teh manis hangat, untuk minumannya pada pemilik warung.

“Maaf Pak. Ini ada makanan sudah saya pesan, tapi teman saya nggak datang. Mungkin ini rejeki Bapak, diterima ya Pak,” ucap Elang ramah.

“Ohh, ehh..! Baiklah Mas. Saya terima ya, terimakasih” ucap bapak paruh baya itu, dengan wajah gembira dan bersyukur.

Elang kembali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Soemandiri Amd
bosan, kurang bagus cerita nya.
goodnovel comment avatar
BayS
siap Ka.. makasih ya.
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
semangat nulisnya yg cepat saya penggemar buku novel anda.. bara satria sekarang elang heeemmm kerennnnnn kak .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 020. NIAT JAHAT YANG GAGAL

    Sementara orang-orang di sekitar yang melihat kejadian itu pun mulai berkerumun. Mereka sengaja menghalangi mobil Frisca. Agar Frisca tak bisa melarikan diri. Elang baru tiba di tempat itu, saat ia melihat kerumunan orang-orang di pinggir jalan. Lokasinya tepat di seberang stasiun Lenteng Agung. Elang melihat sebuah mobil berwarna merah. yang dikerumuni orang. Mereka nampak memagari mobil itu, sambil mencaci maki pengemudi di dalamnya. Dan dari balik kaca jendela terlihat, pengemudi mobil itu ternyata adalah seorang wanita cantik. Elang juga melihat seorang anak muda berseragam SMA, yang tergeletak tak jauh dari mobil itu. Anak muda itu juga sedang di kerumuni orang-orang. Maka Elang menyimpulkan telah terjadi kecelakaan dengan anak muda itu sebagai korban. Dan wanita cantik pengemudi mobil merah itu yang menabraknya. Elang lalu mengamati anak muda itu, tak ada yang serius atau parah sekali pada kondisinya. Di bagian kaki yang celananya sobek, tampak memar-memar dan berdarah.

    Last Updated : 2025-02-05
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 021. TAWARAN MENGINAP

    "Ohh.. Maaf ya Mas, saya kaget tadi," ucap cewek si Rendi, merasa menyesal memarahi Elang.Elang masih mengurut-urut otot kaki Rendi yang bergeser, agar tidak terjadi pembengkakan dan memar di sekitarnya. “Sudah selesai. Sekarang tinggal mengobati luka-lukamu saja Dek. Sebaiknya kita ke klinik saja ya, biar tidak terlalu mengantri,” ucap Elang mengajukan pendapatnya. “Iya benar Mas, sebaiknya kita ke klinik saja. Kaki saya sudah normal kok dan tidak sakit lagi,” ucap Rendi. “Baiklah kita cari klinik terdekat ya,” ucap Frisca, seraya menghidupkan goggle mapnya. Frisca lalu mengklik ‘search’, untuk mencari klinik terdekat. "Wah, ada nih..!" seru Frisca. Mobil pun berjalan kembali menuju ke klinik terdekat, yang memang berada di dekat lokasi mereka saat itu. Elang memangku kembali ransel eigernya, saat dia kembali duduk di samping pengemudi cantik itu. Tak lama kemudian, mereka pun sampai di klinik terdekat di daerah Kebagusan. Elang membantu memapah Rendi masuk ke dalam klinik,

    Last Updated : 2025-02-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 022. SUARA KERAS DI ATAP

    "Hmm. Frisca, kamu tahu hubungan ayah dengan ayah Aldi sangat dekat. Dan melalui ayahnya Aldi itu, ayah selalu mendapatkan proyek-proyek besar selama ini, untuk kehidupan. Dan baru kali ini ayah mendapat ‘teguran keras’ dari ayahnya Aldi, Frisca. Pak Bernard bilang, kau telah mempermalukan putranya di depan publik, benarkah demikian Frisca..?!” tanya sang ayah, dengan nada meninggi meminta penjelasan dari Frisca. “Di..a dia berselingkuh dengan wanita lain di restoran Ayah,” jawab terbata Frisca, dengan wajah memerah marah dan mata berkaca-kaca. Benak Frisca jadi kembali teringat bayangan Aldi, yang disandari mesra oleh wanita lain. “Hmm. Rupanya itu penyebab kamu marah dan menamparnya Frisca,” wajah sang ayah pun menjadi bertambah kelam. Ya, Wahyu seketika berada dalam dilema. Jika masalahnya adalah kesalah pahaman atau Frisca yang sedang khilap. Mungkin solusinya cukup dengan menyuruh Frisca meminta maaf pada Aldi dan ayahnya, dan masalah pun selesai. Namun ternyata yang men

