Home / Urban / Sang Penabur Benih / Menutupinya Dari Keluarga

Share

Menutupinya Dari Keluarga

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2022-04-23 06:18:00

Di rumah bertingkat satu yang tidak terlalu besar itu, Raleigh tinggal berdua dengan istrinya, Celia. Rumah bernuansa cat putih gading itu terlihat selalu rapi, bersih, dan indah dipandang mata.

Maklum saja, Celia pandai merawat rumah dan taman kecil indah di depan rumah. Ia memiliki bisnis florist yang mendatangkan beberapa bunga dari negara tropis.

"Aduh." Keluh Raleigh ketika ia berhasil mencabut tiga serpihan vas kristal yang mengenai telapak kakinya. 

Namun rasa sakit itu tidak seberapa dengan tamparan yang tadi Raleigh dapatkan dari istrinya. Yeah, Celia menamparnya setelah merasa jengah disudutkan terus menerus dengan permintaan Raleigh mencari perempuan pendonor sel telur.

Celia menilai jika mereka tidak bisa memiliki anak karena kesalahan Raleigh menyuruhnya melakukan aborsi. Ah, bukan menyuruh melainkan memaksa Celia melakukan aborsi. 

Saat itu kondisi perekonomian keduanya sedang tidak baik karena belum memiliki pekerjaan pasca menikah. Sedang dokter memberitahu jika Celia tengah hamil.

Mungkin Raleigh terlalu perkasa atau Celia yang sedang berada dalam masa subur sehingga hanya dengan sekali bercinta secara paksa di toilet club, Celia hamil. Bukannya bahagia mendengar kabar kehamilan istri, Raleigh justru tidak siap dengan biaya yang harus ditanggung mengingat biaya hidup di Australia tidak murah. 

Berbekal kenekatan, ia memaksa Celia melakukan aborsi tanpa sepengetahuan kedua keluarga. Celia ragu memilih melakukan aborsi atau tidak, tapi pada akhirnya ia memilih menuruti keinginan Raleigh. Toh, saat itu ia belum mencintai Raleigh.

Selesai membebatkan perban di area telapak kaki, Raleigh berjalan terpincang pincang menggunakan sandal untuk mengambil perlengkapan bersih-bersih rumah. Ia menyapu bersih sudut kamarnya hingga tidak tersisa serpihan kristal sedikit pun lalu membuangnya. 

Lalu menata ranjang, meja rias, dan isi lemari yang terburai sebagian. Ia menyadari kekacauan ini diakibatkan oleh kekesalan dan kemarahan istrinya karena kondisi dan ucapan Raleigh yang seakan mengkhianatinya. 

Tidak sengaja Raleigh menemukan buku pemeriksaan istrinya. Dengan tangan bergetar ia membuka buku itu lalu terpampang jelas foto USG sebuah janin berusia dua bulan. 

Foto janin yang mereka gugurkan. Saat itu Raleigh tidak mau bingung memikirkan tesis yang belum selesai ditambah biaya persalinan yang tidak murah. Ia tidak mungkin meminta uang pada orang tua atau mertuanya.

"I'm sorry baby. I'm sorry." Pertama kali dalam hidupnya, Raleigh menangis tersedu-sedu dengan mendekap foto USG itu.

Perbuatannya di masa lalu hanya menghasilkan penyesalan di masa sekarang. Ia tidak akan bisa mengembalikan calon anaknya kembali ke dunia. 

***

"Celia! Raleigh!" 

Raleigh yang terlelap di lantai sambil memegang foto USG terlonjak kaget mendengar teriakan dan bunyi bel rumah. 

Ia memasukkan kembali buku pemeriksaan itu ke dalam laci, merapikan penampilannya asal, sembari berjalan terpincang-pincang menuju pintu rumah. 

"Mom! Dad!" Kejutnya.

"Why are you so late open the door?" 

Raleigh mempersilahkan keduanya masuk terlebih dahulu kemudian menutup pintu. 

"Where is Celia?" 

"Celia with Valerie. Mom and Dad dari mana?" 

"Kami baru jalan-jalan dari supermarket lalu mampir kemari. Semalam aku mimpi buruk, Celia menangis sambil memotong rambutnya." 

Raleigh berusaha menutupi kegugupan dengan tersenyum tipis. "Aku buatkan teh dulu."

"Ral, ada apa dengan kakimu?" Tanya ibu mertua yang biasa Raleigh panggil Mom Clarie.

"Oh... Ini... Ehm, aku tidak sengaja menyenggol vas kristal lalu menginjaknya."

Mom meringis melihat luka Raleigh. "Biar aku saja yang membuat teh, duduklah." 

Kedua mertuanya adalah orang bule asli Australia dengan rambut pirang dan kulit putih kemerahan. Bertubuh tinggi dan bermata abu abu. 

