Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 024. PESAING BEBUYUTAN

Share

Bab 024. PESAING BEBUYUTAN

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-06 19:35:39

"Bapak, Ibu. Kebetulan Elang ada uang tunai. Biar pakai uang Elang saja dulu ya,” ucap Elang, sambil membuka ranselnya.

Lalu dikeluarkannya seikat uang merah dari dalam amplop coklat. Di ambilnya uang merah sejumlah 35 lembar dari ikatan itu,

“Ini Mbak, silahkan,” ucap Elang tersenyum, pada sang resepsionis hotel tersebut.

Setelah menghitung uang yang diterimanya dari Elang.

“Baik Mas, silahkan,” ucap sang resepsionis ramah, sambil menyerahkan kunci kamar dan uang kembaliannya pada Elang.

Seorang roomboy langsung mendekat dan memandu mereka, menuju kamar yang disewa.

“Terimakasih ya Elang. Nanti uangnya akan kami gantikan ya,” ucap bu Ratna, dengan wajah agak jengah.

“Elang. Terimakasih ya,” ucap pak Wahyu rikuh. Dia masih menyesali keteledorannya sendiri, yang lupa menaruh dompet di celana yang salah.

“Terima kasih Mas Elang,” ucap Frisca.

Ya, diam-diam Frisca memang sudah mengagumi sosok pemuda Elang. Sejak Elang membantunya melewati kerumunan saat kecelakaan.

Dan Frisca b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
semngat bang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 601.

    "Baik Elang. Kuijinkan kau ke dimensi itu bersama Prahasta Yoga, dengan restuku," ucap sang Raja. "Ayahanda. Emm, bolehkah Prasti ikut menemani Mas Yoga dan adik Prahasta Yoga berlatih di sana..? Sebelum Prasti benar-benar sibuk membantu Ayahanda di kerajaan Palapa nantinya," tanya Prasti, dengan wajah terlihat penuh harap memandang sang ayahandanya itu. "Hhhh. Putriku sayang, baru saja kau pulang kembali, kini malah hendak pergi lagi. Baiklah. Tapi ayahanda harap kau pergi bersama Elang dan Prahasta Yoga nanti. Setelah kau tinggal di istana Palapa selama 2-3 hari Prasti. Ayahanda masih kangen padamu. Dan aku juga butuh beberapa pandangan darimu Elang. Mengenai rencana membangun Tlatah Palapa, yang kini masih sangat jauh tertinggal, dengan tetangga kita Tlatah Kalpataru," ujar sang Raja akhirnya. "Wah..! Terimakasih Ayahanda," ucap Prasti senang sekali. "Baik Paduka Raja," ucap Elang, menyetujui permintaan sang Raja Danuthama. "Elang. Jujur saja selain dirimu, aku juga akan m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 600.

    "Terima kasih Ki Naga Merah." Slaph..! Slaph..! Elang ucapkan terimakasih, seraya melesat turun, dengan membawa Prahasta Yoga dalam rangkulan sebelah tangannya. Dan Prasti pun ikut melesat turun. Taph..! Elang dan Prasti mendarat ringan, di halaman istana Belupang. "Selamat datang Tuan Putri Prasti. Selamat datang Tuan Elang," sapa para penjaga gerbang istana penuh hormat. "Terimakasih Paman," sahut Elang dan Prasti tersenyum, seraya masuk kedalam istana. Keramahan inilah yang disukai para pengawal di istana Belupang, terhadap Tuan Putri Raja mereka dan sahabatnya yang bernama Elang itu. "Ahh..! Putriku yang cantik sudah pulang rupanya!" sapa sang Raja tersenyum gembira. Sontak dia berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan putrinya tercinta. "Ayahanda..!" seru Prasti, seraya mencium tangan sang Ayahanda yang dihormatinya. Dan Prati pun mandah saja, saat sang Ayahanda mengecup keningnya. "Salam hormat dari Elang, Paduka Yang Mulia," ucap Elang tersenyum mengangguk, ser

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 599.

