"Sangat menyenangkan Ayahanda. Ternyata peradaban di sana lebih maju, dibandingkan peradaban kita Ayah. Padahal dimensi Selaksa Naga berada di masa lampau, jauh di belakang masa kita," sahut Prasti menjelaskan dengan raut wajah ceria. "Wah..! Ayahanda jadi ingin datang ke sana juga, sekali waktu bersama Elang. Hahahaa..!" gelak sang Maharaja, turut senang mendengar pengalaman putrinya itu. "Boleh Paduka Maharaja. Suatu saat Elang akan mengajak Paduka ke sana, jika Paduka senggang," sahut Elang tersenyum. "Hahahaa..! Bagus. Semoga saja aku bisa secepatnya membangun Tlatah Palapa, menjadi kerajaan yang makmur dan sejahtera. Agar aku bisa tenang meninggalkan rakyatku, dan berjalan-jalan ke dimensi Selaksa Naga itu," ujar sang Maharaja lagi, seraya tertawa senang. 'Sungguh Maharaja yang cinta rakyatnya melebihi dirinya', bisik hati Elang kagum. "O ya Elang. Aku merencanakan penobatanmu, untuk menjadi Raja Belupang minggu depan. Aku harap kau tak menolaknya kali ini Elang. Aku butu
"Semuanya menjauh dari pantai..!!" teriak Srenggana, pada para prajurit jaga yang masih terlihat berada dekat pantai. Karena dilihatnya ombak tinggi sedang bergulung, hendak menerpa pantai. Semua para prajurit jaga pantai pun berlarian dan berlesatan, menjauh dari pantai. Byaarrsshk..!! Gelombang pasang naik dan ikut membawa kapal-kapal, yang tertambat naik ke atas daratan pantai Marapat. Kapal-kapal itu ikut terbawa gelombang, dan baru nampak terhenti. Setrlah kapal naik sekitar dua puluhan depa, dari tepi pantai. Ganas..!Sementara di kejauhan, Prasti dan Prahasta Yoga nampak menyaksikan pertarungan Elang dan Eyang Lima Nyawa, dari sebuah bukit dekat pantai Marapat. Ki Naga Merah pun terlihat beterbangan di sekitar bukit itu. "Mas Yoga ...." gumam Prasti lirih. "Tenanglah Bibi. Paman pasti bisa mengalahkan orang itu," ucap Prahasta Yoga yakin. "Aarrrghss..!! Tongkatku..!" Eyang Lima Nyawa berteriak kesakitan, seraya memegangi dadanya. Sepuh itu juga berseru menyesali tong
Weerrsshk..!! Sosok Eyang Lima Nyawa terangkat melayang, dan tegak di tengah-tengah badai pusaran angin yang tercipta. Spraasshp.!! Pasir pantai terhisap masuk dalam pusaran badai angin, yang semakin lama semakin membesar dan menggila itu. Langit pun berubah gelap di atas area pertarungan itu. 'Hmm. Power yang mengerikkan..!' seru bathin Elang. "Kalian semua menjauhlah dari arena pertarungan ini..!" seru Elang pada semua orang, yang berada di sekitar lokasi itu. Sementara Ki Naga Merah masih berputaran di angkasa, bersama Prasti dan Yoga Prahasta di punggungnya. "Baiklah Kakek. Kulayani keinginanmu..! Kita bertarung di atas sana..!" Slaphs..! Elang berseru seraya melesat tinggi ke angkasa, yang berada di atas permukaan tengah laut Marapat. Slaphh..! Eyang Lima Nyawa melesat tinggi menyusul Elang. Sosok mereka berdua kini sudah saling berhadapan, di ketinggian angkasa. "Keluarkan 'power'mu Elang..! Pantang bagiku membunuh orang yang tak melawan..!" seru Eyang Lima Nyawa. Y
"Hiaahh..!" Wuussh..!! Srenggana berseru keras, seraya lepaskan pukulan 'Gebyar Jagad'nya. Selarik cahaya merah berhawa sangat panas melesat deras ke arah sosok Eyang Lima Nyawa. "Hiaahh..!" Splaats..!! Batara ikut berseru lontarkan pukulan pamungkasnya 'Langit Pecah Bumi Bergolak'. Sebuah bola energi bercahaya merah terang, dengan cahaya putih menyilaukan ditengahnya melesat deras ke arah Eyang Lima Nyawa. "Hahahaa..!" Byaarrsh..!! Kembali Eyang Lima Nyawa kerahkan aji 'Selimut Mentari'nya', sosoknya kembali diselubungi bola besar yang bercahaya menyilaukan bagai mentari. BLAARRRZZSSTTTKKHHH..!!! Bumi di sekitar area pertarungan mereka ambyar berantakkan. Terjadi pecahan gelombang energi super panas, yang menghempas ke segala arah. Tanah berpasir di bawah sosok Eyang Lima Nyawa, yang dihantam dua pukulan dahsyat itu, ambyar pecah dan melesak dalam. Pasir pantai bertebaran di udara dalam keadaan menyala merah, bagai percikkan bara. Dahsyat..! Namun ... "Hahahaaa..!! Hanya
"Boo ... boo ... boo! Rupanya begitu..! Baik kukatakan saja pada kalian. Aku Eyang Lima Nyawa, guru dari Kebo Sena..! Kedatanganku ke tlatah ini, adalah hendak mencari dan menantang orang bernama Elang Prayoga..! Untuk bertarung denganku sampai ada yang mati..!" sentak murka Eyang Lima Nyawa akhirnya. "Hmm..! Begitu rupanya maksud kedatanganmu..! Pendekar Penembus Batas terlalu tinggi untuk menghadapimu Eyang Lima Nyawa..! Hadapi dulu aku, jika kau ingin menghadapi Elang Prayoga..!" seru Senggana Maruthi, yang naik pitam dengan keangkuhan Eyang Lima Nyawa. "Boo ... boo ... booo..! Bedebah kau manusia monyet..!! Jangan salahkan aku jika bulu putihmu berubah hitam terbakar..!!" bentak Eyang Lima Nyawa memaki murka. Dirinya merasa direndahkan oleh Srenggana Maruthi, dengan mengatakan Elang terlalu tinggi untuk melawannya. Byaarrshk..!! Tanpa menjawab, Srenggana ledakkan 'power' penuhnya. Gelombang energi panas seketika menghempas dari sosok Srenggana. Pasir pantai beterbangan di
Ya, sesungguhnya diam-diam Elang telah menciptakan jurus serta ajian baru. Dalam latihannya di dimensi Selaksa Naga itu. Jentikkan jari yang digunakan untuk menangkis serangan Prahasta Yoga tadi. Itu juga merupakan salah satu dari jurus baru ciptaannya, yang bernama jurus 'Jari Halilintar Emas'..! Jurus 'Jari Halilintar Emas' ini diciptakan Elang, untuk menyalurkan 'power'nya yang kini 'luber' di pusat energinya. Ya, melakukan hening di air terjun Naga Moksa, dan olah nafas diatas lempengan batu hijau Lembah Hijrah Naga. Ternyata hal itu semua memacu dengan cepat sekali peningkatan 'power', serta kematangan ilmu-ilmu yang dikuasai Elang. Elang sendiri sesungguhnya merasa heran, dengan powernya yang tiba-tiba bagai mengisi di seluruh bagian tubuhnya. Dia kini bisa mengerahkan dan mengarahkan 'power' itu, dari seluruh bagian tubuhnya. Tanpa dia harus melakukan persiapan atau olah nafas lagi, seperti halnya para pendekar kebanyakkan. Serangan ataupun powernya bisa dilontarkan beg