Share

Kejadian di dalam hutan.

Dua belas tahun kemudian ….

Di ujung dunia pada benua timur, terdapat alam tersembunyi yang diisi oleh hutan dan pegunungan. Alam itu dikelilingi oleh sebuah segel yang menutupnya dari pandangan dunia luar. Di tengah-tengah pegunungan yang saling terhubung dan membentuk lingkaran, terdapat sebuah desa yang sangat damai. Orang-orang di desa itu hidup rukun dan saling menjaga satu sama lain. Sangat bertolak belakang dengan keadaan di dunia luar.

Di dalam hutan.

"Kak Jiro, tunggu aku!" teriak Zia. Bocah berusia 10 tahun yang saat ini tengah berlari menuju desa bersama dengan Jiro yang berusia 12 tahun.

"Cepatlah, Zia! Jika tidak, kau akan dimakan oleh singa gila itu!" balas Jiro sembari melirik ke belakang.

Perkataan itu sontak membuat Zia berhenti berlari. Ia melipat kedua tangannya kedepan dan memasang wajah cemberut, seraya berkata, "Kak Jiro, jahat! Ya sudah! Biarkan saja aku dimakan oleh singa itu!"

Melihat Zia yang merajuk seperti itu, lantas membuat Jiro menghentikan langkahnya dan mendekat ke arah Zia. "Ayolah, Zia! Jika kau terluka, aku yang akan dimarahi oleh ibuku!" bujuk jiro.

Namun, Zia hanya memalingkan kepalanya ke samping dan mendengus. Hal itu membuat Jiro menggelengkan kepalanya dan bergumam, "Kau ini sungguh menyebalkan, Zia!"

Jiro membalikkan badannya dan berjongkok. "Naiklah! Biar aku menggendongmu!" perintah Jiro.

"Terima kasih, Kak Jiro. Kau memang yang terbaik!" Zia tersenyum senang, lalu naik ke punggung Jiro.

"Berada di dekat Kak Jiro selalu membuatku merasa nyaman," gumam Zia dalam hati.

Jiro pun kembali berlari ke desa dengan membawa Zia di punggungnya.

Enam tahun berlalu. Di tempat yang sama di dalam hutan. Seorang pria remaja sedang berlari, melompat dari pohon ke pohon sambil menggendong seorang wanita cantik di punggungnya, mereka adalah Jiro dan Zia.

Jiro saat ini berusia 18 tahun. Wajahnya tampan dengan tinggi 175 cm, mengenakan pakaian lengan panjang berwarna biru yang hampir menutupi seluruh kulitnya putihnya.

Sedangkan Zia, yang kini berusia 16 tahun, terlihat sangat cantik dengan gaun panjangnya yang berwarna merah muda. Tingginya sekitar 165 cm, dengan kulit putih cerah dan rambut panjangnya yang diikat, membuatnya tampak seperti putri kerajaan.

"Tidak bisakah kau berlari saja, Zia?" tanya Jiro dengan sedikit kesal.

"Tidak bisa, Kak Jiro. Sepertinya kakiku terkilir ketika melawan gerombolan serigala tadi." Zia memasang wajah memelas dan kesakitan.

"Itu hanya alasanmu saja, Zia!" bantah Jiro.

Mereka terus berdebat di sepanjang perjalanan, hingga tiba-tiba saja seekor serigala datang dan hendak menerkam Jiro dari samping.

“Awas, Kak Jiro!” teriak Zia yang pertama menyadari lalu disusul oleh Jiro.

Tanpa pikir panjang, Jiro langsung menjatuhkan Zia dari punggungnya ke semak-semak yang berada tepat di bawahnya, lalu mengeluarkan perisai rusak dari gelang kosmik miliknya untuk menahan serangan dari serigala tersebut. Jiro menyadari, jika saja ia memilih untuk menghindar, maka Zia-lah yang akan terkena serangan itu. Dengan waktu yang singkat itu, Jiro mampu menganalisis keadaan dengan sangat baik.

Pada akhirnya, Zia mendarat dengan selamat di tumpukan semak-semak, sementara Jiro harus terlempar cukup jauh akibat dari menahan serangan serigala itu. Perisai di tangannya juga telah hancur dan tidak bisa lagi digunakan.

“Kuat sekali!” lirih Jiro dengan tubuh yang mati rasa.

Serigala itu mendengus, lalu kembali melompat untuk menyerang Jiro. Melihat hal itu, membuat Jiro hanya bisa berpasrah. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Zia. “Pergilah, Zia! Aku akan menahannya sebentar!” teriak Jiro.

Terlihat sedikit ketegasan pada sorot matanya ketika ia mengatakan hal itu.

Zia terpaku mendengarnya, lalu kembali tersadar. Ia menatap tajam serigala di kehampaan, yang hendak menerkam Jiro dari atas. Ia bangkit dan melompat dengan sangat jauh, lalu mengeluarkan tombak berwarna biru dari gelang kosmik-nya dan dihunuskan ke arah serigala itu. “Menjauhlah dari Kak Jiro!”

