Home / Urban / Sang Penabur Benih / Pernikahan Tanpa Cinta

Share

Pernikahan Tanpa Cinta

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2022-04-20 05:26:09

Raleigh menatap istrinya, Celia, yang tengah terbaring di ranjang UGD. Ia pingsan setelah Dokter Stevan dengan jelas mengatakan bahwa ia mengalami menopause dini.

Sebuah keadaan dimana perempuan tidak lagi subur karena ovarium tidak lagi memproduksi sel telur. Padahal usia Celia masih tergolong muda, 33 tahun. Namun raganya sudah seperti nenek muda. 

Raleigh hanya bisa menatap istrinya dengan tatapan kosong hingga ia siuman, tidak ada keluarga yang dihubungi karena ia yakin Celia hanya terkejut dengan kabar buruk itu lalu pingsan. 

"Ral." 

Raleigh kembali dari lamunannya ketika Celia memanggilnya lirih. Syukurlah dia sudah sadar setelah pingsan selama satu jam.

"Istirahat lah dulu." Raleigh membantu Celia untuk kembali berbaring tapi ia menolak. 

Detik kemudian Celia menangis tersedu-sedu. Ia teringat akan ucapan Dokter Stevan yang benar-benar nyata, bahwa ia tidak akan bisa hamil. Ia tidak sedang bermimpi karena nyatanya ia bisa mengingat kembali dengan jelas ucapan Dokter Stevan.

Ia dan Raleigh tidak akan bisa memiliki anak kandung yang akan meramaikan rumah mereka di hari hari berikutnya. Rumah itu akan sepi dari gelak tawa dan riuh barang berserakan ulah anak kecil.

"Aku mandul Ral." Ucapnya dengan linangan air mata dan suara yang menyayat hati. 

Raleigh merengkuh tubuh Celia ke dalam pelukannya sembari mengusap hangat punggungnya. Hanya itu yang bisa Raleigh berikan, tanpa kata kata penyemangat. Toh Raleigh juga sedang berduka atas kabar ini. Ia bahkan tidak bisa menghibur dirinya sendiri apa lagi menenangkan istrinya yang mungkin lebih terpukul darinya. 

Bagi wanita bersuami manapun, mengalami menopause dini sebelum memiliki anak adalah petir yang tak akan pernah berhenti menggelegar sepanjang kehidupan.

Apa bedanya berduka karena kematian dengan berduka karena istri tidak akan bisa hamil? Inti cobaan itu sama, hanya konteksnya yang berbeda. 

Jika kematian membawa raga itu pergi, maka menopause dini membuat sel telur itu tidak dihasilkan lagi. 

"Bagaimana ini Ral? Bagaimana? Aku takut Ral." Ucap Celia dengan meraung sedih. 

Tanpa Celia bertanya pun Raleigh juga tidak bisa menemukan jawaban selain tawaran Dokter Stevan. 

Adopsi.

Atau

Mencari perempuan pendonor sel telur atau egg donation woman.

"Ayo kita pulang, ini sudah hampir larut malam." Ajak Raleigh di tengah tangis istri yang belum kunjung reda. 

Di dalam mobil menuju kediaman mereka yang ada di Gordon Saint di Armidale New South Wales, keduanya hanya diam. Sibuk dengan bayangan buruk hari esok yang tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapinya.

Raleigh menuntun Celia yang begitu rapuh menuju rumah bertingkat satu itu. Rumah yang berdiri di atas pelataran luas, berada di kawasan tenang, dan bukan padat penduduk. Rumah yang dibangun oleh keluarga Celia sebagai hadiah pernikahannya dengan Raleigh. 

Lelaki yang telah memperkosanya tiga tahun lalu. 

***

(Flashback)

Raleigh, lelaki muda asal Bali, Indonesia.

Ia beruntung memiliki kecerdasan yang mampu mengantarkannya meraih beasiswa untuk melanjutkan study S2 di salah satu perguruan tinggi yang ada di Australia, University of New England.

Selama menempuh study S2 di negeri kanguru itu, Raleigh kerap berada satu kelas bersama perempuan asli Australia berambut pirang bernama Celia Winstalyn. Keduanya cukup akrab karena Raleigh cukup piawai menjelaskan ulang materi yang disampaikan dosen. Hingga pada suatu hari mereka pergi bersama merayakan malam tahun baru di salah satu club. 

Raleigh yang tidak terbiasa dengan minuman keras pun akhirnya terjerembab ke dalam kubangan air setan itu setelah menghabiskan beberapa slot wisky. Pandangannya kabur dan meracau tidak jelas hingga ia berani menyentuh Celia saat berpapasan di toilet. 

