Share

Bab 546.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-30 17:21:12

Sementara saat fajar belum lagi menyingsing. Nampak armada perang Tlatah Palapa, di bawah pimpinan langsung Panglima Tertinggi mereka, Surapati.

Rupanya mereka telah berangkat membelah gelombang lautan. Di tengah deru angin, dan dinginnya cuaca menjelang fajar itu.

Sebanyak 12 kapal kayu besar (Jung), dan 7 kapal berukuran sedang, melaju cepat di atas ganasnya ombak laut Jawa yang cukup tinggi.

Semua pasukkan berada dalam kapal-kapal yang melaju itu. Mereka semua telah berbaris dalam posisi siaga.

Berbagai jenis senjata perang di jaman itu, nampak telah tergenggam di tangan setiap prajurit di atas kapal itu.

Tepat di saat semburat cahaya telah memerah di ufuk timur. Kapal-kapal itu telah mendekati sasaran mereka. Pantai tanjung Marapat..!

Namun disaat yang sama. Di atas bukit sebuah pulau kecil, yang tak jauh dari pantai Marapat itu.

Tampak sosok lelaki sepuh berpakaian putih, yang tengah duduk bersila di sana. Sejak sore kemarin, perasaan sosok sepuh itu memang telah dirasuki
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
waduh knp kecolongan begitu mas elang, ini bikin emosiiiii namanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 626.

    "Nadyaa..! Kemari Nak..! Jangan bermain terlalu jauh sayang," seru merdu seorang wanita jelita. Dia memanggil putri kecilnya, yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu di halaman belakang istana itu. "Iya Bunda..!" sahut si kecil Nadya, yang baru berusia 3,5 tahun lebih itu, seraya berlari menghampiri ibundanya. Nampak rambut lurus tebal, mata jernih, dan lesung pipitnya yang menambah gemas orang, yang melihat putri kecil yang periang dan gesit itu. Ya, putri kecil itu adalah Nadya Prayesti. Buah hati dari Elang dan Prasti, dan cucu kesayangan dari Maharaja tmTlatah Palapa, Danuthama Syailendra. "Nadya sayang ingat kan, pesan ayahanda sebelum pergi tadi pagi?" tanya Prasti pada putrinya itu. "Iya bunda. Nadya harus nurut sama bunda dan kakek," sahut Nadya cepat. "Nah sekarang Nadya ikut bunda ke tempat Kakek ya, nanti sore kita pulang. Ayahanda baru pulang besok pagi," ucap Prasti. "Wah horee..! Nadya mau ke tempat Kakek, di tempat Kakek banyak mainannya Bunda. Yuk, kita beran

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 625.

    'Mas Yoga, kau adalah cahaya bagi banyak orang. Sementara aku hanyalah wanita yang bersandar di terangnya cahayamu itu', bisik hati Prasti terharu. *** Seminggu kemudian, perhelatan besar di istana kerajaan Belupang pun berlangsung sakral, meriah, dan semarak. Acara pernikahan serta penobatan Elang Prayoga menjadi Raja Belupang, yang berlangsung di istana Belupang itu meluber. Hingga memenuhi alun-alun istana. Lingkungan istana sampai tak mampu, untuk menampung membludaknya para tamu yang hadir di acara itu. Hingga akhirnya atas inisiatif Elang dan Prasti, maka digelarlah perhelatan itu hingga alun-alun istana. Ya, tentu saja para tamu yang hadir pasti membanjir. Karena Elang adalah teman dan sahabat dari kedua Tlatah yang berdampingan itu, yaitu tlatah Kalpataru dan Palapa. Elang bisa dikatakan adalah 'simbol' perdamaian dan penengah, di antara dua Tlatah tersebut. Nampak para pendekar kedua tlatah berkumpul ria, dalam suasana hangat dan penuh keakraban. Dan yang istimewa ad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 624.

