Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 018. SESAL, LAPAR, DAN BERBAGI

Share

Bab 018. SESAL, LAPAR, DAN BERBAGI

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-05 00:08:12

“Elang. Sekarang giliranmu mandi sayang,” ucap Halimah, saat dia selesai mandi dan keluar dari dalam kamar mandi.

“Baik Tante,” sahut Elang sambil beranjak ke kamar mandi.

Hati Elang masih dipenuhi rasa sesal dan bersalah pada tantenya itu.

Halimah kembali membuka laci lemarinya, saat Elang masuk ke kamar mandi. Kembali dia mengambil 2 buah ikatan uang merah, dan menuju ke ruang tamu.

Halimah cepat memasukkan 2 ikatan uang merah itu, ke dalam ransel milik Elang.

Ya, Halimah merasa sangat puas dan berterimakasih pada Elang, yang telah coba membantu mewujudkan keinginannya memiliki anak.

Namun sesungguhnya terselip juga rasa terimakasih lain di hatinya. Karena Elang telah membuatnya menjadi wanita sempurna, yang mengenal apa itu rasa dan arti sebuah ‘kenikmatan puncak’.

Hal yang sama sekali tak pernah dirasakannya selama ini.!

Selesai mandi, Elang segera mengenakan pakaiannya kembali, yang tadi sempat tercecer di lantai kamar.

Elang ingin segera pergi dari rumah itu, karena ras
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Soemandiri Amd
Ini lagi yg masuk ceritera yg saya kurang suka.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 605.

    Namun ternyata fakta berbicara lain..! Seorang pemuda nampak tengah duduk bersila, dan melakukan 'hening' dalam gua itu. Tapi tunggu dulu, pemuda itu ternyata berada di tengah lingkaran sosok Naga raksasa berwarna merah membara. Naga Bumi..! Ya, pemuda itu tak lain adalah Sapta Pertala adanya.! Dia berhasil diselamatkan oleh Sang Naga Bumi, saat dirinya terguling jatuh ke dalam kawah Gunung Marapat. Sang Naga Bumi segera meniupkan lapisan perisai pelindung pada Sapta Pertala, agar pemuda itu bisa bertahan dari panasnya hawa magma di pusat bumi. Kini mau tak mau, Sapta Pertala harus tinggal di kedalaman bumi, bersama sang Naga Bumi. Hal yang aneh adalah, sang Naga Bumi bisa berbicara masuk ke dalam bathin Sapta Pertala. Sementara Sapta Pertala berbicara seperti biasa saja. Seperti halnya cara berkomunikasi antara Elang dan Ki Naga Merah, dalam wujud Naganya. Sang Naga Bumi banyak mengajarkan cara bertahan hidup, di kedalaman bumi itu pada Sapta Pertala. Hal yang kemudian menja

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 604.

    "Ki Naga Merah. Sebetulnya ada apakah, di tingkat tertinggi pura/kuil di air terjun Naga Moksa itu..? Kenapa ada cahaya emas menyilaukan, yang keluar dari kuil/pura yang berada di pusat empat pura yang mengellinginya..?" tanya Elang pada Ki Naga Merah. Setelah dia tiba di istana Selaksa Naga. "Demi Hyang Widhi Yang Agung..! Apakah kau benar-benar melihat cahaya keemasan itu. Cahaya berkilau yang menyorot ke empat kuil di sekelilingnya Tuanku Elang..?!" seru Ki Naga Merah. Ya, Ki Naga Merah nampak terkejut bukan kepalang, dan malah balik bertanya pada Elang. "Ya benar Ki Naga Merah. Ada apakah dengan hal itu..?!" seru Elang jadi semakin penasaran. "Paduka Tuan Elang Prayoga..! Terimalah sembah hormatku," ucap Ki Naga Merah. Ki Naga Merah lakukan sikap penghormatan yang lebih dalam, dari yang biasanya terhadap Elang. Kata 'Paduka' juga kini disematkan Ki Naga Merah pada Elang. "Ahh..! Ada apa sebenarnya ini Ki Naga Merah..?!" seru Elang terkejut dan jadi rikuh, mendapat penghor

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 603.