    Last Updated : 2025-02-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 023. DOMPET KETINGGALAN

    "Tak apa Frisca. Ayah malah senang ada yang menemani Pak Rustam berjaga di pos,” sahut pak Wahyu tersenyum. “Maaf Pak, kalau boleh saya bertanya. Apakah Bapak mempunyai musuh di sekitar Bapak..?” tanya Elang. “Hei..! Apakah kau mengetahui sesuatu Elang..?” tanya pak Wahyu, dengan wajah berubah menjadi penasaran dengan maksud pertanyaan Elang. “Suara keras itu sungguh tak wajar Pak. Sepertinya ada seseorang yang mengirim sesuatu, pada rumah dan keluarga Bapak,” sahut Elang, terpaksa dia langsung bertanya pada Wahyu. Karena sesuatu yang dikirimkan orang pada keluarga Frisca ini sangat ganas dampaknya, jika sampai terlambat di tangani. Dan Elang mengenal itu adalah ajian Jala Neraka. 'Hmm. Kiriman dukun yang cukup mumpuni', bathin Elang.“Sebutkan nama yang mengirimkan sesuatu itu pada saya Elang. Jika kamu memang mengetahui sesuatu. Menurutmu apakah maksud dari suara keras tadi Elang..?!” Wahyu belum berani menduga, siapa pihak yang berniat jahat pada keluarganya. Walau selintas

    Last Updated : 2025-02-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 024. PESAING BEBUYUTAN

    "Bapak, Ibu. Kebetulan Elang ada uang tunai. Biar pakai uang Elang saja dulu ya,” ucap Elang, sambil membuka ranselnya. Lalu dikeluarkannya seikat uang merah dari dalam amplop coklat. Di ambilnya uang merah sejumlah 35 lembar dari ikatan itu, “Ini Mbak, silahkan,” ucap Elang tersenyum, pada sang resepsionis hotel tersebut. Setelah menghitung uang yang diterimanya dari Elang. “Baik Mas, silahkan,” ucap sang resepsionis ramah, sambil menyerahkan kunci kamar dan uang kembaliannya pada Elang. Seorang roomboy langsung mendekat dan memandu mereka, menuju kamar yang disewa. “Terimakasih ya Elang. Nanti uangnya akan kami gantikan ya,” ucap bu Ratna, dengan wajah agak jengah. “Elang. Terimakasih ya,” ucap pak Wahyu rikuh. Dia masih menyesali keteledorannya sendiri, yang lupa menaruh dompet di celana yang salah. “Terima kasih Mas Elang,” ucap Frisca. Ya, diam-diam Frisca memang sudah mengagumi sosok pemuda Elang. Sejak Elang membantunya melewati kerumunan saat kecelakaan. Dan Frisca b

    Last Updated : 2025-02-06
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 025. DUA PENGINTAI

    "Hehehe..! Bagus Hendi, semoga hajatmu tercapai sempurna,” ucap Ki Pragola senang. “Aamiin Ki,” ucap Hendi. Sungguh lucu memang, mendengar Hendi mengaminkan sesuatu yang menyengsarakan bagi orang lain. Hehe. Hendi kemudian pamit dan beranjak pulang, dengan diantar sopirnya ke Mampang. *** “Baiklah Pak Wahyu. Sebaiknya saya kembali ke pos menemani Pak Rustam. Untuk berkoordinasi dengannya, tentang rencana besok. Silahkan Pak Wahyu dan keluarga rehat saja malam ini,” ucap Elang. “Baiklah Elang, sepertinya kau juga butuh istirahat. Sekali lagi kuucapkan banyak terimakasih, atas segala bantuanmu pada keluargaku, Elang,” ucap pak Wahyu, merasa terharu atas kebaikkan hati pemuda yang satu ini. Andai tak ada Elang, tentulah keluarganya telah celaka saat ini di dalam rumah. Oleh karenanya, dalam hatinya Wahyu berniat hendak memberikan hadiah yang pantas bagi Elang. Setelah semua kemelut ini berakhir. Slaphh..! Elang langsung melesat lenyap, dengan aji Pintas Buminya. Tinggallah kin

    Last Updated : 2025-02-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 026. MERASA MENANG