Serigala itu melirik Zia, lalu menendang udara dengan kaki bagian belakangnya untuk mengubah arah serangannya kepada Zia. Jiro terkejut melihat kemampuan serigala yang mampu mengubah arah lompatannya hanya dengan menendang udara di sekitarnya, seolah-olah udara itu adalah tumpuan kakinya yang dapat dipijak sesuka hati. Namun ia tidak terlalu memikirkan hal itu, dan lebih fokus pada pertarungan yang akan terjadi di kehampaan.

Zia mengarahkan tombaknya ke perut serigala, sementara serigala itu mengangkat cakarnya untuk menahan serangan tombak dan membuka mulutnya untuk menerkam Zia.

Dua serangan beradu di kehampaan, hingga keduanya mendarat di tanah dengan posisi saling membelakangi.

Sesaat kemudian, serigala itu memuntahkan darah dari mulutnya lalu terjatuh di tanah. Terlihat sebuah luka tusukan pada bagian perutnya yang mengeluarkan banyak darah.

Zia berbalik dan menatap serigala yang sudah tidak bernyawa itu dengan tatapan dingin, lalu mengalihkan pandangannya pada Jiro dan buru-buru mendekatinya. “Apakah kau baik-baik saja, Kak Jiro?” tanya Zia dengan cemas.

Jiro yang saat itu masih terpaku, akhirnya tersadar dan menganggukkan kepalanya dengan cepat. “Bagaimana denganmu?” tanyanya.

“Aku baik-baik saja,” jawab Zia dengan tersenyum.

Jiro yang masih penasaran dengan apa yang terjadi sebelumnya, 'pun memberanikan diri untuk bertanya pada Zia, “Bagaimana kau bisa—.”

“Sudahlah, tidak perlu dibahas! Lebih baik kita segera pulang, jika tidak ingin dimarahi oleh bibi!” potong Zia.

Di bawah kebingungan yang memenuhi pikirannya, Jiro hanya bisa mengangguk dan mengikuti perkataan Zia. Ia mencoba berdiri dengan dibantu oleh Zia. Tanpa disangka, tubuhnya yang awalnya mati rasa, kini telah kembali pulih setelah suatu perasaan mengalir di tubuhnya. Ia menatap Zia dengan keheranan, namun hanya dibalas senyuman oleh Zia.

Singkat cerita, mereka pun melanjutkan perjalanan untuk kembali ke desa.

Waktu pun berlalu, hingga tidak terasa kini mereka telah sampai di desa. Mereka berjalan ke sebuah rumah kayu yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Rumah itu cukup besar dan bertingkat, halaman depannya juga luas dan dikelilingi oleh pagar kayu yang disekitarnya ditanami bunga berwarna-warni, membuat suasana di rumah itu tampak hidup.

Jiro dan Zia berjalan dengan perlahan hingga sampai di halaman rumah dan mendapati dua wanita dewasa yang berparas cantik sedang menatap tajam ke arah mereka.

Jiro yang melihat hal itu pun menjadi salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "I—ibu, mengapa kalian menatap kami seperti itu?"

Ibu Jiro yang bernama Elora, mendengus kesal. "Apa kalian tidak mengerti, apa kesalahan kalian?"

"Maaf, Bibi Elora! Tadi kami menghadapi sedikit masalah di perjalanan pulang, sehingga kami terlambat pulang." Zia memberi alasan. Sementara Jiro mengangguk mengiyakan.

"Kalian ini, selalu saja membuat kami khawatir!" sela Bibi Jiro, yang bernama Fiona.

"Sudahlah! Fiona, tolong antar Zia pulang ke rumahnya!"

Fiona mengangguk, dan berjalan ke arah Zia. "Ayo, Zia! Ibumu pasti cemas karena kau belum pulang."

Mendengar hal itu, membuat Zia tertunduk lesu. ia menatap Jiro lalu mendekat ke arahnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil dari gelang kosmiknya dan memberikannya pada jiro.

Gelang kosmik adalah gelang khusus yang memiliki sebuah ruangan kosmik.Biasanya digunakan untuk menyimpan barang.

"Aku harap, Kak Jiro dapat menggunakannya dengan baik," ucap Zia sambil tersenyum penuh ketidakrelaan, lalu melangkah pergi.

"Kotak kayu?" Pikir jiro.

Namun, Jiro tidak terlalu memikirkannya dan kembali menatap Zia yang sudah berbalik pergi. "Baiklah! Sampai jumpa besok pagi!" Jiro melambai.

Setelah kepergian mereka, Elora menatap Jiro, dan berkata, "Bergegaslah mandi, Jiro! Nanti Bibimu akan kembali lagi untuk makan malam bersama kita."

"Sungguh?" tanya jiro memastikan.

"Ya, Bibimu mendapatkan hari libur selama satu minggu."

Jiro sontak melompat kegirangan sambil berlari masuk ke dalam rumah. Demikian juga dengan Elora yang masuk ke rumah untuk menyiapkan makan malam, membuat suasana di halaman itu menjadi sepi.

Di suatu tempat yang jauh, yaitu benua barat. Di sebuah ruangan yang berada di dalam istana yang sangat besar, dikelilingi oleh energi kegelapan yang sangat pekat.

Sosok hitam yang menyeramkan membuka matanya.

"Aura ini …."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status