"Sejak kapan Celia keluar bersama Valerie?" Tanya ayah mertua yang biasa Raleigh panggil Dad Mark.

"Sejak tadi sore Dad."

"Tumben sekali dia belum pulang? Both are you okay?

Raleigh menelan ludah gugup. "We are okay Dad. Aku akan menelfonnya agar segera pulang."

"Ral, katakan padaku, kalian ada masalah apa?"

"Nothing Dad. Mungkin Celia sedang menemani Valerie berbelanja."

Dad menggeleng. "Celia pernah berkata kalau dia akan menerima pernikahan ini dengan sepenuh hati. Kalau kamu saja tidak tahu dimana Celia berada, I can sure both of you are in problem."

Dad Mark sangat peka dengan keadaan rumah tangga mereka, karena ia begitu menyayangi Celia. 

"Hanya masalah kecil Dad. Jangan khawatir. We can handle this."

Dad Mark menghela nafas. "Jangan membiarkan masalah dalam rumah tangga berlarut-larut Ral. Cepat atasi agar tidak menjadi bom waktu."

Kemudian suara deru mobil terdengar bersamaan dengan Mom membawa teh. Betapa terkejutnya ia ketika membuka pintu rumah dengan Celia dibopong Valerie.

Celia sedang mabuk berat.

Tanpa memperdulikan kakinya yang masih terasa perih, Raleigh segera meraih Celia dalam pelukannya dibantu Dad.

"Sorry, Celia lost control. Dia tidak mendengarkanku agar berhenti minum."

Mom yang hendak bertanya pun segera diajak Dad pulang. Dad ingin memberi mereka waktu untuk menyelesaikan masalah ini berdua, bukan dengan campur tangan Mom.

"Apa kamu tidak khawatir Raleigh akan membuat perhitungan dengan Celia?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penabur Benih   Lanjut Ataukah Tidak?

    'Apa yang harus kulakukan?' batin Celia. Celia tidak bisa berbuat banyak jika Raleigh meminta sertifikat rumah yang terlanjur ia gadaikan untuk kepentingan foya-foyanya. Demi melupakan kenyataan bahwa dia mengalami menopause dini, Celia berani bertindak sejauh itu. "Ehm ... nanti aku akan mencari sertifikat rumah kita, Ral. Sepertinya aku menaruhnya jadi satu dengan tumpukan ijazahku," Celia berkilah. "Oke, tolong kamu cari. Biar aku bisa segera membawanya ke bank untuk tambahan biaya bayi tabung kita." Usai bicara demikian, Raleigh menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Celia yang mematung penuh kebingungan. Dari mana ia akan mendapatkan uang yang banyak untuk melunasi hutang bank yang tidak sedikit itu? Meminta pada kedua orang tuanya? Tidak! Celia tidak seberani itu apalagi pada Daddy-nya. Lalu, apa yang bisa ia lakukan? *** Hampir dua malam ini Celia tidak bisa tidur memikirkan bagaimana cara melunasi hutang diam-diam itu agar sertifikat tanahnya bi

  • Sang Penabur Benih   Yang Dikhawatirkan Terjadi

    Valerie tidak bahagia sama sekali saat mendengar ucapan Celia tentang rencana bayi tabungnya bersama Raleigh. Bukankah itu artinya jika seharian ini Raleigh melupakan dirinya itu karena dia berniat akan meninggalkannya lalu kembali ke pelukan istrinya. "Ah... ya, Cel. Aku dengar dan bahagia sekali mendengar kabar baik ini." Kilah Valerie. Padahal hatinya bagai ditikam sebilah pisau hingga menembus ke punggung. "Doakan semua lancar ya, Val." "Kapan kalian akan melakukan bayi tabung itu?" "Secepatnya. Tapi, ada satu masalah yang aku tidak siap jika Raleigh tahu, Val." "Apa?" "Tentang keuangan yang diperlukan untuk bayi tabung." Ucap Celia lirih bernada gelisah. "Maksudmu, kamu tidak memiliki cukup uang untuk melakukan bayi tabung?" Tebak Valerie. Sembari menggeleng pelan, Celia berucap melalui sambungan telfon, "Kamu masih ingat dengan para petugas bank yang datang ke rumah kan?!" "Iya. Kenapa?" Mata Celia tidak lepas dari pintu kamar, dia tidak siap jika Raleigh mengetahui

  • Sang Penabur Benih   Istri Atau Selingkuhan?