    "Baik Elang akan mbak sampaikan pesanmu. Jaga dirimu baik-baik ya Elang." Klik.! Sejujurnya, Wulan merasa kehilangan sosok Elang yang baik hati dan sering membantunya, baik di panti maupun di tempat kerja. Bahkan ponsel yang di genggamnya kini adalah pemberian dari Elang. Saat ia dan Elang baru beberapa hari bekerja di Betamart dulu. Elang melihat seorang lelaki paruh baya, yang membawa sebuah nampan dari warkop seberang jalan. Dia pun segera keluar dari posko jaga, dan menyambut lelaki itu. Klang..! Elang membuka pintu gerbang, dan mempersilahkan pak Rahmat masuk. “Lho Pak Rustamnya kemana Mas?” tanya Rahmat. “Ohh, Pak Rustam sedang ke belakang Pak,” sahut Elang, sambil menerima nampan dari Rahmat, dan meletakkan isinya di meja posko. “Jadi berapa semuanya Pak..?” tanya Elang. “Semuanya jadi dua puluh ribu Mas."Elang mengeluarkan uang 20 ribu rupiah dari dompetnya, “Ini Pak. Makasih ya,” ucap Elang. “Sama-sama Mas,” ucap Rahmat, sambil langsung berbalik kembali menuju wa

    Last Updated : 2025-02-07
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 027. MENGECOH SANG DUKUN

    Taph..! Akhirnya Elang mendarat di balkon kamar hotel, yang disewa Wahyu. Dia langsung mengetuk pintu belakang kamar hotel, yang memakai sistem geser. Tokk, tok, tok..!Wahyu bersama istrinya dan Frisca sedang sarapan bersama di dalam kamar hotel, saat mereka mendengar ketukkan di pintu belakang kamar mereka. Wahyu langsung menoleh ke arah belakang, dia pun mendapati sosok Elang, yang telah duduk menunggu di ruang balkon. “Hai Elang. Masuklah kebetulan kami sedang sarapan,” sapa pak Wahyu, setelah membuka pintu balkon kamar hotelnya. “Terimakasih Pak Wahyu, kedatangan saya cuma mau mengantarkan dompet Pak Wahyu. Kebetulan saya ingat Pak Wahyu pasti membutuhkan dompet ini,” ucap Elang. “Wah..! Terimakasih sekali Elang, kebetulan memang kami sangat membutuhkan dana saat ini. Hampir saja istri saya menjual perhiasannya untuk biaya hidup sementara ini,” ucap pak Wahyu dengan muka berseri. “Kebetulan saja Elang ingat, saat sedang ngopi di posko tadi Pak,” ucap Elang tersenyum.“E

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 340.

    Elang pun menerapkan aji 'Perisai Sukma' pada tangannya. Cahaya hijau terang seketika menyelimuti telapak tangannya. Dia hendak menyediakan tangannya itu, untuk menjadi 'sasaran' hantaman. Dari dua hantaman jarak jauh Tantri, dan si pemuda baju putih itu. Sekaligus melerai pertarungan adu energi tersebut. "Maaf, tulangnya berbahaya jika melayang begini, bisa melukai orang lewat," ucap Elang tenang, seraya menggenggam potongan tulang kambing yang agak runcing tersebut. Taph! Brashk..! Blasth..! Dua energi pukulan jarak jauh menghantam tangan Elang. Gelombang dua energi itu pun pecah disekitar tangan Elang itu. Namun tentu saja hal itu tak berpengaruh terhadap tangan Elang, yang sudah terlambari aji 'Perisai Sukma'nya. Sraghk..!! Sosok Tantri dan si pemuda baju putih sama tersentak ke belakang. Namun mereka berdua seolah lepas, dari tindihan energi yang sejak tadi saling mendorong itu. "Ahh..!" sentak kaget Tantri dan si pemuda bersamaan. Mata mereka berdua terbelalak, menatap

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 339.

    "Ahhh! Awas!!" seketika para pengunjung rumah makan itu panik ketakutan. Mereka lalu bubar tunggang langgang, meningalkan meja makan mereka begitu saja. Tentu saja pemilik warung dan para pelayannya, tak bisa mencegah dan menyalahkan mereka. Kendati hampir semua pengunjungnya belum membayar, makanan yang mereka pesan. Mereka hanya bisa menatap bingung, panik, dan ketakutan. Lalu akhirnya mereka pun ikut bergegas keluar, dari rumah makan mereka. Kini yang tinggal di rumah makan itu adalah Bopak dan tiga kawannya, Tantri dan Baraga, Elang dan Ratih, serta dua orang pemuda gagah berpakaian putih itu. "Majulah jika kalian berempat ingin mati cepat..!" sentak Tantri, seraya mengalirkan 'power' tenaga dalamnya pada kedua tangannya. Jurus pukulan 'Mentari Membakar Awan' segera disiapkannya. "Paman Baraga..! Kau mundurlah..!" seru Tantri, menyuruh Baraga yang telah bersiaga untuk mundur. Maka tak ada pilihan lagi, Baraga segera mundur ke belakang, menuruti suruhan tuan putrinya itu. "

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 338.