Celia yang sadar dengan kelakuan Raleigh pun berusaha menghindar namun Raleigh lebih kuat darinya. Ia mendudukkan Celia di wastafel toilet, membungkam mulut Celia dengan ciumannya, menaikkan baju Celia hingga ia bisa menghisap dua gunung kembar yang padat bulat itu. 

Tidak berhenti disitu, Celia yang awalnya berontak mendadak lemas ketika ciuman Raleigh membimbingnya untuk merasakan kejantanan Raleigh yang menegang. Mereka gila dengan melakukan hubungan itu di lantai toilet club yang sepi. 

Celia menikmati hujaman Raleigh namun tetap berlinang air mata. Aneh!

Dia menikmati juga menolak hingga akhirnya Raleigh mendapatkan apa yang ia inginkan, pelepasan. Jutaan benih itu membasahi ladangnya.

Barulah, Raleigh sadar jika ia telah memperkosa sahabatnya sendiri. Celia masih terisak dengan tubuh telanjang di atas lantai. Ia tidak menyangka jika Raleigh menidurinya dengan cara yang tidak terhomat di tempat yang tidak terhormat pula. 

Satu tamparan di pipi Raleigh ketika Celia telah memakai kembali pakaiannya. Juga lontaran cacian kotor untuknya karena menjadi lelaki yang tidak tahu malu.

Sebagai laki-laki, ia tidak bisa menyembunyikan penyesalan dan ketakutan hingga akhirnya keluarga Celia meminta Raleigh mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia sangat bersedia untuk itu.

Lalu pernikahan itu terjadi tanpa cinta, tanpa senyum kebahagiaan, dan tanpa suka cita dari keduanya. 

"Aku tidak mau mengandung benih dari laki laki sepertimu Ral." Ucap Celia sunggguh sungguh setelah acara pernikahan mereka selesai digelar. 

"Jadi, jangan pernah taburkan lagi benihmu dalam rahimku!!"

"Apa kamu akan meninggalkanku demi lelaki lain padahal belum genap sehari kita menikah?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penabur Benih   Lanjut Ataukah Tidak?

    'Apa yang harus kulakukan?' batin Celia. Celia tidak bisa berbuat banyak jika Raleigh meminta sertifikat rumah yang terlanjur ia gadaikan untuk kepentingan foya-foyanya. Demi melupakan kenyataan bahwa dia mengalami menopause dini, Celia berani bertindak sejauh itu. "Ehm ... nanti aku akan mencari sertifikat rumah kita, Ral. Sepertinya aku menaruhnya jadi satu dengan tumpukan ijazahku," Celia berkilah. "Oke, tolong kamu cari. Biar aku bisa segera membawanya ke bank untuk tambahan biaya bayi tabung kita." Usai bicara demikian, Raleigh menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Celia yang mematung penuh kebingungan. Dari mana ia akan mendapatkan uang yang banyak untuk melunasi hutang bank yang tidak sedikit itu? Meminta pada kedua orang tuanya? Tidak! Celia tidak seberani itu apalagi pada Daddy-nya. Lalu, apa yang bisa ia lakukan? *** Hampir dua malam ini Celia tidak bisa tidur memikirkan bagaimana cara melunasi hutang diam-diam itu agar sertifikat tanahnya bi

  • Sang Penabur Benih   Yang Dikhawatirkan Terjadi

    Valerie tidak bahagia sama sekali saat mendengar ucapan Celia tentang rencana bayi tabungnya bersama Raleigh. Bukankah itu artinya jika seharian ini Raleigh melupakan dirinya itu karena dia berniat akan meninggalkannya lalu kembali ke pelukan istrinya. "Ah... ya, Cel. Aku dengar dan bahagia sekali mendengar kabar baik ini." Kilah Valerie. Padahal hatinya bagai ditikam sebilah pisau hingga menembus ke punggung. "Doakan semua lancar ya, Val." "Kapan kalian akan melakukan bayi tabung itu?" "Secepatnya. Tapi, ada satu masalah yang aku tidak siap jika Raleigh tahu, Val." "Apa?" "Tentang keuangan yang diperlukan untuk bayi tabung." Ucap Celia lirih bernada gelisah. "Maksudmu, kamu tidak memiliki cukup uang untuk melakukan bayi tabung?" Tebak Valerie. Sembari menggeleng pelan, Celia berucap melalui sambungan telfon, "Kamu masih ingat dengan para petugas bank yang datang ke rumah kan?!" "Iya. Kenapa?" Mata Celia tidak lepas dari pintu kamar, dia tidak siap jika Raleigh mengetahui

  • Sang Penabur Benih   Istri Atau Selingkuhan?