    "A-apa..?!" Kraagkh..! Resi Salwaka terkejut bukan kepalang. Dan dalam kemurkaannya, dia meremas luluh sandaran kursi kayu jati ukir, yang didudukinya seraya berdiri. Dan kursi itu seketika remuk lebur menjadi serbuk kayu hitam, akibat 'power'nya yang spontan bergolak. Dahsyat..! "Hahh..!" ganti kini sang Maharaja Selangit Rantak, yang berseru kaget dan terbelalak ngeri. Dia menatap kursi jati ukir istananya, yang kini telah menjadi serbuk hitam di lantai istana. "Katakan siapa yang telah membunuh kedua muridku itu..?!" seru sang Resi murka. Dan dalam kemurkaannya, dia tak lagi memandang Selangit Rantak sebagai Maharaja Saradwipa. "Yang membunuh Panglima Bagus Tuah dan Bayang Mentari, adalah seorang pendekar sakti. Dia berjuluk Pendekar Penembus Batas di Tlatah Kalpataru Resi sepuh," sahut sang Maharaja Selangit Rantak. Hatinya dipenuhi rasa ketakutan yang mencekam. Dia sangat sadar, jika ratusan bahkan ribuan prajurit pun, tak akan bisa melepaskannya dari cengkraman sang Re

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 598.

    Nampak sosok Surapati telah berada di tengah alun alun dalam keadaan terikat. Sebuah kayu gelondongan ukuran sedang, yang dipancangkan di tengah alun-alun itu. Menjadi tumpuan sosok penjahat besar itu.Nampak pula Maharaja Mahendra, agak jauh di pinggir alun-alun. Sang Mahara telah berdiri tegak, menghadap ke arah posisi Surapati. "Elang..! Majulah dan berdiri di sisiku..! Kau juga berhak menghukum Surapati dengan tanganmu..! Karena perbuatan fitnah kejinya padamu..!" seru sang Maharaja Mahendra"Baik Paduka Yang Mulia..!" sahut Elang, seraya masuk ke dalam area eksekusi itu. Elang pun kini berdiri di sebelah sang Maharaja Mahendra. "Surapati..! Jika ada yang hendak kaukatakan disaat terakhirmu..! Katakan saja sekarang..!" seru lantang sang Maharaja. "Hahahaa..! Hal terakhir yang akan kukatakan hanya satu..! Jiwaku akan selalu menitis, dan menjadi musuh abadi bagi leluhur tlatah Kalpataru dan keturunannya..!!" seru lantang Surapati. "Baik..! Dan seluruh keturunan Tlatah Kalpata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 597.

    "Hidup Maharaja Palapa yang baru..!!" Teriak seorang dari rombongan itu. Dan tentu saja hal ini menjalar dengan cepat. "Hidup Maharaja Danuthama Syailendra..!!" "Jayalah Tlatah Palapa..!!" "Bangkitlah Palapa..!!" Seruan-seruan kegembiraan terdengar riuh rendah, di pendopo istana Belupang pagi itu. Suatu pagi yang akan mengawali babak baru, bagi perubahan besar Tlatah Palapa, menuju puncak kejayaannya..! *** Sementara itu di dalam istana kerajaan Kalpataru. Saat itu tengah digelar pertemuan besar, membahas hukuman bagi Surapati. Seorang penjahat 'besar' bagi Tlatah Kalpataru, dan juga bagi Elang yang telah difitnah olehnya. Nampak sosok Surapati berlutut ditengah-tengah pertemuan itu. Tubuhnya dalam keadaan terbelenggu. Ya, Elang telah memusnahkan 'power' dalam diri Surapati, dan menotok pusat energinya. Agar Surapati tak bisa menghimpun kekuatannya kembali. Kini Surapati benar-benar tak berdaya. Dia hanya bisa menjawab atau menanggapi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 596.

    Seruan sang Maharaja Mahendra lantang menggema. Mengingatkan rakyat dan seluruh pasukkannya, agar tak terlalu larut dalam kegembiraan. Ya, adalah ironis jika bergembira berlebihan, sementara banyak pula prajurit Tlatah Kalpataru yang gugur, dalam mempertahankan kejayaan Kalpataru. Termasuk ayahanda sang Maharaja sendiri, Begawan Ekapaksi..! Perang..! Satu kata yang tak menimbulkan manfaat sedikitpun, bagi yang menang ataupun kalah..! Akhirnya semua pihak langsung kerja bhakti, bergotong royong membersihkan, dan mengurus mayat-mayat yang berserakkan. Tentu saja mereka memilah, mana koban pasukkan musuh, dan mana korban dari pasukkan Tlatah Kalpataru. Bahkan tawanan perang musuh pun disuruh ikut serta, mengumpulkan korban-korban dari pihak mereka sendiri. Tak ada kesewenang-wenangan dari pihak Tlatah Kalpataru. terhadap para tawanan perang yang hanya berpangkat prajurit itu. Ya, karena hakekatnya para prajurit hanyalah korban. Mereka sama sekali tak memiliki pilihan lain, selai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status