    "Keparat memang pemuda yang bersama gadis cantik itu..! Andai dia tak datang dan ikut campur..!Pasti kita bisa bersenang-senang dengan gadis denok itu sekarang. Mumpung Tuan kita belum kembali dari Galuga..!" seru salah seorang dari mereka. "Hei, Bopak..! Kaupikir jika gadis itu berhasil kita tawan, kau akan dapat kesempatan mencicipi gadis itu..?! Mimpi kau..! Yang pasti, 'Tiga Kalajengking Merah' yang akan mendapatkan kesempatan itu. Paling-paling kau cuma kebagian mendengar desah nafas mereka saja, dan disuruh berjaga di depan kamar..! Hahahaa..!!" sentak seorang kawannya, seraya terbahak mengejek. "Hahahaa..!! Jangan mimpi Bopak..!" ejekkan itu diikuti pula oleh gelak mengejek, dari dua rekannya yang lain. Elang melihat kedua tangan Ratih yang mengencang. Sepasang mata Ratih juga memicing marah, menatap ke arah 4 orang berbaju hitam tersebut. Elang sangat memaklumi jika Ratih menjadi naik darah, mendengar pembicaraan empat orang itu. Karena gadis yang sedang jadi pembicaraa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 337.

    "Tidak Ratih, malam ini aku akan mentransfer sebagian hawa murniku padamu. Dan sepertinya, esok hari kau sudah pulih total dari penyakit dalammu," sahut Elang tersenyum. 'Benarkah Mas Elang..? Maafkan Ratih telah merepotkan Mas Elang selama ini ya," ujar Ratih, dengan hati penuh rasa terimakasih. Telah dua kali Ratih berhutang nyawa pada Elang, hanya dalam kurun waktu dua hari saja. 'Tanpamu aku pasti sudah menjadi mayat saat ini Mas Elang', bathin Ratih. Keesokkan harinya seperti yang sudah diperkirakan oleh Elang, kondisi Ratih sepertinya sudan pulih seperti sediakala. Karena pada malam harinya, Elang memang telah mengalirkan hawa murni ke dalam diri Ratih. Untuk mempercepat pemulihannya. "Terimakasih Mas Elang, Ratih merasa sudah benar-benar pulih hari ini," ucap Ratih riang. Dia benar-benar takjub, merasakan kondisi tubuhnya yang telah kembali bugar itu. "Syukurlah Ratih. Untuk selanjutnya, sebaiknya kau menyamar dan berpakaian sebagai seorang pria saja. Agar perjalanan ki

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 336.

    "Hhh.. Baiklah Putriku, kau boleh keluar meluaskan pengalamanmu. Namun ingat..! Kau hanya boleh berkelana di wilayah Dhaka dan Galuga saja. Tak boleh lebih jauh dari itu," ujar sang Prabadewa akhirnya. "Terimakasih Ayahanda..! Baiklah Tantri ke kamar dulu, untuk menyiapkan bekal perjalanan nanti," seru Tantri senang, mendengar ijin dari ayahandanya. Dia segera beranjak masuk ke dalam rumah megahnya, untuk mempersiapkan perbekalannya. Nampak sang Ibunya Diyah Laksmita, juga ikut undur ke dalam rumah. Untuk membantu putri tersayangnya bersiap. "Baraga..! Kau bawalah Putriku serta, ke markas kita di wilayah Dhaka. Layani dan jaga dia dengan baik. Dan kabarkan pula pada pimpinan markas 'Serikat Mata Dewa' di Galuga. Untuk melayani Putriku, jika dia hendak ke wilayah Galuga nantinya!" perintah sang Prabadewa, pada pimpinan berbaju kuning itu. "Siap Paduka..! Saya akan melayani Tuan Putri sebaik mungkin," sahut Baraga patuh. "Untuk sementara, biarkan dulu daftar 17 pendekar itu bered

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 335.