    "Selamat datang Tuan dan Nona. Silahkan duduk dulu," ucap sang pelayan yang tak lain adalah Pudji. Pudji menundukkan wajahnya saat menyapa mereka, sehingga dia tak memperhatikan wajah pengunjung rumah makannya itu. Namun Elang masih mengenali wanita itu, senyum kecil seketika menghias wajah Elang. 'Syukurlah Pudji, sepertinya kau telah keluar dari rumah kembang itu', bisik hati Elang senang. Elang dan Prasti pun segera memilih meja mereka. Saat itu pengunjung memang cukup ramai, karena masuk waktunya makan siang. Mereka menunggu sejenak Pudji melayani pengunjung lainnya. Hingga akhirnya sosok wanita cukup sepuh datang, menghampiri meja mereka. "Maaf menunggu Tuan. Tu ... tuan ma ... mau pe-san a-ap .. Ahhh..! Mas Elang kaukah itu Nak..?!" sang Ibu sepuh, yang ternyata Bu Laras itu tak dapat menahan seruan kagetnya. Saat lamat-lamat dia mulai mengenali pengunjungnya, yang berambut putih agak gondrong itu. Ya, karena wajah Elang adalah wajah yang selalu ada dalam do'anya. Mana b

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 623.

    "Hahahaa..! Kalian ini..! Bagaimana kalian bisa saling berbicara, jika kalian berdua sama-sama menunduk seperti itu..?!" seru sang Maharaja terbahak geli. Melihat cara Elang dan Putrinya bertanya jawab. "Ahh..!" seru Elang terkejut, mendengar tawa terbahak sang Maharaja. Segera dia angkat wajahnya, sementara raut tegang di wajahnya belum juga hilang. "Ehh..!" Prasti juga berseru kaget, seraya angkat wajahnya yang tertunduk sejak tadi. Dalam hati dia merasa malu sekali di tertawakan oleh sang Ayahnya itu."Elang, sekarang ulangi pertanyaanmu dan tatap wajah Prasti," ucap sang Maharaja tegas. Sontak wajah Elang tambah bersemu merah 'tengsin'. Namun segera dilakukannya ucapan calon ayah mertuanya itu. "Prasti. Maukah kau menikah dan menjadi istriku..?" tanya Elang seraya menatap wajah Prasti, yang hari itu nampak sangat jelita. Ya, berdandan seadanya saja, sudah membuat gadis itu sedemikian cantiknya. Dan kembali Prasti menunduk, seraya menganggukkan pelan kepalanya. Hal yang kin

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 622.

    "Kakek itu adalah Guru dari Panglima Bagus Tuah dan Bayang Mentari dari Tlatah Saradwipa. Dua Panglima yang dulu tewas di tanganku, saat perang di Tlatah Kalpataru, Paman. Dia datang hendak membalaskan dendam, atas kematian dua muridnya itu padaku," jelas Elang. "Hmm. Pantas saja dia sepertinya sengaja mencari kerusuhan di Kotaraja. Rupanya dia hendak memancing Paduka Elang keluar dari istana," ujar sang Patih. "Mungkin juga seperti itu Paman." "Paduka Elang. Baru saja seorang utusan dari sang Maharaja Danuthama Syailendra datang. Dia menitipkan pesan pada hamba, saat Paduka tengah sibuk dengan Kakek pembunuh itu," ucap sang Patih memberitahukan. "O ya Paman? Kabar apa yang dibawa utusan sang Maharaja Danuthama itu..?" tanya Elang tertarik. "Utusan itu menyampaikan kabar, bahwa beliau menunggu kedatangan Paduka Elang ke istana Palapa hari ini," sahut sang Patih. "Baiklah Paman. Memang sebenarnya aku juga berniat menemui sang Maharaja, siang hari ini di kerajaan Palapa." "Ba

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 621.

    'Gilaa..! Semua unsur semesta telah tertutup oleh cahaya emas 'power'nya..! B-bagaimana mungkin dalam usia semuda itu..?!' sentak sang Resi, dalam keterkejutan yang luar biasa. Dia merasa tak mungkin percaya, dengan tingkat 'power' yang telah dicapai Elang. Jika tak menyaksikannya sendiri, bukti yang terpampang di depan matanya saat itu. 'Dia telah mencapai tingkat Ksatria Semesta Sempurna..!' seru bathinnya, terkesima tak percaya.'Apa boleh buat..! Aku akan mengadu jiwa dengannya..!' seru bathinnya nekat. Sang Resi pun segera bersiap memanggil senjata pamungkasnya. "Trisula Langit..!!" seru lantang sang Resi. Splaarthk..!! Weersshk..!! Seketika ada sebuah gerbang langit yang terbuka, yang bergemuruh menggetarkan. Disusul dengan melesatnya sebuah Trisula berwarna perak, menyilaukan mata. Trisula itu melesat cepat ke arah sang Resi. Taph..! Scraatzsk..!! Kilatan-kilatan petir merah nampak menyelimuti 'Trisula langit', dalam genggaman sang Resi. Ya, trisula di genggaman sang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status