Kenapa bisa..? Lalu dari mana kerajaan memperoleh anggaran untuk pembangunan wilayahnya..? Jika uangnya bukan dari pajak dan upeti..?! Ternyata jawabnya satu..! Harta di ruang penyimpanan kerajaan Palapa, dan kerajaan-kerajaan wilayah ternyata 'sangat' melimpah ruah..! Ya, sedemikian korupnya pemerintahan di masa sang Maharaja Kumbadewa. Sehingga dia menumpuk harta berlebih-lebihan, di ruang penyimpanan harta kerajaan. Bahkan hingga dibangun beberapa ruangan khusus. Untuk menampung semua harta kerajaan itu. Dan tentu saja, hal ini juga terjadi di kerajaan-kerajaan wilayah di bawahnya. Para Raja wilayah terdahulu, ternyata mereka menyimpan hasil 'perasan' mereka terhadap rakyat, di beberapa ruang penyimpanan harta khusus kerajaan. Sang Maharaja Danuthama juga memeriksa kediaman para pejabat kerajaan terdahulu. Di seluruh kerajaan wilayah Tlatah Palapa. Bahkan termasuk juga kerajaan Palapa sendiri, sebagai pusat kerajaan Tlatah Palapa. Dan hasilnya sungguh mencengangkan..! Kar
"Ba-baik Kakek..! Tlatah Palapa berada di seberang sungai Larungraga. Ke arah timur dari sini, Kakek akan menemui sungai deras itu. Itulah pembatas Tlatah Palapa dan Tlatah Kalpataru," ujar gugup salah seorang dari pengunjung kedai itu. Slaphh..! Resi Salwaka langsung berkelebat lenyap dari kedai itu bagaikan hantu, menuju ke arah timur dari kedai itu. 'Sial..! Tuak tak jadi dibeli, ehh mejaku malah hilang satu..! Apes nian malam ini nasibku..!' bathin sang pemilik kedai, menggerutu kesal. Namun tentu saja dia tak berkutik. Setelah melihat 'kemampuan' kakek aneh itu, yang bisa membuat mejanya menjadi serbuk hitam. Hanya dengan sebuah tepakkan tangan saja. Taph..! 'Hmm. Ini rupanya sungai Larungraga itu', bathin Resi Salwaka. Setelah dia tiba di tepi sungai yang cukup lebar, dan berarus sangat deras itu. Slapphs..! Cepat Resi Salwaka melesat terbang melintasi sungai Larungraga, dan menjejakkan kakinya di wilayah Pasir Raja yang sudah masuk Tlatah Palapa. Slaph..! Akhirnya san
'Prasti nama yang indah. Dan dia juga Putri seorang Raja di sana. Sepertinya kau tak salah pilih wanita disana Mas Elang. Baik, aku rela Mas menikahinya', desah bathin Nadya. "Tidak Mas Permadi. Katakan pada Mas Elang aku menyetujuinya, dan akan tetap menunggunya kembali. Sekaligus sampaikan salamku pada Prasti di sana, untuk melayani Mas Elang dengan baik," ucap Nadya tegas. Namun hati wanita terluka, siapa yang tahu..?"Baik Nadya. Tunggulah sejenak, aku akan menghubungi bathin Elang sekarang," ucap Permadi. Lalu perlahan Permadi kembali memejamkan matanya. 'Elang, saat ini aku sudah berada di rumahmu dan bertemu Nadya. Dia menyetujui pernikahanmu dengan Prasti di sana. Dan dia juga berkata akan tetap menunggumu di sini. Dia titip salam untuk Prasti, dan menunggumu membawa Prasti serta ke dimensi ini, untuk bertemu', ucap bathin Permadi pada Elang. Elang di masa silam memang tengah menunggu hasil pembicaraan Permadi, dengan istrinya itu. 'Terimakasih Permadi, aku akan berus
'Mas Elang. Jika sehari di sini, sama dengan setahun di sana. Betapa lama waktu yang Mas lalui di sana. Aku disini menunggu 10 hari, sedangkan Mas menjalaninya 10 tahun di sana. Apakah ada wanita yang menemani Mas Elang di sana? Pastinya Mas Elang kesepian disana', bathin Nadya. 'Kau begitu bersinar dimanapun kau berada Mas Elang. Nadya yakin, tak sedikit wanita yang menaruh hati pada Mas Elang di sana. Nadya tak menyalahkan Mas Elang, jika akhirnya mas memilih satu di antara mereka. Namun jangan lupakan Nadya mas, berusahalah untuk menguasai ilmu 'Sabdo Jagat' itu. Agar mas Elang bisa kembali dan bertemu lagi dengan Nadya', harap bathin Nadya penuh kepedihan. Nadya telah mendengar dari Permadi, tentang sulitnya menguasai aji 'Sabdo Jagad' itu. Waktu yang diperlukan untuk menguasainya juga tak sebentar. 'Ilmu itu bisa dibilang, adalah ilmunya orang-orang yang mendekati tataran para 'wali' Nadya. Alam dan seluruh dimensi di semesta ini, hanya bagaikan 'sejengkal dan sekejapan
"Sangat menyenangkan Ayahanda. Ternyata peradaban di sana lebih maju, dibandingkan peradaban kita Ayah. Padahal dimensi Selaksa Naga berada di masa lampau, jauh di belakang masa kita," sahut Prasti menjelaskan dengan raut wajah ceria. "Wah..! Ayahanda jadi ingin datang ke sana juga, sekali waktu bersama Elang. Hahahaa..!" gelak sang Maharaja, turut senang mendengar pengalaman putrinya itu. "Boleh Paduka Maharaja. Suatu saat Elang akan mengajak Paduka ke sana, jika Paduka senggang," sahut Elang tersenyum. "Hahahaa..! Bagus. Semoga saja aku bisa secepatnya membangun Tlatah Palapa, menjadi kerajaan yang makmur dan sejahtera. Agar aku bisa tenang meninggalkan rakyatku, dan berjalan-jalan ke dimensi Selaksa Naga itu," ujar sang Maharaja lagi, seraya tertawa senang. 'Sungguh Maharaja yang cinta rakyatnya melebihi dirinya', bisik hati Elang kagum. "O ya Elang. Aku merencanakan penobatanmu, untuk menjadi Raja Belupang minggu depan. Aku harap kau tak menolaknya kali ini Elang. Aku butu
"Semuanya menjauh dari pantai..!!" teriak Srenggana, pada para prajurit jaga yang masih terlihat berada dekat pantai. Karena dilihatnya ombak tinggi sedang bergulung, hendak menerpa pantai. Semua para prajurit jaga pantai pun berlarian dan berlesatan, menjauh dari pantai. Byaarrsshk..!! Gelombang pasang naik dan ikut membawa kapal-kapal, yang tertambat naik ke atas daratan pantai Marapat. Kapal-kapal itu ikut terbawa gelombang, dan baru nampak terhenti. Setrlah kapal naik sekitar dua puluhan depa, dari tepi pantai. Ganas..!Sementara di kejauhan, Prasti dan Prahasta Yoga nampak menyaksikan pertarungan Elang dan Eyang Lima Nyawa, dari sebuah bukit dekat pantai Marapat. Ki Naga Merah pun terlihat beterbangan di sekitar bukit itu. "Mas Yoga ...." gumam Prasti lirih. "Tenanglah Bibi. Paman pasti bisa mengalahkan orang itu," ucap Prahasta Yoga yakin. "Aarrrghss..!! Tongkatku..!" Eyang Lima Nyawa berteriak kesakitan, seraya memegangi dadanya. Sepuh itu juga berseru menyesali tong