    Danau ini terletak di antara pegunungan Kripak, yang berbatasan langsung dengan wilayah kerajaan Galuga dan kerajaan Shaba. Dua kerajaan yang masih berada di bawah kekuasaan tlatah Kalpataru saat itu.Hal yang unik di danau Kalayan itu adalah, adanya daratan yang cukup luas di tengah-tengah danau itu. Bisa dikatakan itu adalah sebuah pulau kecil di tengah danau, yang bernama Dotraga. Dan mitos yang tersebar dalam masyarakat, yang tinggal di sekitar danau Kalayan itu sangatlah mengerikkan. Dikisahkan asal muasal pulau itu dinamakan pulau Dotraga. Adalah karena banyaknya orang-orang terdahulu yang mengunjungi pulau tersebut, dan mereka tak pernah kembali lagi. Jangankan orangnya, bahkan perahu yang mereka pakai berlayar ke pulau itu pun, sama sekali tak pernah terlihat lagi di atas permukaan danau. Demikianlah secara turun temurun hingga saat itu. Tak ada lagi orang atau pencari ikan, yang berani mengunjungi pulau Dotraga itu. Karena Dotraga aslinya terdiri dari dua kata, yaitu

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 334.

    "Ahh..!" Seth..! Elang langsung melesat menyambar tubuh Ratih yang nyaris polos itu. Lalu membawanya ke dalam gubuk tempat mereka bermalam. Dengan terpaksa Elang membuka perbekalan Ratih. Untuk mengambil pakaian gadis itu dan memakaikannya. Sebuah pekerjaan yang cukup sulit bagi Elang. Karena selama mengerjakan itu, mau tak mau mata Elang harus menatap kemolekkan, dan kemulusan tubuh Ratih yang memang indah itu. 'Selesai', bathin Elang lega. Elang segera memposisikan Ratih dalam keadaan duduk di tepi dipan. Lalu dia pun mulai mengalirkan kembali hawa murninya, ke dalam tubuh Ratih. Beberapa saat kemudian, "Hoeksh..! Ahh...." dua gumpalan darah kehitaman sebesar buah rambutan, dimuntahkan oleh Ratih. Terdengar suara keluhan lemah Ratih, lalu nampak perlahan kedua matanya terbuka. "Tenanglah Tuan Putri. Semuanya baik-baik saja, kau beristirahatlah kembali. Sementara aku akan keluar, untukmencari makanan dulu," Elang berkata lembut pada Ratih. Ratih hanya bisa menganggukkan lema

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 333.

    Elang segera melepas bajunya, untuk menutup tubuh Ratih yang nyaris polos penuh memar itu. Lalu cepat dia menyalurkan 'hawa murni'nya, pada Ratih yang terluka dalam dan tak sadarkan diri itu. Setelah dirasanya cukup, dan wajah Ratih sudah nampak agak memerah. Elang menghentikan transfer hawa murninya. Elang segera beranjak berdiri, dan menatap tajam pada Palguna yang masih berada ditempatnya. "Pendekar macam apa kau..?! Beraninya menghantam perempuan sampai seperti itu..?!" seru Elang murka. "Hei..! Siapa kau yang datang belakangan..?! Kau jangan mengambil keuntungan dari pertarunganku dengannya..! Gadis itu milikku..!" seru Palguna marah. Dia baru saja kembali pulih, usai mengolah nafasnya, sesaat setelah pertarungannya barusan. Namun kini dia merasa 'incarannya' hendak dicuri, oleh Elang yang datang belakangan. Tentu saja dia menjadi naik pitam. "Sungguh bedebah kau..! Gadis ini sudah bersamaku sejak awal. Apa maksudmu aku mengambil keuntungan darimu?!" Elang balas menyentak m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 332.

    'Wah..! Gadis yang masih belum pernah digoyang sepertinya ini', gumam bathin sang pemuda bercodet penuh hasrat. "Kalau begitu silahkan kau mandilah dulu. ! Aku menunggu kau selesai..!" seru Ratih kesal, seraya membalikkan tubuhnya. Ratih beranjak hendak kembali ke gubuk. Dia sebenarnya marah dan risih. Melihat mata jelalatan berminyak si pemuda codet, saat menatap tubuhnya tadi. Namun menyadari keadaan dirinya, yang memang hanya menutupi tubuhnya dengan kain. Maka Ratih memutuskan untuk kembali dulu ke gubuk, dan berganti pakaian di sana. Melihat calon 'kelonannya' beranjak hendak pergi. Tentu saja si codet tak bisa tinggal diam. Hasrat dalam dirinya sudah terlanjur membara di pagi hari itu. "Hei..! Mau kemana kau gadis denok..?!" Srath..! Pemuda codet itu berseru, seraya melesat cepat dari dalam sungai. Taph. ! Sosok si codet mendarat ringan di depan Ratih, yang tengah menuju ke gubuk. Nampak badan si codet masih basah dengan air, begitu juga celana kain yang dipakainya basah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status