    Saat jam makan siang, Raleigh memilih berdiam diri di ruangannya. Hatinya bimbang saat Celia tiba-tiba ingin kembali dalam pelukannya dan Valerie yang sudah terlanjur dekat dengannya.Perasaan cintanya masih ada untuk Celia, dan mulai berkembang untuk Valerie."Apa yang harus kulakukan?" Gumamnya.Ucapan Celia tadi pagi juga makin menambah kebingungannya. Haruskah ia pergi ke bagian kesehatan Kota Armidale untuk bertanya tentang proses bayi tabung?Jika ia melakukannya maka ia harus melepas Valerie demi istrinya. Lebih tepatnya demi kebahagiaan rumah tangganya.Baru saja berbahagia karena Valerie menerima cintanya bahkan mau menunggunya berpisah dengan cara baik-baik dari istrinya, tapi air mata Celia membuat Raleigh tidak tega. Karena bagaimanapun janji sehidup semati yang telah ia gaungkan di hadapan orang tua, Tuhan, dan para saksi adalah janji yang seharusnya dijalani hingga mati. Tapi satu lagi, mau sampai kapan Raleigh bisa menahan gairahnya ketika Celia tidak bisa melayaninya?

  • Sang Penabur Benih   Kembalinya Celia Dalam Pelukanku

    POV RALEIGHEntah sudah berapa minggu aku dan Celia tidak melakukan hubungan suami istri. Malam ini, setelah dia mencurahkan segala kesedihannya karena menopause dini yang dialami, berikut dengan ketakutannya akan kehilangan diriku, aku makin tidak berkutik lagi.Mengapa dia tidak mencoba mencintai dan melayaniku dengan baik sejak dulu? Sejak awal kami menikah?Aku tidak menuntut banyak dari pernikahan kami selain saling memahami, mengisi, dan membalut luka masing-masing. Tapi Celia yang saat itu enggan melepas cinta sejatinya pada William, mantan kekasihnya, membuatku terlunta-lunta sebagai seorang suami yang tidak diinginkan. Tapi kini, semua berbalik arah. Celia memujaku di saat yang kurang tepat. Saat hatiku tidak hanya ada dirinya yang bersemayam."Ral, aku mencintaimu. Tolong jangan tinggalkan aku."Setelah mengatakan itu ia melepas pelukan lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah cairan bening yang aku sendiri tidak tahu apa kegunaannya. Dia meneguknya sedikit lalu me

  • Sang Penabur Benih   Celia Tidak Mau Berpisah

    Setelah memastikan stok sayuran di etalase supermarket tempatku bekerja tersaji dengan tepat, langkahku kembali ke ruangan kerja untuk mengambil tas dan merapikan berkas yang sedikit berserakan di atas meja. Ketika tanganku hendak meraih tas, Valerie menghubungiku."Apa Vale?" "Ral, kamu sudah pulang?" "Sebentar lagi. Kenapa?" Mendengar suaranya yang kalem dan lembut saat berbicara denganku membuat senyum tipis tercetak di bibirku."Aku merindukanmu Ral."Aku tertawa lalu membayangkan wajahnya yang cantik saat duduk di pangkuanku."Tapi sekarang sudah tidak rindu lagi."Senyumku luntur seketika mendengar pengakuannya. "Kenapa? Apa aku berbuat salah?" "Karena aku lebih merindukan Diego dari pada kamu."Aku menghela nafas lega lalu kembali duduk di kursi kerja. "Aku cemburu pada lelaki kecil itu. Andai aku bisa mengajaknya bergulat."Valerie terkekeh sejenak lalu kembali bertanya. "Ral, apa Celia akan pulang sore ini?" Tadi, aku mengatakan pada Valerie perihal kepulangan istriku itu

  • Sang Penabur Benih   Dia Istriku Atau Iblis Betina?

    POV RALEIGH Akhirnya aku memutuskan untuk mematikan nada dering panggilan dari istriku, Celia. Hatiku berbisik lembut agar tidak menambah luka yang Valerie terima setelah hubungan kami membaik beberapa hari ini. Walau kami tidak resmi berkencan sebagai sepasang kekasih, tapi melihatnya terluka karena ulahku apalagi menjauh dari jangkauanku, semua terasa tidak rela. Aku ingin menjaga hatinya yang sedang bersedih karena tidak bisa menemui putranya karena ulah sang mantan suami. Aku berani jamin jika James masih mencintai Valerie dengan menggunakan Diego sebagai alat untuk memperumit jadwal bertemu mereka. Ah, mengapa dua malam lalu saay kami bertemu aku tidak segera menghantam wajah sialannya itu. "Siapa yang menelfon Ral?" Tanyanya dengan hidung memerah sedang matanya masih sembab.Jemariku terulur menghapus bulir kristal kesedihan itu. "Gerard. Sepertinya dia sudah mantap untuk mengambil cuti agar bisa berlibur dengan keluarganya."Tidak ada cara terbaik selain berbohong pada Vale

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status