    'Sebuah wilayah kerajaan yang sangat indah dan mengesankan', bathin Prasti dan Prahasta Yoga. Malam harinya usai makan malam. Elang dan Raja Naga Merah duduk berbincang secara pribadi, di ruang khusus sang Raja Naga Merah. Sementara Prasti nampak juga sedang asik berbincang dengan Nyi Naga Biru, di ruang dalem istana"Ki Naga Merah. Apakah air terjun Naga Moksa adalah tempat untuk mencapai kesempurnaan, bagi para Naga sepuh yang hendak 'moksa'..?" tanya Elang serius. Dia memulai pembicaraan tentang air terjun Naga Moksa, yang dilihatnya tadi. "Tuanku Elang. Air terjun Naga Moksa adalah sebuah tempat khusus, bagi para leluhur serta bangsa naga. Disitulah tempat para leluhur, yang telah lelah dengan kehidupannya. Maupun Naga sepuh yang ingin mencapai 'penyempurnaan laku'nya, dengan moksa. Ada hal apakah Tanku menanyakan soal air terjun Naga Moksa itu..?" "Ki Naga Merah, benarkah dulu moyang Indra Prayoga pernah masuk disana..? Untuk hal apakah dia masuk kesana Ki Naga Merah?" tan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 602.

    Sesungguhnya keluarga sang Maharaja sendiri sedang dalam keadaan berduka. Atas gugurnya Begawan Ekapaksi, ayahandanya. Namun hal itu juga malah menjadikan sang Maharaja lebih bersemangat, dan merasa tertantang. Karena sang Maharaja harus bisa membuktikan, bahwa Kalpataru akan berdiri lebih jaya dari sebelumnya. Setelah melalui ujian dan perjuangan beratnya. Ya, sang Maharaja tak ingin menyia-nyiakan nyawa yang telah dikorbankan oleh ayahandanya serta para prajurit Tlatah Kalpataru. Karena sang Maharaja tengah memegang amanah, cita-cita, dan keinginan luhur, dari mereka semua. Yaitu memakmurkan dan menjadikan Tlatah Kalpataru sebagai Tlatah yang besar, makmur, serta jaya bersama rakyatnya. *** Tiga hari kemudian di halaman istana kerajaan Palapa. "Elang pergi dulu Paduka Maharaja. Mohon restunya," ucap Elang, seraya menghormat pada sang Maharaja Danuthama. "Ayahanda, Prasti berangkat dulu ke dimensi Ki Naga Merah ya," ucap Prasti, seraya mencium tangan sang Maharaja dan memelu

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 601.

    "Baik Elang. Kuijinkan kau ke dimensi itu bersama Prahasta Yoga, dengan restuku," ucap sang Raja. "Ayahanda. Emm, bolehkah Prasti ikut menemani Mas Yoga dan adik Prahasta Yoga berlatih di sana..? Sebelum Prasti benar-benar sibuk membantu Ayahanda di kerajaan Palapa nantinya," tanya Prasti, dengan wajah terlihat penuh harap memandang sang ayahandanya itu. "Hhhh. Putriku sayang, baru saja kau pulang kembali, kini malah hendak pergi lagi. Baiklah. Tapi ayahanda harap kau pergi bersama Elang dan Prahasta Yoga nanti. Setelah kau tinggal di istana Palapa selama 2-3 hari Prasti. Ayahanda masih kangen padamu. Dan aku juga butuh beberapa pandangan darimu Elang. Mengenai rencana membangun Tlatah Palapa, yang kini masih sangat jauh tertinggal, dengan tetangga kita Tlatah Kalpataru," ujar sang Raja akhirnya. "Wah..! Terimakasih Ayahanda," ucap Prasti senang sekali. "Baik Paduka Raja," ucap Elang, menyetujui permintaan sang Raja Danuthama. "Elang. Jujur saja selain dirimu, aku juga akan m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 600.

    "Terima kasih Ki Naga Merah." Slaph..! Slaph..! Elang ucapkan terimakasih, seraya melesat turun, dengan membawa Prahasta Yoga dalam rangkulan sebelah tangannya. Dan Prasti pun ikut melesat turun. Taph..! Elang dan Prasti mendarat ringan, di halaman istana Belupang. "Selamat datang Tuan Putri Prasti. Selamat datang Tuan Elang," sapa para penjaga gerbang istana penuh hormat. "Terimakasih Paman," sahut Elang dan Prasti tersenyum, seraya masuk kedalam istana. Keramahan inilah yang disukai para pengawal di istana Belupang, terhadap Tuan Putri Raja mereka dan sahabatnya yang bernama Elang itu. "Ahh..! Putriku yang cantik sudah pulang rupanya!" sapa sang Raja tersenyum gembira. Sontak dia berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan putrinya tercinta. "Ayahanda..!" seru Prasti, seraya mencium tangan sang Ayahanda yang dihormatinya. Dan Prati pun mandah saja, saat sang Ayahanda mengecup keningnya. "Salam hormat dari Elang, Paduka Yang Mulia," ucap Elang tersenyum mengangguk, ser

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status