    Saat jam makan siang, Raleigh memilih berdiam diri di ruangannya. Hatinya bimbang saat Celia tiba-tiba ingin kembali dalam pelukannya dan Valerie yang sudah terlanjur dekat dengannya.Perasaan cintanya masih ada untuk Celia, dan mulai berkembang untuk Valerie."Apa yang harus kulakukan?" Gumamnya.Ucapan Celia tadi pagi juga makin menambah kebingungannya. Haruskah ia pergi ke bagian kesehatan Kota Armidale untuk bertanya tentang proses bayi tabung?Jika ia melakukannya maka ia harus melepas Valerie demi istrinya. Lebih tepatnya demi kebahagiaan rumah tangganya.Baru saja berbahagia karena Valerie menerima cintanya bahkan mau menunggunya berpisah dengan cara baik-baik dari istrinya, tapi air mata Celia membuat Raleigh tidak tega. Karena bagaimanapun janji sehidup semati yang telah ia gaungkan di hadapan orang tua, Tuhan, dan para saksi adalah janji yang seharusnya dijalani hingga mati. Tapi satu lagi, mau sampai kapan Raleigh bisa menahan gairahnya ketika Celia tidak bisa melayaninya?

  • Sang Penabur Benih   Kembalinya Celia Dalam Pelukanku

    POV RALEIGHEntah sudah berapa minggu aku dan Celia tidak melakukan hubungan suami istri. Malam ini, setelah dia mencurahkan segala kesedihannya karena menopause dini yang dialami, berikut dengan ketakutannya akan kehilangan diriku, aku makin tidak berkutik lagi.Mengapa dia tidak mencoba mencintai dan melayaniku dengan baik sejak dulu? Sejak awal kami menikah?Aku tidak menuntut banyak dari pernikahan kami selain saling memahami, mengisi, dan membalut luka masing-masing. Tapi Celia yang saat itu enggan melepas cinta sejatinya pada William, mantan kekasihnya, membuatku terlunta-lunta sebagai seorang suami yang tidak diinginkan. Tapi kini, semua berbalik arah. Celia memujaku di saat yang kurang tepat. Saat hatiku tidak hanya ada dirinya yang bersemayam."Ral, aku mencintaimu. Tolong jangan tinggalkan aku."Setelah mengatakan itu ia melepas pelukan lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah cairan bening yang aku sendiri tidak tahu apa kegunaannya. Dia meneguknya sedikit lalu me

  • Sang Penabur Benih   Celia Tidak Mau Berpisah

    Setelah memastikan stok sayuran di etalase supermarket tempatku bekerja tersaji dengan tepat, langkahku kembali ke ruangan kerja untuk mengambil tas dan merapikan berkas yang sedikit berserakan di atas meja. Ketika tanganku hendak meraih tas, Valerie menghubungiku."Apa Vale?" "Ral, kamu sudah pulang?" "Sebentar lagi. Kenapa?" Mendengar suaranya yang kalem dan lembut saat berbicara denganku membuat senyum tipis tercetak di bibirku."Aku merindukanmu Ral."Aku tertawa lalu membayangkan wajahnya yang cantik saat duduk di pangkuanku."Tapi sekarang sudah tidak rindu lagi."Senyumku luntur seketika mendengar pengakuannya. "Kenapa? Apa aku berbuat salah?" "Karena aku lebih merindukan Diego dari pada kamu."Aku menghela nafas lega lalu kembali duduk di kursi kerja. "Aku cemburu pada lelaki kecil itu. Andai aku bisa mengajaknya bergulat."Valerie terkekeh sejenak lalu kembali bertanya. "Ral, apa Celia akan pulang sore ini?" Tadi, aku mengatakan pada Valerie perihal kepulangan istriku itu

  • Sang Penabur Benih   Dia Istriku Atau Iblis Betina?

    POV RALEIGH Akhirnya aku memutuskan untuk mematikan nada dering panggilan dari istriku, Celia. Hatiku berbisik lembut agar tidak menambah luka yang Valerie terima setelah hubungan kami membaik beberapa hari ini. Walau kami tidak resmi berkencan sebagai sepasang kekasih, tapi melihatnya terluka karena ulahku apalagi menjauh dari jangkauanku, semua terasa tidak rela. Aku ingin menjaga hatinya yang sedang bersedih karena tidak bisa menemui putranya karena ulah sang mantan suami. Aku berani jamin jika James masih mencintai Valerie dengan menggunakan Diego sebagai alat untuk memperumit jadwal bertemu mereka. Ah, mengapa dua malam lalu saay kami bertemu aku tidak segera menghantam wajah sialannya itu. "Siapa yang menelfon Ral?" Tanyanya dengan hidung memerah sedang matanya masih sembab.Jemariku terulur menghapus bulir kristal kesedihan itu. "Gerard. Sepertinya dia sudah mantap untuk mengambil cuti agar bisa berlibur dengan keluarganya."Tidak ada cara terbaik selain berbohong pada Vale

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status